Samudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian.
Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tarra keluar dari ruangan rawat Biru menghembuskan nafas mendekati Samudra dan Dimas, "bagaimana kondisi Biru, dokter ?", tanya Samudra langsung, Tarra meringis menatap wajah sembab cowok itu, "maaf Sam, kita harus menemukan pendonor dalam dua minggu ini, kondisi Biru semakin lemas setiap harinya obat-obatan tidak mempan lagi mengurangi rasa sakit yang Biru rasakan, satu-satunya jalan menemukan pendonor, saya juga takut penyakit Biru merambas ke jantungnya jika kita terlambat".
Samudra mengusap wajah kasar kembali terisak, tidak kuat lagi, tubuh cowok itu luruh ke bawah merasa lelah, "ambil ginjal saya dokter", ucapan Samudra membuat Tarra juga Dimas membelalak tidak percaya.
"Jangan gila Samudra", bentak Dimas langsung, kantongan berisi makanan sudah jatuh ke lantai.
Samudra menggelengkan kepala menatap cowok itu dengan pandangan kesakitan, "gue sudah lelah Dim, tidak ada lagi gunanya gue hidup, sebentar lagi gue mendekam di penjara, tiga hari kedepan polisi akan datang meringkus gue meminta mempertanggung jawabkan sesuatu yang tidak gue lakukan, lo tahu sendiri gue gagal menemukan pelaku sebenarnya dan waktu gue tinggal 3 hari lagi", lirihnya.
Dimas mengepalkan tangan emosi cowok itu terpancing menarik kerah jaket yang di gunakan Samudra menatap tajam, "lo masih punya waktu tiga hari goblok, jangan menyerah demi Biru, anjing, lo tahu apa yang di katakan Biru pada gue hah, di saat kondisi dia yang semakin drop yang ada di pikiran dia hanya lo bangsat", umpat cowok itu mendorong Samudra keras sampai tubuhnya menubruk dinding.
"Lo menyerah pelaku akan senang, paham !!! Ini yang pelaku inginkan membuat lo kacau sampai mudah menjebak lo meyakinkan semua orang bahwa lo pelaku sebenarnya", lanjut cowok itu membentak.
Samudra mengatupkan bibir mendengar bentakan dari Dimas, cowok itu termenung menunduk, "Dimas benar, Sam, lo harus kuat, kita belum bisa mengetahui apa yang terjadi besok hari, saya yakin Dirga akan berdiri tegak untuk menegakan keadilan, kamu sudah lihat sendiri bagaimana perjuangan Dirga hanya untuk membuktikan kamu tidak bersalah, kamu menyerah banyak orang yang kamu kecewakan salah satunya itu Biru", ujar Tarra.
Samudra menutup mata tanpa bisa di cegah suara isakan terdengar dari cowok itu, Dimas mendongak mengepalkan tangan berusaha sekuat tenaga menahan air mata mendengar isakan memilukan dari Samudra.
Dirga yang ada di kantor duduk di dalam ruangan mendengar jelas obrolan mereka di rumah sakit, ponselnya masih tersambung dengan ponsel milik Tarra yang mengabari tentang kondisi Biru kembali drop, Dirga mengusap wajah kasar dada pria itu terasa sesak mendengar isakan dari seberang sana ingatan tentang adiknya terngiang di pikiran pria itu.
"Pak Dirga, sebentar lagi rapat akan di mulai, pembahasan mengenai kasus di SMA Wisteria", panggil pak Derbi mengagetkan pria itu.
Dirga menoleh menganggukan kepala mematikan panggilan bergegas menuju ruang rapat mengepalkan tangan dengan tatapan menajam kedepan.
"Langsung saja Dirga, bagaimana perkembangan penyelidikan kamu, ingat waktu kamu tinggal tiga hari lagi untuk menemukan pelaku sebenarnya kalau tidak saya akan mengeluarkan surat perintah penangkapan Samudra", ucap pak Arhan terdengar tegas.
Dirga menatap sinis, menganggukan kepala, "terserah apa yang pak Arhan katakan, hanya saja saya masih punya waktu tiga hari menemukan pelaku, seperti perjanjian awal seragam saya sebagai taruhannya", ucapnya
"Kenapa pak Dirga begitu keras kepala?, tinggal menangkap Samudra masalah sudah beres, kamu tidak perlu menemukan pelaku karena pelaku sudah ada di dekat kamu, dia Samudra", ujar pak Derbi mengeluarkan pendapat.
Dirga menyeringai menatap tajam ke arah pria itu, "kenapa anda begitu yakin pak Derbi, ohhhh atau jangan-jangan anda orang yang berada di belakang pelaku sebenarnya, melindungi pelaku dari jerat hukum", tantang pria itu.
Pak Derbi melotot marah, "saya hanya tidak mau kamu hanya fokus dengan kasus di SMA Wisteria sampai mengabaikan kasus lainnya, sudah jelas Samudra adalah pembunuh, kamu masih keras kepala dengan semuanya", bentak pria itu.
Dirga terkekeh keras, "wah kenapa saya semakin yakin anda ikut menyembunyikan identitas pelaku, jika benar salah satu di antara kalian ada hubungan dengan pelaku saya tidak segan menuntut kalian atas apa yang kalian lakukan terutama karena perbuatan kalian membuat Samudra, orang yang sudah saya anggap adik sendiri menderita selama ini, paham!!, ingat baik-baik ucapan saya", bentaknya tidak kalah keras.