Samudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian.
Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi harinya SMA Wisteria gempar dengan kabar tentang kematian Vania juga Samudra yang di tetapkan sebagai tersangka utama, tatapan sinis penuh ketakutan dari satu sekolah di tujukan pada Samudra yang baru saja datang, cowok itu meringis, semalam Dirga mengabarinya tentang keputusan pak Haikal benar adanya, cowok itu di jadikan tersangka utama karena tidak ada satu pun yang mencurigakan selain Samudra ada di TKP lebih dulu di bandingkan Naomi.
Sampai di depan kelas 3 IPA 2 cowok itu berhenti sejenak menghembuskan nafas masuk kedalam kelas meringis dengan sambutan tatapan tajam dari teman kelas kecuali Naomi, tatapan cowok itu menyendu menatap bangkunya yang dulu berada di depan kini sudah berada di belakang kelas paling pojok.
"Iuhhh sering menyendiri, tidak mau berbaur nyatanya spikopat", celetuk seorang gadis mengidik ngeri, Nabila_.
"Tidak usah banyak bacot, takutnya lo juga jadi korban", celetuk ketua kelas, _Dimas.
Samudra tidak menghiraukan berjalan menuju bangkunya, meringis melihat tulisan umpatan di meja yang di tujukan untuknya, cowok itu duduk menenggelamkan kepala di atas meja menikmati rasa sakit di hati.
Brakkkk
Pintu terbuka kasar, terlihat seorang gadis masuk kedalam kelas dengan tatapan penuh amarah melangkah mendekati Samudra yang terbangun kaget mendengar suara pintu.
PPLLLAAAAAKKKKK
Tamparan keras terdengar, semua yang menatap meringis, Naomi menatap dengan tatapan tidak terbaca, "lo gila Sam, Vania sudah sakit, mengidap penyakit jantung dan lo tega membunuh dia dengan cara begitu mengerikan, brengsek lo", umpatan gadis itu menggelegar di dalam kelas.
"SINAR"
Teriakan melengking dari pintu membuat mereka menoleh terlihat dua cowok masuk kedalam kelas menarik lengan gadis itu menyembunyikan di belakang punggung, "kita pergi dari sini", ujar seorang cowok berbalik menatap Sinar.
"Tapi Guntur, dia__", ucapan Sinar berhenti melihat Guntur mengangkat telunjuk memberi isyarat untuk diam, cowok itu tanpa kata menarik lengan Sinar namun sebelum benar-benar keluar cowok itu sempat bersitatap dengan Naomi.
"Ternyata lo mengerikan Samudra", celetuk cowok yang masuk bersama Guntur tadi, Fajar_ menatap Samudra sinis sebelum ikut keluar.
Naomi meringis menepuk dadanya pelan merasakan sakit yang luar biasa di dalam sana, dulu mereka begitu dekat namun sekarang semuanya terpecah, beberapa menit seorang guru masuk kedalam kelas memulai pembelajaran.
Bel istirahat berbunyi seantero SMA Wisteria, semua murid berhamburan keluar kelas begitu pun dengan Samudra yang berniat menuju kantin membeli roti dan minuman kaleng, namun langkah cowok itu terhenti tepat di depan kelas menutup mata merasakan bau busuk, para murid sudah menunggu di luar melempari telur busuk kearah cowok itu.
"Dasar pembunuh".
"Memalukan, pergi lo dari sekolah".
"Bikin malu sekolah saja".
"Menjijikan"
Srekkk
Samudra membuka mata membelalak kaget melihat seorang cowok berdiri tepat di hadapannya melindungi dari lemparan telur, "mau sok jagoan kalian hah, belum tentu Samudra pembunuhnya, kalian tidak dengar apa yang polisi katakan tadi pagi, belum ada bukti yang menunjukan Samudra pelaku hanya saja keputusan dari komandan kepolisian menunjuk Samudra sebagai tersangka karena dia yang pertama menemukan mayat Vania".
"Jangan main hakim sendiri, bisa saja pelaku sebenarnya ada di antara kalian, bubar atau gue panggil pak Ihzam ke sini", ancam cowok itu, pak Ihzam adalah guru kedisiplinan di sekolah yang terkenal garang, juga tegas, semua murid bubar takut berhadapan dengan pak Ihzam.
Cowok itu berbalik menatap sinis ke arah Samudra, "tidak usah kegeeran, gue lakuin ini bukan untuk membela, gue hanya benci melihat penindasan di hadapan gue", ujarnya pergi menjauh.
"Biru", gumam Samudra menyebut nama cowok itu, meringis kembali masuk kedalam kelas mengambil seragam ganti yang sengaja dia siapkan di musim hujan sebelum menuju ke toilet membersihkan tubuhnya.
Baru sehari Samudra sudah tidak kuat.
Selesai mengganti seragam cowok itu berjalan menuju tempat mayat di temukan mencari sesuatu yang bisa jadi petunjuk berharap masih ada tertinggal untuk bisa di jadikan bukti, sampai di lantai dua Samudra menatap tajam tempat mayat di temukan, mencoba memikirkan kemungkinan yang terjadi, menyangkut pautkan dengan bayangan kematian Vania yang dia lihat saat tidak sengaja bertabrakan.
"Bukannya ponsel Vania terhempas jauh ya", gumamnya mengingat berjalan mendekati vas besar di pojok tangga.
Alis cowok itu terangkat melihat sebuah ponsel tergeletak di samping vas, Samudra memungut dengan cepat memasukan kedalam kantong celana sebelum kembali turun ke bawah menuju kelas.
SMA Wisteria mempunyai bangunan luas, di lantai satu di khususkan ruang kelas, kantin, perpustakaan, ruangan guru, di lantai dua semua ruangan organisasi ada di sana, di lantai tiga ada aula, ruangan rapat guru atau pertemuan dengan para orang tua murid.