𖣔Bab 24. Kau milikku

754 67 6
                                    


Boruto melirik Sarada yang kini duduk di sampingnya dengan jarak. Gadis itu terlihat tidak ingin berdekatan dengannya. Fokusnya pun terus tertuju pada ponselnya dan Boruto tak suka itu. Ia tidak suka saat dirinya diabaikan oleh Sarada.

"Apa perlu aku melenyapkan ponselmu?" Boruto bersuara dengan menahan kesal. Tatapan tajamnya tak luput menatap Sarada dengan sadis seakan ingin mencabik gadis itu.

Sarada yang mendengar itu sontak menyimpan ponselnya pada saku roknya. Ia masih sayang pada ponselnya. Terlalu banyak kenangan berharga di sana. Tidak mungkin membiarkan Boruto dengan mudah menghancurkannya.

"Apa yang kau inginkan? Untuk apa kau memanggilku ke sini, jika hanya duduk diam seperti ini. Aku punya banyak urusan yang harus diselesaikan, jadi silakan katakan apa maumu." Sarada mengubah posisi kakinya menjadi menyilang. Mata hitamnya membalas tatapan Boruto.

"Aku ingin kau menjadi bantalku." Itu jelas perintah bukan pernyataan yang bisa Sarada tolak. Sarada yakin jika ia menolak pun Boruto akan mengeluarkan berbagai ancaman dan cara agar dirinya patuh, tetapi apa salahnya mencoba menolak lebih dulu.

"Kau kekurangan bantal? Sampai menjadikanku sebagai bantal?" Sarada bertanya dengan nada kesal.

Boruto menghela nafas lantas menarik sebelah kaki Sarada sehingga posisi kakinya kini sejajar. Tanpa aba-aba kepala lelaki itu sudah berbaring di atas pahanya, kedua tangannya memeluk tubuh Sarada dengan erat sehingga Sarada tak bisa untuk menolaknya.

"Kau tak waras? Menjauhlah! Kau berat, tau!" Sarada berusaha mendorong tubuh Boruto, namun nihil lelaki itu lebih kuat. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu sampai lelaki itu bangun dengan sendirinya.

Baiklah, ini sudah sejam berlalu, pasti pertandingan Kagura telah usai. Mungkin nanti dirinya harus meminta maaf pada Kagura karena tak bisa datang.

Sarada menghembuskan nafasnya. Ia melirik Boruto yang kini berbaring di pahanya--menjadikannya sebagai bantal. Tentu ia tak rela melakukannya, tetapi lelaki itu memaksa. Seharusnya, ia lebih cepat menjalankan misinya untuk membuat Kagura menjadi kekasihnya dan membatalkan pertunangan.

Ia menjalankan rencana ini tanpa sepengetahuan ketiga kakaknya. Jika ia bilang, sudah pasti mereka tidak akan setuju.

Boruto mengubah posisi tidur yang awalnya terlentang kini menyamping menghadap dirinya. Nafas teraturnya bisa Sarada rasakan. Ekspresi wajah Sarada melunak. Perlahan tangannya mengusap rambut Boruto yang terasa lembut. Terlihat sekali wajah letihnya.

"Hmm.."

Sarada menarik tangannya saat merasa Boruto sedikit terganggu. "Jika saja kau tidak datang sebagai tunanganku, mungkin kau bisa menjadi temanku," celetuk Sarada, kemudian meniup telinga Boruto yang membuatnya semakin mendekatkan tubuhnya pada Sarada.

Drrtt..

Dering ponselnya mengalihkan perhatian. Sarada mengambil ponsel yang ada di sakunya dan memeriksa siapa yang meneleponnya. Ibu jarinya menekan tombol hijau sehingga panggilan mereka tersambung.

"Sar, kau di mana?" Itu suara Chocho.

"Ada apa?"

"Kagura mencarimu! Kenapa kau tidak datang untuk menonton? Padahal dia sudah mengharapkanmu datang."

"Bilang padanya, aku minta maaf. Saat ini aku sedang sibuk nanti akan kutelepon lagi." Sarada mengakhiri percakapan itu. Ia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya berada di Ruang OSIS berdua dengan Boruto, bisa-bisa rencananya akan hancur.

Sarada menaruh ponselnya. Ia kembali menatap Boruto. Sepertinya ia harus segera ke tujuan awalnya; perpustakaan. Jika Kagura atau Chocho tak menemukannya di sana akan panjang urusannya. Namun, sebelum itu ia harus menghadapi monster yang sedang tertidur ini.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang