𖣔Bab 21. Mabuk

662 58 10
                                    

Sarada meringis kesakitan. Ia menatap Boruto dengan tajam. "Shh... Sakit! Kau kenapa, sih--"

Perkataan Sarada terpotong saat telapak tangan Boruto membekap mulutnya. "Harusnya aku yang bertanya begitu, kenapa kau pergi sendiri tadi pagi dan menghindariku?" Boruto menatap Sarada tak kalah tajam.

Tangan Sarada tak tinggal diam, menarik sekuat tenaga tangan yang membekap mulutnya dan... Berhasil. "Harusnya kau tau kenapa," ujar Sarada.

"Ah, kejadian di taman? Itu karena kau yang memancingku, tentu bukan salahku."
Lihat betapa playing victim-nya lelaki di hadapannya ini, tidak mau mengakui kesalahannya. Ingin rasanya Sarada menenggelamkan Boruto ke dasar laut Pasifik. Gadis itu menghela nafas panjang, sepertinya jika dirinya terus keras kepala seperti ini tak akan ada ujungnya.

"Sudahlah, aku tidak ingin mendengar apapun. Lebih baik kau pergi dan kerjakan urusanmu!" Sarada hendak pergi namun pergerakannya lagi-lagi ditahan oleh Boruto.

"Kau harusnya dihukum, karena pergi tanpa memberi tahuku. Kau ingat syarat yang kuberikan? Jika kau melanggarnya maka--"

Sarada membekap mulut Boruto dengan tangannya. Ia tidak ingin mendengar Boruto berbicara lebih lanjut. "Apa maumu? Kau mau menghukumku lagi?" tanya Sarada seraya menatap tajam Boruto.

Boruto menyeringai, ia menjulurkan lidahnya dan menjilat telapak tangan Sarada yang membekap mulutnya. Gadis itu spontan menjauhkan tangannya dari Boruto dan menyembunyikan tangannya dari jangkauan Boruto, tak lupa menghapusnya.

"Kau sungguh tak waras!"

"Ya, itu karena dirimu," bisik Boruto lalu mengelus pipi gembul Sarada dengan lembut. Ia menatap netra sehitam jelaga itu dengan intens.

"Malam ini kau sudah harus siap, karena aku akan mengajakmu untuk pergi." Baru saja Sarada ingin protes, Boruto kembali melanjutkan perkataannya. "Jika kau tak menurut, mungkin yang kemarin tak buruk untuk hukumanmu." Setelah mengatakan itu, Boruto mengambil buku yang tadi diambil Sarada dan mengembalikannya pada gadis itu.

"Aku sarankan, kau tak baca buku itu jika tidak ingin kecewa dengan endingnya." Boruto pergi seraya menyimpan tangannya ke dalam saku celana.

Sarada yang berdiri seraya memeluk buku itu kini hanya bisa menghela nafas lega. Lantas berbalik badan dan kembali ketujuan awalnya. Duduk di meja, lalu membaca dengan tenang. Meski Boruto sudah memberikan spoiler yang menyebalkan, Sarada tak ingin termakan perkataan Boruto begitu saja.

...

Malas.

Sarada benar-benar tak ingin bangkit dari kasurnya. Ia sangat malas untuk memenuhi perintah Boruto agar dirinya bersiap-siap. Namun, ia tak bisa mengabaikannya karena akan berakibat pada dirinya sendiri. Kapan pertunangan ini bisa ia batalkan? Tanya Sarada dalam benaknya.

Sarada melirik jam di layar ponselnya dan menunjukkan pukul tujuh tepat. Yah, masih ada waktu, jadi Sarada lebih memilih untuk memanfaatkan waktu itu dengan bermalas-malasan di kasur sembari bermain ponsel.

"Sarada!"

Ceklek.

Sarada menoleh ke arah Sakura yang kini membuka pintu dan menatapnya. "Kenapa belum siap-siap? Boruto sudah menunggu di luar dari tadi." Sakura mendekat seraya duduk di pinggir kasur.

Dengan amat terpaksa, Sarada bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap mata Sakura dalam-dalam, lalu menghela nafas. "Apa Ibu mau membantu Sara?"

Sarada yakin jika dia meminta bantuan Sakura dengan bilang bahwa dirinya sakit pada Boruto, lelaki itu tak akan memaksanya untuk ikut, kan. Dirinya hanya perlu berakting seperti kemarin.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang