Samudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian.
Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dirga mengangkat alis menatap lekat wajah Samudra yang masih diam, wajah itu benar-benar tidak asing, "maaf pak Haikal menyela, biar saya yang bertanya padanya, pak Haikal bisa keluar dengan gadis di sebelahnya", pinta Dirga sopan, pak Haikal diam sejenak tidak lama menganggukan kepala memberi kode ke arah Naomi agar ikut keluar.
Kini tinggal Dirga dan Samudra di dalam ruangan, tidak ada yang memulai pembicaraan, Dirga menghembuskan nafas panjang menatap cowok itu lekat, "kamu tidak asing, nama kamu siapa ? Apa alasan kamu ke sekolah menjelang malam begini?", tanyanya lembut.
Samudra terenyuh mendengar suara rendah dari pria di hadapannya, tidak ada nada intimidasi maupun memaksa di dalam nada, seakan pria itu hanya sekedar bertanya, "saya Samudra Aldebaran".
Deg
Dirga tertegun menggelengkan kepala, jantung berdetak tidak karuan, mencoba menguasai diri, "kamu belum jawab pertanyaan saya yang kedua Sam", ujarnya dengan kepalan tangan menguat mencoba mencari informasi lebih dalam lagi, apa benar Samudra adalah anak waktu itu.
Samudra menghembuskan nafas kedua tangan saling meremas merasa risih, bingung berkata jujur atau tidak, lama terdiam akhirnya Samudra mengambil keputusan mengatakan yang sebenarnya toh cowok itu harus terbiasa di hina dengan kemampuan yang dia miliki, "saya akan menjawab dengan jujur pak Dirga terserah mau percaya atau pun tidak dengan apa yang saya katakan tapi___".
Ucapan cowok itu berhenti kembali menghembuskan nafas panjang seakan yang akan keluar dari mulutnya adalah hal yang sukar untuk di katakan, "saya bisa melihat kematian hanya dengan menyentuh atau tidak sengaja bersentuhan dengan orang lain", ujarnya jujur siap menerima hinaan dari pria di depannya.
Dirga terdiam mencerna perkataan cowok itu sejenak karena setelah itu senyuman pria itu mengembang di wajah tampannya, "jadi benar kamu anak itu, Samudra Aldebaran anak yang baru saja masuk SMP datang dua kali ke kantor polisi mengabarkan sebuah kasus yang belum terjadi, pertama kasus kecelakaan pesawat yang merenggut orang tua kamu, kedua kebakaran yang terjadi di rumah sahabat kamu".
Samudra menautkan alis bingung membelalak setelah mengingat wajah Dirga, polisi magang saat cowok itu masih SMP, "terima kasih masih tetap bertahan hidup Samudra, maaf tidak bisa menyakinkan para polisi waktu itu untuk membantu kamu, maaf juga atas hinaan dari semua anggota waktu itu pada kamu", ujarnya penuh sesal, seandainya Dirga bersikekeh meyakinkan yang lain untuk mengikuti perkataan Samudra waktu itu mungkin kejadian mengerikan tidak akan terjadi.
"Pak Dirga percaya dengan apa yang saya katakan ?", tanyanya.
Dirga menganggukan kepala yakin, "dari awal saya percaya Samudra, waktu pertama kali kamu datang ke kantor polisi meminta menghentikan keberangkatan pesawat yang akan menuju palembang waktu itu saya sudah percaya", ujarnya tersenyum tipis.
"Kenapa bis__", suara Samudra tercekat tidak menyangka ada yang percaya dengan apa yang dia katakan soal kemampuan aneh yang dia miliki, "saya percaya karena bisa melihat waktu itu kamu datang dengan keadaan benar-benar kacau, tidak ada tanda kegilaan, juga karena mendiang kakek saya punya kemampuan aneh yang sama dengan kamu".
Samudra membelalak kaget mengetahui di luar sana ada yang punya kemampuan seperti yang dia miliki, "namun untuk kematian Vania kamu tidak bisa menjadikan kemampuan kamu sebagai alasan Sam, kejadian saat masih SMP akan terulang jika kamu berkata jujur, mereka akan kembali menghina kamu".
"Kemungkinan besar kamu yang akan pak Haikal jadikan tersangka utama kematian Vania", lanjutnya.
Samudra memejamkan mata pasrah, "kamu tidak perlu khawatir, saya akan menghadap kepala kepolisian agar bisa memberi waktu, jadi saya minta bantuan kamu untuk menemukan pelaku sebenarnya dalam kurun waktu 3 minggu, agar kamu bisa bersih dari tuduhan".
Samudra menganggukan kepala, Dirga menyodorkan kartu nama berisi nomor yang bisa cowok itu hubungi, "kamu sekarang bisa pulang, motor kamu sudah ada di depan, salah satu anggota membawanya ke sini", ujarnya.
Samudra keluar dari ruangan introgasi, Naomi masih ada disana menunggu, "belum pulang Na ?", tanya cowok itu lembut, Naomi tersentak menoleh menatap linglung.
"Kita searah, boleh gue nebeng?", pintanya, di luar masih gerimis, sebentar lagi juga malam akan tiba, Samudra menganggukan kepala menipiskan bibir melangkah beriringan menuju parkiran.
"Lo tidak takut ?", tanya Samudra setelah sampai di parkiran.
Naomi menghembuskan nafas, "gue percaya sama lo, jika lo memang pembunuh kenapa baru sekarang, kenapa bukan saat kita masih kelas dua", ujarnya memang sepenuhnya percaya pada cowok itu.
Samudra tersenyum tipis memberi kode gadis itu naik ke atas motor, Naomi menganggukan berpegangan pada lengan cowok itu.
Deg
Jantung cowok itu berdetak tidak karuan, kenapa kematian Naomi tidak bisa cowok itu lihat ?, "Na, pinjam tangan lo sebentar", pinta Samudra
Naomi menautkan alis menyodorkan telapak tangannya, Samudra menggengam tangan itu namun sama sekali tidak melihat bayangan kematian Naomi.