30. 🕵‍♂️ (END)

1.6K 113 25
                                        

Dirga juga pak Derbi sampai di kantor menyeret Nabila kasar, pak Arhan maupun pak Haikal membelalak keget, Nabila menatap menangis, "ayah tolong", teriaknya menatap pak Haikal membuat semua yang ada di dalam membelalak kaget, baru tahu jika pak Ha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirga juga pak Derbi sampai di kantor menyeret Nabila kasar, pak Arhan maupun pak Haikal membelalak keget, Nabila menatap menangis, "ayah tolong", teriaknya menatap pak Haikal membuat semua yang ada di dalam membelalak kaget, baru tahu jika pak Haikal adalah ayah dari pelaku.

Dirga menatap sinis mendorong Nabila kasar, "saya harap anda memberi hukuman yang setimpal pada pak Haikal maupun anaknya pak Arhan kalau tidak saya tidak segan menghancurkan karir anda", ancamnya kembali keluar menuju rumah sakit.

Pak Derbi menyeringai puas mengunci pergerakan pak Haikal takut-takut pria itu melakukan perlawanan "akhirnya kedok anda terbuka pak Haikal melalui anak anda sendiri, sekarang saya tidak perlu berpura-pura membela pendapat pak Haikal lagi pak Arhan ?", tanya pria itu.

Pak Arhan menganggukan kepala "betul pak Derbi, kamu ataupun saya tidak perlu lagi bertingkah aneh untuk mengungkap kebusukan pak Haikal, saya kira kamu hanya menjual senjata dan barang-barang penting milik kantor juga menggelapkan uang, ternyata kamu lebih dari itu pak Haikal", ucap pria itu sinis.

Dirga sampai di rumah sakit bertepatan saat Dimas datang, keduanya berlari mendekati Naomi yang terisak di depan ruangan operasi tidak menghiraukan darah Samudra yang menempel pada seragam. Dirga maupun Dimas mengatupkan bibir tidak sanggup mengeluarkan suara menatap cemas ruangan operasi, berharap kedua cowok di dalam sana bisa di selamatkan.

Setelah tiga jam menunggu Tarra keluar dengan wajah sembab membuat jantung mereka yang menunggu di depan begitu ketakutan, Tarra belum mengeluarkan suara saat dua brangkas di keluarkan dari dalam ruangan operasi salah satu sudah tertutup kain putih.

Mata ketiganya membelalak meraung mengetahui siapa di antara kedua cowok itu yang meninggal dunia, Tarra meringis menitikan air mata.

"SAMUDRA"

Teriakan pilu dari Naomi juga Dirga mendekat mengguncang tubuh Samudra yang sudah tertutup kain, Dimas begitu syok mundur begitu terguncang menahan isakan.

"Bangun Samudra, gue mohon, gue juga sayang sama lo, ayo bangun kita ke pantai sama-sama seperti yang lo inginkan saat pelaku sudah ditangkap", isak Naomi masih mencoba mengguncang tubuh Samudra, perlahan kain putih turun kebawah memperlihatkan wajah Samudra yang terlihat begitu damai.

Semuanya semakin terisak setelah melihat wajah cowok itu, seakan beban yang beberapa bulan cowok itu pikul menguap begitu saja.

Naomi menoleh menatap Tarra masih berlinang air mata, "dokter, saya mohon hiks bangunkan Samudra, dia sudah janji sama saya dokter setelah pelaku di tangkap dia akan mengajak saya kepantai seharian, saya mohon hiks", mohon Naomi bersimpuh di hadapan Tarra.

Semua yang melihat menitikan air mata tidak kuat mendengar raungan gadis itu, Dirga menangis menepuk dada, dua kali dia kehilangan adiknya, satu adik kandung, satunya lagi orang yang sudah dia anggap sebagai adik.

Bagaimana hancurnya Biru yang masih dalam keadaan kritis saat bangun dan mengetahui Samudra sudah pergi untuk selamanya setelah mendonorkan semua organ dalam untuknya ?

Besok paginya SMA Wisteria heboh dengan berita beredar tentang Nabila adalah pelaku sebenarnya, pak Haikal selaku orang tua Nabila menutupi bahkan memberi fasilitas pada anaknya dalam melakukan pembunuhan, serta Samudra yang sudah berpulang, Guntur dan Fajar begitu syok dengan fakta sebenarnya, semua angkatan Samudra hadir malayat, pemakaman umum sudah di penuhi para murid SMA Wisteria, guru bahkan para anggota kepolisian.

Naomi bersimpuh di samping gundukan menatap batu nisan bertuliakan "Samudra Aldebaran", mencoba menahan tangisan.

Perlahan hujan turun membasahi bumi, semua yang melayat perlahan bubar hanya menyisakan Naomi, Dimas, juga Dirga, "Na, lo harus ikhlas jangan buat kepergian Samudra berat, cukup kehidupan dia yang sudah begitu berat selama ini, pak Dirga juga ikhlasin Samudra", ujar Dimas mengingatkan walaupun cowok itu hanya mencoba kuat nyatanya Dimas juga ingin menangis.

Naomi menganggukan kepala tersenyum tipis menghapus air mata, mengecup batu nisan Samudra lama, "makasih, gue perempuan paling beruntung bisa di cintai cowok seperti lo, Sam, tunggu gue", bisik Naomi sebelum pulang bersama Dirga dan Dimas.

***

Alam bawah sadar Biru.

"Sam, lo mau kemana ? Gue ikut, woy", teriak Biru berlari mengikuti Samudra yang terlihat menjauh, Biru berhenti melihat Samudra menoleh tersenyum begitu berseri.

"Sudah saatnya gue pergi Ru, gue sudah menepati janji mendapatkan pendonor untuk lo, sekarang lo yang harus menepati janji untuk hidup bahagia, sekarang bangun dan bahagialah menggantikan gue", ucap Samudra masih berseri-seri.

Biru menyeritkan dahi sama sekali tidak paham membelalak melihat Samudra perlahan menghilang dari padangan cowok itu.

"SAMUDRAAA"

"SAMUDRAAA JAWAB PANGGILAN GUE"

"LO DIMANAAA WOY, SAMUDRA"

Teriakan Biru berhenti merasakan tubuhnya seakan terjatuh kedalam jurang yang begitu dalam dan gelap.

Perlahan mata Biru terbuka meringis samar-samar melihat pak Tarra berdiri di sampingnya terlihat memperbaiki infus miliknya.

"Samudra", gumam cowok itu pelan, tanpa bisa di cegah air mata cowok itu keluar dari sela-sela mata, hatinya terasa di remas tanpa sebab kembali menutup mata.

END

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang