𖣔14. Stalker

631 65 5
                                    

"Bagaimana bisa kau tidak merasa bersalah setelah meninggalkan Kagura di sana?" Tanya Sarada dengan nada gemetar. Ia berusaha untuk tidak menangis lagi seperti waktu kemarin. Sarada menatap Tatapan Boruto dengan nyalang, ia menahan bulir air mata yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak terjatuh.

Boruto tersenyum tipis sambil mengusap bibir merah muda Sarada yang telah membuatnya naik pitam karena berani menyebut kembali nama sosok yang tak ia sukai. Usapan itu perlahan berubah kasar, seakan membersihkan dari kuman dan kotoran.

"Kau tau? Aku paling suka ketika kau memberontak karena saat itu kau begitu candu bagiku, hingga rasanya aku bisa gila karena ingin mengurungmu dalam sangkarku." Boruto berbisik pelan sambil mencengkram pinggang Sarada dengan tangan satunya. "Aku sudah memperingatkan untuk tidak menyebut nama sialan itu lagi, jadi tak apa 'kan, bila aku memberi dia hukuman dan hadiah untukmu?" Boruto tersenyum lembut, lalu membuka pintu mobil dan keluar untuk membukakan Sarada pintu.

Dengan langkah lebar Boruto menarik Sarada memasuki apartemennya tanpa peduli gadis itu tak bisa mengimbangi langkahnya itu.

Setelah berada dalam apartemen, Boruto menarik Sarada masuk ke kamarnya. Gadis berkacamata itu hanya diam, terlalu lelah untuk memberontak, bahkan ketika Boruto lagi-lagi menariknya memasuki kamar mandi dan berhenti tepat di depan wastafel.

Tanpa mengatakan apapun, Boruto memeluknya dari belakang, lalu mengarahkan kedua tangan Sarada untuk mencuci bekas darah yang mengering. Sarada baru sadar bahwa ia terkena darah Kagura saat berusaha menyingkirkan motor yang menimpa mereka.

"Ganti bajumu, aku akan menyiapkan baju lain." Usai mengatakan itu, Boruto keluar dari kamar mandi menyisakan Sarada yang diam mematung.

Setelah lima belas menit menghabiskan waktu di dalam kamar mandi, Sarada keluar dengan baju kaos berwarna putih. Ukurannya dua kali lebih besar dari tubuhnya, sudah pasti milik Boruto. Sarada memeluk seragam nya yang kotor, matanya memperhatikan sekitar, ia bersyukur Boruto belum datang lagi setelah mengantar bajunya.

Tatapan Sarada berhenti tepat di sofa kecil di mana tasnya berada. Dengan cepat Sarada berlari dan membukanya, lalu memasukan baju kotornya ke sana. Sarada bernafas lega melihat pisau yang diberikan oleh Ryu masih ada. Ia bahkan sudah khawatir kalau pisau tersebut diambil juga oleh Boruto.

"Kau sudah selesai?"

Sarada langsung mengancing tasnya dan berbalik menghadap Boruto yang membawa kotak P3K.

"Kemari." Titah Boruto yang duduk di kasur seraya membuka kotak pertolongan pertama itu. Sarada menurut, ia mendekat dan duduk di depan Boruto. Matanya terfokus pada tangan Boruto yang menuangkan obat merah ke kapas, lalu menyiapkan perban dan plester.

Boruto menyingkirkan poni Sarada, lalu perlahan mengobati lukanya. Setelah lima menit berlalu, dahi Sarada sudah tertempel plester dengan gambar Doraemon. Sarada tak tau kalau selera Boruto ternyata hal yang imut.

Saat Sarada sibuk dengan pikirannya sendiri, Boruto menaruh kotak P3K di atas meja, lalu menarik Sarada untuk berbaring.

"Tidur." Boruto duduk di sampingnya, mengusap pelan kepala Sarada. Gadis itu dengan kesal hendak bangkit, namun Boruto menekan kepalanya ke bantal agar tak bangun.

"Tidur, sebelum kutiduri." Ancaman Boruto membuat Sarada mendengus dan memilih untuk menutup mata. Ia menatap gadisnya yang perlahan pergi ke alam mimpi.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang