Jimin : Mahasiswa - Semester 3 | Suami Min YoongiYoongi : Mahasiswa - Semester 7 | Istri Park Jimin
__________
Merasa capek setelah mencari bahan referensi makalahnya, Yoongi memilih keluar dari perpustakaan fakultas ekonomi. Menghindari tatapan dari para pengunjung perpustakaan yang terus saja membicarakan dirinya di belakang. Sudah biasa, kejadian seperti ini adalah makanannya sehari-hari.
Apalagi kalau bukan masalah kehamilan dan pernikahannya?
Kalau saja Jimin tidak melarangnya untuk mengeluarkan kata-kata kasar selama kehamilannya ini, pasti dia sudah menyumpahi setiap orang dengan kutukan kematian. Tapi bohong.Mungkin dia hanya akan mengucapkan kata-kata pedas dengan sedikit bumbu umpatan seperti biasanya ㅡralat sebelum ia hamil.
Sadar, ia juga tahu. Semenjak dirinya hamil, ia jadi lebih sensitif, lebih sering menahan diri untuk tidak berlaku kasar, dan lebih sering menampilkan sifat manja. Naluri keibuan perlahan muncul dengan sendirinya tanpa harus repot-repot ia ciptakan.
"Fuㅡ"
"Hyung, apa yang kukatakan tentang mengumpat?"
Bukan, Yoongi tidak bermaksud mengumpati orang yang membicarakannya itu. Ia hanya terkejut Jimin menunggunya di depan perpustakaan, tepat di teras baca pojok kanan dekat pintu masuk. Dengan kaos putih gading, jeans hitam, tas punggung yang hanya disampirkan di bahu kanannya malas, dan masker putih yang sudah berada di bawah mulut sampai ke dagu.
Husband materials : ✔ (check).
"Apa yang kau lakukan disini?""Menemuimu, tentu saja."
Dan Yoongi menepi, berdiri jarak 3 meter di hadapan Jimin dengan tas jinjing kulit hitamnya. Membenarkan cardigan hitamnya agar sedikit menutupi perutnya yang mulai membuncit itu.
Baby Park telah memasuki usia 4 bulan
"Bukankah kau ada kelas, Jimin?" tanyanya dengan nada sarkas dan menuduh. Membuat perhatian orang-orang yang ada di teras baca sedikit banyak teralihkan pada mereka."Well, aku tidak mau istriku bepergian sendirian. Jadi aku skip kelasku dan titip absen pada Taehyung."
"..."
Cukup lama Yoongi terdiam, hanya menatap sosok Jimin di hadapannya yang terus menyunggingkan cengiran yang tidak jelas, bahkan cengiran itu juga diarahkannya pada orang-orang di sekitar mereka.
"Aku bukan anak kecil, Jim. Dan kenapa kau harus skip kelasmu? Kau pikir ayahmu menyekolahkanmu agar kau bisa main-main seperti ini?"Jimin sedikit mengulum senyum, kemudian menetralkan lagi wajahnya.
"Apa? Aku tidak main-main sekarang Tn. Park."
Jimin meraih telapak tangan Yoongi yang sedikit berkeringat, "Hey hey, tenanglah Ny. Park. Aku tidak serius mengatakannya. Kelasku kosong, jadi aku sudah tidak punya jadwal lagi. Dan kita bisa pulang bersama."
Sialan!
Wajah Yoongi total merah karena malu. Apalagi dihadapan banyak orang begini, dengan terang-terangan mereka beradu argumen."Ayo pulang!"
Yoongi berjalan mendahului, meninggalkan Jimin yang memandangnya dengan raut bingung.
"Ny. Park!""Jimin! Berhenti memanggilku begitu!"
Jimin hanya terkikik menanggapi. Padahal sebenarnya Yoongi tidak malu karena panggilannya, tapi karena ia tidak sengaja mendengar perkataan orang-orang di sekitarnya yang membuatnya bertambah malu.
"Ternyata seperti itu pertengkaran di dalam keluarga."
"Manisnya, Jimin itu husband materials sekali."
"Andaikan aku yang menjadi istrinya."
Fuckㅡ!
END
Jujur, ini salah satu dream work ku yang selalu stuck di pikiran haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Universe ㅡMy
Fanfictionkarena bahkan ribuan bintang di seluruh galaksi tahu, kau terlahir untuk melengkapi hadirku, menjadi pelengkap sayapku untuk terbang yang telah dipatahkan saat aku lahir ke dunia ㅡJimin, untuk Yoongi -kumpulan drabble, oneshoot, twoshoot, teaser wor...