5. 🕵‍♂️

1K 82 0
                                    

Samudra keluar dari kamar setelah mendapat pesan dari Biru, bergegas membuka pintu rumah membelalak kaget melihat Biru benar ada di depan dengan tubuh yang sudah basah, hujan di luar masih begitu deras, malam juga sudah larut, "lo ngapain goblok",...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra keluar dari kamar setelah mendapat pesan dari Biru, bergegas membuka pintu rumah membelalak kaget melihat Biru benar ada di depan dengan tubuh yang sudah basah, hujan di luar masih begitu deras, malam juga sudah larut, "lo ngapain goblok", umpat Samudra kasar menarik cowok itu masuk kedalam rumah, terlihat kemarahan nampak di wajah Samudra.

"Ganti baju lo", perintah Samudra masih dengan suara yang terdengar marah, Biru mendengus masuk kedalam kamar cowok itu mencari baju, setelah mengganti pakaian Biru kembali keluar melihat Samudra duduk di karper bulu dengan coklat panas di depannya.

"Lo ngapain datang ke sini tengah malam, di luar juga hujan, goblok", tanya Samudra terdengar seperti omelan.

Biru menghembuskan nafas berbaring di karpet bulu menyalakan TV, "gue datang ke sini ingin mendengar penjelasan lo tentang kejadian waktu SMP walaupun gue sudah terlambat menanyakan", ujarnya membuat Samudra mengatupkan bibir berubah sendu.

"Maaf soal kejadian itu Biru", ucap Samudra merasa bersalah, Biru mendengus kesal melempar bantal guling ke arah Samudra untung tidak mengenai coklat panas yang berada di tengah, "yang ingin gue dengar penjelasan bukan permintaan maaf lo", ujarnya kembali menatap TV.

Samudra menghembuskan nafas ikut menatap TV, "waktu itu gue tidak sengaja menyentuh pundak lo dan__", perkataan cowok itu berhenti membuat Biru menoleh, "gue melihat kematian lo sekeluarga, karena itu gue minta lo cepat pulang ke rumah agar sempat membawa keluarga besar lo keluar dari rumah sebelum kejadian, namun gue gagal", ujarnya menyendu.

Biru terbangun mencoba mencerna ucapan cowok itu, kernyitan di dahi terlihat jelas, "maksud melihat kematian gue sekeluarga itu apa ?", tanyanya penasaran, Samudra menoleh menghembuskan nafas, "gue aneh Ru, gue tidak seperti manusia lainnya, gue punya kemampuan aneh yang muncul saat memasuki umur lima tahun, gue bisa melihat kematian saat bersentuhan atau tidak sengaja menyentuh orang lain".

Deg

Biru mengatupkan bibir memperhatikan raut wajah cowok itu, tidak ada ekpresi bahagia yang ada cowok itu terlihat kesakitan dengan kemampuan yang dia miliki, keduanya diam menatap ke arah siaran TV, "maaf", celetuk Biru tiba-tiba.

Samudra hampir tersedak menatap horor, "ck ucapan lo lebih mengerikan di bandingkan melihat kematian orang lain Ru", ujarnya, Biru mendengus kesal melempar bungkusan kacang garuda ke arah cowok itu. "Lo tidur di kamar sebelah, gue sudah mengantuk", pamit Samudra masuk kedalam kamar.

Bukannya tidur cowok itu mengambil ponsel Vania yang sengaja dia cas sebelum keluar dari kamar menemui Biru, cowok itu duduk di kursi meja belajar menyalakan ponsel, mata Samudra membelalak kaget melihat wallpaper milik korban di sana ada foto Vania, Naomi, Nabila, Guntur, Sinar, Fajar saling merangkul tersenyum lebar ke arah kamera.

Samudra membuka galeri, kebetulan ponsel Vania tidak menggunakan sandi, tidak ada apa-apa di galeri selain foto obatan juga foto hasil pemeriksaan korban, "benar kata Sinar, Vania mengidap penyakin jantung", gumamnya kembali mencari sesuatu di dalam ponsel.

Cowok itu membuka whattsap namun sama sekali tidak ada yang mencurigakan, Samudra menghembuskan nafas mengusap wajah kasar lelah, bagaimana dia menemukan bukti jika di dalam ponsel Vania tidak ada yang mencurigakan.

Alis Samudra terangkat melihat icon catatan yang tertulis penting di bawahnya, penasaran cowok itu membuka ada beberapa tulisan di sana, Samudra membuka yang paling bawah terlebih dahulu.


"Cinta membuat segalanya hancur, persahabatan yang terjalin menjadi renggang hanya karena sebuah kata cinta"


Samudra mengigit bibir bawah mencoba mencerna namun cowok itu sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari curhatan Vania, cowok itu membuka catatan berikutnya.


"Tidak ada yang tulus, yang ada hanya saling memanfaatkan".


"Ck maksudnya apa sih ?, emang semua cewek kek gini kali ya susah di mengerti", celetuk Samudra asal kembali membuka catatan yang lain.


"Mereka yang memilih pergi adalah orang tulus hanya saja aku terlambat menyadari, di saat aku sadar semuanya berubah, aku bahkan malu untuk sekedar menyapa".


"Yang menjauh itu siapa ?, gue kemana saja sih selama ini bahkan gue baru tahu Naomi dan Nabila dekat dengan Vania", gumamnya penuh tanya.

Samudra membuka catatan paling atas membelalak walaupun tulisan itu terlihat typo namun cowok itu masih bisa mengetahui apa yang Vania tulis di sana.

"Dddssdfiiaaaa gghhiilaa psikkoooopotty".

"Dia gila psikopat", gumam Samudra membaca tulisan terakhir, "aarrhhh gimana gue menemukan pelaku dalam waktu begitu singkat, sialan", umpat cowok itu mematikan ponsel Vania menyimpan di dalam laci kecil meja belajarnya berjalan naik ke atas tempat tidur merebahkan tubuh yang terasa lelah.

Biru yang sudah tertidur meringis kembali membuka mata menekan perut yang terasa begitu sakit, cowok itu mengigit bibir, sekuat tenaga menahan erangan kesakitan, peluh keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang