𖣔12. Obsesi

791 61 11
                                    

Itu first kissnya!

Plak!

Refleks, tangan Sarada menampar pipi Boruto dengan sekuat tenaga. Sebelumnya tidak pernah ada yang berani memeluk ataupun menciumnya, bahkan Kagura saja hanya berani untuk memegang tangannya, itu pun saat pertama kali mereka berkenalan. Dan sekarang, Boruto seenaknya memeluk bahkan menciumnya. Cukup! Sarada ingin sekali mencabik-cabik wajah Boruto yang sangat menyebalkan itu.

"Berhenti melecehkanku, sialan!" Bentak Sarada menatap Boruto yang kini masih terkejut dengan tamparannya. Kepalanya menghadap ke samping tatapannya terlihat menggelap.

"Sumire, jauhkan Sarada dari Boruto." Celetuk Inojin membuat Sumire segera menarik Sarada bangkit dari duduknya.

Namun, tangan Boruto menahan tangan Sarada dengan kuat hingga ia tak bisa melepaskan genggamannya. "Mau kemana, hm?" Suaranya terdengar berat membuat bulu kuduk Sarada berdiri. Perlahan Boruto menoleh ke arah Sarada dan menatapnya dengan datar. Seakan di matanya tak ada emosi.

"Boruto, lebih baik kau ke atas. Tenangkan dirimu," kata Inojin menatap Boruto yang tak melepaskan pandangan dari Sarada. Inojin tau situasi saat ini berbahaya bagi Sarada, maka dari itu ia mengusulkan untuk menjauhkan mereka berdua lebih dahulu.

"Boruto-kun, lepaskan tangan Sarada. Ia kesakitan." Sumire ikut membantu Sarada agar melepaskan tangan Boruto, namun sayangnya tak berhasil membuat Boruto melepaskan tangan Sarada.

Di saat Sarada dan Sumire masih berusaha melepaskan tangan Boruto. Lelaki itu tersenyum tipis dan melepaskan tangan Sarada begitu saja hingga membuat Sumire dan Sarada mundur beberapa langkah.

"Mungkin aku berlebihan. Pergilah," kata Boruto seraya menatap Sarada dengan tajam.

Dengan cepat Sumire membawa Sarada ke lantai atas kafe, di mana tempat untuk bersantai. Ini kafe milik Inojin, jadi teman-temannya bebas untuk ke atas.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Sumire setelah mendudukkan Sarada di atas sofa panjang.

"Ya, lebih baik." Sarada mengelus tangannya yang memerah karena cengkraman Boruto.

"Kita perlu oleskan obat ke tanganmu, sebentar aku ambilkan kotak P3K," kata Sumire menjauh.

Sarada merenung, ia tak menyesal telah menampar Boruto dan malah merasa puas. Ia merasa bahwa Boruto lebih berbahaya dari apa yang dirinya bayangkan selama ini. Tatapan datar tanpa emosi Boruto masih terbayang di benak Sarada. Itu menjadi ketakutan tersendiri saat ia mengingat kembali kejadian yang barusan terjadi.
Mulai sekarang ia harus benar-benar menjauhi Boruto, harus!

"Sarada-chan, ini obatnya. Aku akan membantu mengoleskannya," ucap Sumire seraya mulai mengobati tangan Sarada.

Sumire menatap hasil kerja kerasnya dengan bangga, kemudian merapikan kembali kotak P3K-nya. "Em ... ngomong- ngomong kita belum berkenalan, kan? Namaku  Sumire Kakei. Salam kenal Sarada-Chan." Kata Sumire sambil menatap Sarada.

"Namaku Sarada Uchiha. Salam kenal," ucap Sarada.

"Ah, kita satu sekolah, loh. Aku anggota OSIS. Senang rasanya bertemu dengan murid yang terkenal dengan kepintarannya," celoteh Sumire, ia tersenyum mencoba untuk mencairkan suasana.

"Anggota OSIS, kurasa kau lebih terkenal," tutur Sarada seraya memandang ke arah lengannya.

"Kau benar," lirih Sumire.

"Ah, apa Boruto-kun benar tunanganmu?" Tanya Sumire setelah diam beberapa detik. Netra ungunya menatap Sarada yang kini tersentak, lalu menatapnya.

"Bukan, iya." Jawaban yang berbeda keluar dari mulut Sarada begitu saja membuat Sumire menatapnya dengan bingung. "Aku tidak mengakuinya sebagai tunanganku, tapi keluargaku menjodohkan kami," lanjut Sarada.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang