"APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH ? DIMAS, FAJAR KE RUANGAN SAYA SEKARANG JUGA".
Teriakan dari pak Ihzam mengagetkan para murid di kantin, Dimas maupun Fajar mendelik kesal melengos berjalan mengikuti guru kedisiplinan saling melempar tatapan tajam, tidak ada yang tahu seringai di wajah salah satu di antara mereka tersenyum puas seakan apa yang telah dia rencanakan berjalan dengan lancar merogoh ponsel mengirim pesan pada orang di seberang sana sebelum mematikan ponsel.
Samudra yang masih termenung di dalam kamar rawat Biru tersentak kaget merasakan ponsel cowok itu kembali bergetar, Dirga yang tengah makan di sofa menyeritkan dahi menatap, cowok itu membuka ponsel membelalak spontan berdiri menoleh menatap Dirga dengan tatapan sulit di artikan.
"Pak Dirga", gumam Samudra menyodorkan ponsel meneguk ludah kasar terasa lemas, wajah cowok itu memucat melihat foto Dimas di layar ponsel.
085237491xxx : datang ke sekolah jam 05.20 tepat, korban selanjutnya.
Dirga mengepalkan tangan menatap Samudra menganggukan kepala mengatur rencana terlebih dahulu setelah itu Dirga keluar menuju kantor polisi mengatur anggota ikut beroperasi sore nanti, "Ru, apa yang harus gue lakukan sekarang ? Pelaku semakin menjadi - jadi, Dimas dalam bahaya Ru", lirih cowok itu menitikan air mata.
"Ru, gue pergi, lo istirahat, gue harus menyelamatkan Dimas", lanjut Samudra keluar dari ruangan tidak sengaja menubruk tubuh Tarra.
"Maaf", ucap Samudra kembali keluar, di depan rumah sakit cowok itu menghentikan taxi menuju ke sekolah sebentar lagi bel pulang berbunyi, Samudra harus sampai sebelum tiba saatnya pulang sekolah, bertepatan saat taxi berhenti bel pulang berbunyi seantero sekolah, Samudra membayar ongkos masuk kedalam berlari mencari keberadaan Dimas.
"Sam".
Samudra mengatur nafas melihat tinggal Naomi yang ada di dalam kelas, "Dimas mana ?", tanyanya langsung mengusap wajah kasar, "sudah pulang, pelajaran terakhir tidak masuk jadi anak-anak pulang lebih dulu, gue tinggal karena sedang piket", ujar gadis itu.
Cowok itu menganggukan kepala pamit keluar dari kelas, di gerbang sekolah Samudra merogoh ponsel mencoba menghubungi nomor Dimas namun sialnya cowok itu sama sekali tidak mengangkat panggilan, "Dimas angkat sialan", maki Samudra mencoba untuk yang kesekian kali.
"Halo"
"Anjing, lo dimana bangsat ?", umpat Samudra langsung.
Dimas di seberang sana menyeritkan dahi merasa bingung mencoba memperhatikan nomor, mungkin cowok itu salah sambung, "gue baru saja sampai di rumah, kena_",
Praaangggg.
Samudra membelalak mendengar suara pecahan kaca di seberang sana melihat panggilan sudah tidak tersambung lagi, cowok itu mengusap wajah kasar mencari taxi hendak menuju rumah Dimas, beberapa menit akhirnya Samudra mendapat taxi meminta sopir menuju alamat yang di kirimkan Naomi padanya.
Cowok itu terlihat gelisah mencoba menghubungi Dimas.
"Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan_"
"Sialan", umpat Samudra meremas ponsel, melihat jam di layar yang sudah menunjukan pukul 04.35, mobil taxi berhenti Samudra meminta untuk menunggu masuk mendekati rumah megah di depan mencocokkan alamat yang di kirim Naomi padanya, merasa yakin cowok itu melangkah membelalak melihat pintu rumah terbuka lebar.
Perasaan cemas menyeruak di hati cowok itu, berlari mendekat melengos melihat Dimas berjongkok di dalam membersihkan kaca di sana, "Dim, lo tidak apa-apa ?", tanya Samudra.
Dimas terlonjak kaget kaca di tangan kembali jatuh ke lantai, "gue tidak apa - apa, ngapain lo ke sini ?", tanyanya menoleh sepenuhnya, Samudra terdiam berjongkok membantu cowok itu membersihkan kaca melihat batu besar yang menjadi penyebab pecahnya kaca jendela rumah.
Deg
Jantung Samudra terasa berhenti tidak sengaja menyentuh tangan Dimas melihat kematian cowok itu yang sama sekali tidak berhubungan dengan pelaku, Samudra termenung membelalak, "BIRU", teriaknya mengingat kilasan kematian Biru.
Samudra merogoh ponsel mengubungi Dirga, tidak lama sambungan terhubung. "Pak Dirga ke rumah sakit sekarang, bukan Dimas yang jadi target pelaku tapi Biru", panik Samudra menarik Dimas ikut ke rumah sakit.
Dirga yang sudah menyimpan ponsel kedalam kantong jaket membelokan mobil menuju rumah sakit tempat Biru di rawat dengan kecepatan di atas rata-rata para anggota di belakang mengikut, sampai di rumah sakit Dirga lari menuju ruangan Biru, Tarra yang melihat menyeritkan dahi meletakan map di tangan berlari mengikuti takut-takut ada keadaan darurat yang terjadi.
Sampai di depan ruangan pria itu membuka pintu kasar membelalak melihat Biru sudah tergeletak di lantai kejang-kejang, "DOK__", teriakan Dirga berhenti melihat Tarra mendekat memeriksa kondisi pasien, Tarra mengepalkan tangan, "pasien di racuni", ujar Tarra mengangkat tubuh Biru meletakan di brangkas
Tarra mengeluarkan suntikan di dalam kantongan beserta cairan yang sengaja dia bawa setiap keliling memerksa pasien untuk menjaga kemungkinan yang terjadi, hanya beberapa menit setelah dokter menyuntik lengan Biru tubuh cowok itu perlahan berhenti kejang, nafas kembali beraturan.
¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Search 🕵♂️
Mystère / ThrillerSamudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian. Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...