𖣔Bab 23. Afeksi

591 56 6
                                    

Sarada mengusap peluhnya, ia sudah sangat berkerja keras dalam tugasnya sebagai anggota klub membaca, menyusun buku-buku ke rak yang banyaknya sampai tiga kotak berukuran besar. Ini terlalu melelahkan untuk satu orang. Anggota yang lain sedang sibuk dengan urusan klub lain yang mereka ikuti untuk persiapan Festival Budaya yang akan diadakan esok hari.

Ia mengangkat tiga kotak kosong bekas buku buku tadi dan menaruhnya di atas meja. Sarada duduk di kursi seraya meraih botol minum miliknya dan meneguk airnya sampai habis. Ia sangat lelah dan haus.
Matanya melirik ke arah jendela yang mengarah langsung ke lapangan. Para siswa dan siswi terlihat sibuk dengan persiapan besok. Mereka sangat antusias menyambut Festival Budaya. Yah, tak heran karena kegiatan pembelajaran akan ditiadakan sampai festival selesai.

Tangannya menurunkan botol minum tadi dan segera menutupnya. Mungkin ia akan beristirahat sejenak sebelum ke gudang untuk menaruh kotak kosong tadi.

"Kau sudah selesai?" Sarada mengalihkan perhatian pada seorang gadis yang kini berdiri di sampingnya. Ah, Sarada ingat siapa gadis ini. Dia Sumire, salah satu anggota OSIS.

"Iya, tinggal menaruh kotak itu ke gudang." Sarada menunjuk kotak yang berada di depannya.

"Kau sendiri saja? Tidak ada anggota lain?" Sumire menaruh kotak bekal yang dibawanya dan botol minum di atas meja.

"Mereka sibuk di klub lain," kata Sarada seraya kembali menatap ke luar jendela.

"Maaf jika aku mengganggu waktumu, tadi Boruto memintaku untuk membawakanmu ini." Sumire mendorong kotak bekal itu ke arah Sarada.

Ngomong-ngomong soal Boruto, sudah seminggu berlalu semenjak insiden memalukan itu-- yang sebaiknya tidak perlu diingat--Sarada tak pernah melihatnya lagi. Sepertinya lelaki itu sibuk dengan acara besar ini, bahkan yang biasanya setiap jam lelaki itu mengirimkan chat, kini untuk sekedar menanyakan kabar darinya pun tidak ada. Dan Sarada bersyukur, dengan begitu ia mempunyai waktu sendiri tanpa gangguan dari Boruto.

Karena jujur saja, meladeni lelaki seperti Boruto sangat menguras mental dan tenaga. Sifatnya yang suka mengancam dan berusaha mendapatkan apa yang dia mau dengan segala cara benar-benar membuat Sarada tak suka.

"Kembalikan saja padanya, aku sedang tidak--"

Sumire menahan tangan Sarada, tatapan matanya penuh dengan tekad. "Tidak ada penolakan! Aku tau kau belum makan dari jam istirahat pertama, jadi terima dan makan saja... Itu pesan Boruto untukmu jika kau menolak." Sumire tersenyum lembut.

Sarada takjub dengan Sumire yang berusaha keras meniru intonasi Boruto ketika berbicara. "Baiklah, akan kuterima." Pada akhirnya ia tak bisa menolaknya.

"Karena urusanku sudah selesai, aku akan pergi. Masih banyak hal yang belum kuselesaikan," kata Sumire seraya mengundurkan diri dari ruangan itu, meninggalkan Sarada seorang diri.

...

Pagi ini Sarada hampir terlambat karena bus yang biasa Sarada tumpangi menuju sekolah tidak beroperasi, sehingga membuatnya terpaksa memutar otak dengan memilih untuk memesan taxi online yang sayangnya datang lebih lambat dibanding biasanya.

Sarada menapakkan kakinya di koridor sekolah. Keadaannya sangatlah ramai dengan dekorasi dari masing-masing klub--mengadakan acara yang tertempel di setiap dinding dan Mading, bahkan bergelantungan di atas. Tidak hanya dekorasi, lorong ini pun dipenuhi dengan para siswa yang sudah berkumpul di depan ruang teater. Tempatnya berdiri saat ini memang dekat dengan ruangan teater yang menjadi panggung dimulainya Festival Budaya.

Sepertinya Sarada harus berusaha keras untuk memasuki teater, jika bukan karena Chocho yang mengajaknya untuk bertemu di teater, ia tidak akan menginjakkan kakinya di sini.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang