Do It Like A Dude

154 16 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I can do it like a brother, or do it like a dude




Part 2







Mobil Lexus hitam legam berpenumpang 4 orang yang sejak tengah malam telah terparkir di sebuah jalanan ramai kawasan diskotik terbesar di Gangnam.

"Cih! Kau lihat mulut besarnya itu tersenyum seperti sudah memenangkan lotre."

Yoongi hanya melirik sekilas menvalidasi apa yang dikatakan saudara kembarnya, sambil tangannya terus mengotak-atik senapan laras panjang yang ia genggam. "Sudahlah, jangan pikirkan mantanmu terus. Kita masih punya tugas yang harus diselesaikan."

"Tapi dia menipuku ratusan juta won!"

Yoongi membidik sembarang arah setelah menyelesaikan setelan senapannya. "Salah sendiri main judi."

"Hahhh— kau ini tahu apa!"

Yoonji frustasi karena menurutnya saudara kembarnya ini memang tidak bisa diajak curhat sama sekali. Sejenak keheningan menyelimuti si kembar sampai akhirnya sebuah siulan memecah keheningan itu.

Jimin memasuki mobil dan seketika menyadari atmosfer di dalamnya terasa sangat aneh dan mengerikan. "Wow wow wow, suasana apa ini? Kalian habis bertengkar?"

Yoonji hanya memutar matanya malas sambil menyalakan rokok. "Si idiot itu kalah judi dan mantannya membawa kabur semua uangnya."

Pelototan tajam kini menghujani si pria pucat. "Sialan kau pengadu!"

Jimin hanya tersenyum remeh, "Tak apa sayang, meskipun kau miskin sekarang tapi aku masih punya banyak uang untuk menghidupimu."

"Fuck off Jimin!"

"Dengan senang hati sayang, kemarilah."

Yoongi hanya menatap keluar jendela dengan jengah melihat sepasang kekasih itu. Memang benar mereka berdua sepasang kekasih namun mereka sama-sama player. Mereka hanya menjalin hubungan karena saling menguntungkan. Bahkan keduanya tak keberatan apabila salah satu diantara mereka selingkuh atau bahkan keduanya yang melakukan.

Tapi, Yoonji sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan Jimin kepadanya. Ia tahu benar bagaimana kepribadian saudara kembarnya. Yoonji memang tak keberatan Jimin selingkuh, asal bukan dengan orang yang kenal dekat dengannya. Apalagi dirinya, saudara kembarnya sendiri.

Bagaimana reaksinya kalau tahu Jimin selama ini selalu bermain dibelakangnya? Bahkan dengan saudara kembarnya sendiri?

"Aku mau keluar." Yoonji beranjak membuka pintu mobil sebelum teriakan Jimin menggema.

"Hey! Mau kemana? Kita masih harus menembak target kita!"

"Aku mau minum dulu sebelum bertugas, okey?" cengiran Yoonji hadiahkan kepada pacarnya sebelum berbalik arah dan masuk kedalam salah satu diskotik, "Jangan lupa jemput aku jam 3 pagi, okey?!" sambung Yoonji yang berteriak sebelum memasuki diskotik itu.

"Cih, memangnya aku sopirnya?"

Yoongi melirik Jimin yang mulai menghidupkan mesin mobilnya, "Kita kemana?"

"Entahlah, ini masih jam 11 malam, masih ada 4 jam lagi sebelum kita mengeksekusi target kita. Menurutmu ada tempat menarik yang bisa kita kunjungi?" Jimin berbalik menatap Yoongi.

"Ke sungai Han saja."

Jimin tersenyum, merasa tebakannya benar. "Okey." Padahal dirinya memang merencanakan sesuatu.
 
 
 
 
 

At Han River
 
 
 
 
 
 
Yoongi menatap keheningan air sungai Han dari atas kap mobil. Suasana sekitar pun juga sepi. Untuk sejenak pikirannya bisa merasakan ketenangan sebelum ia melakukan pekerjaan kotornya. Sebenarnya ia tidak terlalu suka melakoni pekerjaan itu, menjadi penembak jitu yang berada di bawah bisnis gelap. Pekerjaannya hanya membunuh target-target yang diperintahkan para mafia dengan imbalan uang besar untuk setiap eksekusinya.

Lagipula hanya itu yang ia dan Yoonji tahu. Keluarganya sudah menggeluti pekerjaan ini bahkan sejak ayahnya dulu masih hidup. Dan hanya kehidupan inilah yang ia tahu.

"Kau memikirkan apa?"

Yoongi melirik Jimin yang ada di sebelahnya, berdiri menatap lurus kedepan dengan puntung rokok yang beberapa kali ia hisap. "Mengapa kau peduli?"

"Kau tahu aku selalu peduli padamu." Jimin membuang puntung rokoknya dan beralih menatap Yoongi. Mengubah posisi berdirinya hingga mereka bisa berhadapan. "Aku selalu menahan ini tapi Yoongi, aku peduli padamu. Sungguh."

Yoongi menatap Jimin yang bediri tepat di hadapannya. Tubuh kekarnya begitu pas berdiri di sela-sela kakinya yang tengah duduk di atas kap mobil.

"Aku ingin berhenti dari semua pekerjaan ini. Tapi aku belum sanggup." Yoongi menunduk, memutus kontak matanya dengan Jimin.

"Hey, lihat aku." Jimin menarik dagu Yoongi agar mereka bisa kembali bertatapan. "Sebentar lagi, okey? Ayo lakukan sebentar lagi. Uang kita hampir cukup dan kita bisa pergi ke Hongkong dan menetap disana. Kau bisa tinggal di apartemen mewah dan aku bisa bertemu bos baru disana. Dan kau tidak harus mengikuti pekerjaanku seperti disini."

"Tapi, bagaimana dengan Yoonji?"

"Aku yang akan mengurus Yoonji. Lagipula kami memang tak terlalu mencintai satu sama lain." Jimin tersenyum dan menangkup kedua pipi Yoongi. "Andai saja aku bertemu denganmu lebih dulu sebelum Yoonji. Mungkin kau yang akan jadi kekasihku."

Jimin memutus kontak mereka dengan sebuah ciuman, membawa Yoongi menutup matanya dan menikmati setiap pagutan mereka. Perlahan tapi pasti pagutan diantara mereka menjadi semakin panas hingga keduanya tanpa sadar telah menanggalkan semua kain yang menutupi tubuh mereka.

"Maukah kau tetap bersamaku, Yoongi? Aku berjanji akan selalu melindungimu."

Yoongi mengangguk. Melupakan segala hal yang selama ini menyesakkan batinnya. Bahkan sejenak ia melupakan saudara kembarnya yang ia curangi. "Kau akan jadi pria-ku?

"Ya, aku akan jadi pria-mu."





fin.
 
 
 
 
 
pengen dijadiin work, ada yg minat baca?

Our Universe ㅡMyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang