10. 🕵‍♂️

1K 92 0
                                        

Pria itu masuk kedalam rumah dengan perasaan marah, tatapan menajam membuka pintu kamar berwarna coklat dengan kasar, orang yang tengah terlelap di tempat tidur terlonjak kaget menatap dengan tatapan jengah, "ada apa ? Kalau tidak ada yang penting...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu masuk kedalam rumah dengan perasaan marah, tatapan menajam membuka pintu kamar berwarna coklat dengan kasar, orang yang tengah terlelap di tempat tidur terlonjak kaget menatap dengan tatapan jengah, "ada apa ? Kalau tidak ada yang penting aku tidur kembali walaupun besok libur seko__".

PLAKKK

Tamparan keras terdengar, sama sekali tidak ada ringisan dari yang menerima tamparan, seringai orang itu muncul di wajah menatap tajam kearah pria itu, "wah ada kemajuan ayah, sudah terasa sakitnya walaupun itu belum seberapa, kenapa berhenti ayah ? Tunjukan pada aku bagaimana melakukannya dengan baik", ujarnya terdengar begitu sinis, dada pria itu bergemuruh benar-benar di kuasai emosi sekarang.

Sreeghh

Bughhh

"Uhukk".

Orang itu terbatuk pelan merasakan perih bagian dada mendapat tendangan dari ayahnya sendiri sampai terjatuh dari tempat tidur, "kamu benar-benar gila, sama seperti mendiang ibu kamu sama-sama spikopat", umpat pria itu kesal.

"Berhenti menghina ibu brengsek, bukan ibu yang psikopat tapi anda, bukan ibu yang gila tapi anda, apa yang aku lakukan sekarang buah dari perlakuan kasar anda pada mendiang ibu saya, pergi dari kamar saya sekarang juga atau saya tidak segan membunuh anda", ancam orang itu terlihat benar-benar serius, emosinya terpancing mendengar pria itu menghina mendiang ibunya.

Pria itu mendengus keluar dari kamar menutup pintu dengan kasar, orang yang ada di dalam kamar mengepalkan tangan meninju kaca melampiaskan amarah sampai pecah berserakan di lantai, "aaarrrhhhhh sialaaan", jeritnya luruh kebawah perlahan terisak, bukannya psikopat tidak punya perasaan tapi kenapa orang itu sekarang menangis ?.

Samudra keluar dari kamar setelah jam berdering mengganggu tidurnya, "Biru bangun sudah pagi", teriak Samudra di depan pintu, Biru perlahan membuka pintu menguap lebar, "apa sih Sam, libur juga, gue masih ngantuk", ujarnya dengan wajah pucat membuat Samudra menyeritkan dahi.

"Sakit lo kambuh lagi ?", tanyanya penasaran, Biru menganggukan kepala keluar dari kamar menuju dapur mengambil segelas air putih, "semalam sakitnya kambuh tapi setelah gue minum obat rasa sakitnya perlahan menghilang", ujarnya setelah meneguk air minum sampai habis.

Samudra menipiskan bibir meringis, "lo istirahat biar gue beli makanan di luar, lo mau makan apa ?", tanyanya melihat Biru malah duduk di karpet bulu menyalakan TV berbaring di sana, "nasi kuning Sam, ada di seberang jalan 2 km dari sini", ujarnya mengusap wajah, Samudra menganggukan kepala membuka pintu membelalak melihat motornya yang dulu rusak terparkir di depan rumah.

"Itu motor lo sudah gue perbaiki sama seperti sebelumnya, gue tahu itu adalah kenangan dari orang tua lo, kunci ada di nakas di dalam kamar gue, tadi subuh teman gue datang membawanya", ujar Biru melihat Samudra berhenti di ambang pintu.

"Ru, bagaimana gue bisa membalas apa yang lo lakukan pada gue ?", tanyanya menoleh menatap sendu ke arah Biru yang masih setia menatap tanyangan upin ipin, "ck jijik gue dengar perkataan lo, tetap jadi sahabat gue, temani masa-masa terakhir hidup gue itu sudah lebih dari cu__".

"Berhenti bicara seperti itu Biru, gue jamin lo pasti sembuh, jangan pernah menyerah untuk bertahan, lo di sini gue beli nasi kuning yang lo mau", ujar Samudra memotong ucapan cowok itu masuk kedalam kamar Biru mengambil kunci motor kembali keluar, tidak menyadari air mata Biru keluar dari sela-sela matanya.

Samudra menghentikan motor menyeberang melihat penjual nasi kuning yang terlihat ramai, cowok itu mendekat, "mbak nasi kuning ayamnya dua di bungkus ya, oh iya yang satu pakai lombok yang satu tidak usah", ujarnya memesan.

Gadis yang tengah menyiapkan nasi kuning tersenyum mendongak membelalak melihat Samudra yang juga terlihat terkejut

"NAOMI"

"SAMUDRA"

Ucap keduanya kompak, Naomi meringis menunduk malu, "tunggu ya", ucapnya menyerahkan pesanan orang lain sebelum membuat pesanan Samudra, cowok itu tersenyum tipis melihat cara gadis itu, terlihat begitu lihai, "maaf Sam tinggal satu bungkus saja", ujarnya merasa tidak enak.

Samudra menganggukan kepala, "tidak apa-apa Na, yang itu tidak usah pakai lombok, hm_", ujar cowok itu membasahi bibir bawah memalingkan wajah sebelum melirik kembali gadis itu, "lo mau nemenin gue sarapan bubur di seberang ?", tanyanya membuat Naomi yang menyodorkan kantongan berisi pesanan Samudra membelalak kaget.

Samudra merutuki mulutnya yang tidak bisa di rem, "Kalau tidak mau tidak usah Na, gue tidak mak__", ucapan cowok itu berhenti melihat Naomi tersenyum menganggukan kepala, "tunggu ya gue beresin meja dulu", ujarnya bergegas membersihkan meja.

Senyuman Samudra mengembang menganggukan kepala memperhatikan setiap pergerakan gadis itu, ekspresi cowok itu berubah sendu perkataan Dirga terngiang di dalam kepala sekan menjadi alarm peringatan bagi cowok itu.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang