Goodbye Road

202 12 2
                                    

           Goodbye,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Goodbye,

goodbye,

if I knew we were going to break up,

I shouldn't have loved you so much.




Jimin berjalan dalam diam, menatap punggung kurus berbalut kaos kebesaran favorit mantan pacarnya.

Ya, mantan pacar.

Min Yoongi, si kakak tingkat dari fakultas seni yang kemarin baru saja ia akhiri hubungannya.

Jimin sendiri yang memutuskan untuk berpisah. Saat itu, Yoongi bahkan menangis keras, berteriak, bahkan terdengar sangat menyakitkan di telinga siapapun yang bisa mendengarnya. Yoongi menolak ajakan Jimin untuk putus, karena dia masih sangat mencintai Jimin.

Tapi lebih dari itu, Jimin tidak rela cinta Yoongi padanya hanya akan berakhir luka yang lebih dalam. Jimin seorang player, ia sendiri bahkan tahu itu sejak awal. Tapi, berbeda cerita ketika Jimin bertemu dengan seseorang setulus Yoongi. Yoongi bahkan sangat tulus dan rela mencintai Jimin bagaimana pun sifatnya, tapi justru itu yang membuat Jimin merasa bersalah padanya.

Yoongi terlalu baik, untuk dirinya yang terlalu jahat.

Alasan klasik yang mendasari pengambilan sikap Jimin pada Yoongi. Jimin sering pergi dating dengan kekasihnya yang lain, padahal ia sendiri telah memiliki Yoongi di sisinya. Sejak awal ia hanya berniat menjadikan Yoongi seperti kekasihnya yang lain,

senang-senang.

Tapi ternyata tidak semudah itu ketika Yoongi benar-benar jatuh hati padanya.

Selama ini, semua kekasihnya hanyalah kekasih palsu, yang hanya akan bersamanya untuk hubungan win-win. Sehingga keduanya, baik ia sendiri maupun kekasihnya tidak akan merasa terbebani dengan kebebasan.

Justru dengan ketulusan Yoongi, Jimin merasa terbebani. Ia sendiri tahu jika Yoongi berbeda, seseorang yang seharusnya bisa menjadi obat pemutus sifat buruknya. Tapi tidak semudah apa yang dibayangkan jika Jimin sendiri kesulitan mengobati sifat buruknya.

Yoongi tidak pernah bersalah atas apapun, sejak awal semua adalah salah Jimin sendiri.

Dan seperti saat ini, Jimin selalu diam-diam mengikuti Yoongi. Berjalan dalam diam sambil menatap punggungnya dari jarak beberapa meter. Jalanan ini dulu sering kali mereka lewati saat pulang bersama. Menjadi saksi romantisme hubungan mereka berdua. Dimana mereka bisa tertawa dan bercerita banyak hal. Sebelum akhirnya mereka berpisah di perempatan. Mereka akan saling melambaikan tangan tanda perpisahan.

Jahatkah ia yang telah mengubah senyum secerah itu menjadi air mata? Karena setelah perpisahan mereka, Yoongi bahkan tidak pernah tersenyum sama sekali. Bahkan seringkali punggung kecil itu terlihat bergetar kala berjalan memunggunginya.

Andai saja ia tahu akan berakhir seperti ini, maka ia tidak akan mencintai terlalu dalam.

Ingin rasanya Jimin meminta pengampunan Yoongi untuk semuanya. Ia bahkan tidak menginginkan perpisahan dengan sengaja. Ia tidak pernah sengaja menjalin hubungan dengan Yoongi hanya untuk perpisahan seperti ini.

Namun jika hanya luka yang Yoongi dapat jika bersamanya, apakah salah jika perpisahan itu yang menjadi obatnya? Perpisahan yang cepat atau lambat akan mereka hadapi. Jika tidak, apakah ia akan menjadi orang yang lebih jahat lagi karena selalu menoreh luka padanya?

Maka lebih baik bagi Yoongi untuk terluka dengan luka kecil saat ini, daripada jika terus bersamanya dia akan menoreh luka yang semakin besar.

Namun dibalik itu semua, kehadiran Yoongi merupakan kenangan terindah yang pernah Jimin rasakan. Sosok penuh cinta yang selalu menerimanya dengan tulus dan menjadi tempatnya pulang. Sosok yang akan selalu merengkuhnya dengan lembut ditengah kerasnya dunia. Sosok yang selalu mencintainya tanpa syarat.

"Aku tidak mencintaimu hanya untuk perpisahan seperti ini. Selamat tinggal, kekasih terindahku. Dirimu akan selalu ku kenang dan kurengkuh kenanganmu dalam hatiku."
 
 
 
 
 
 
 
END

Our Universe ㅡMyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang