18. 🕵‍♂️

897 76 0
                                        

Dirga baru saja sampai di kantor tepat jam 07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirga baru saja sampai di kantor tepat jam 07.00, salah satu anggota kepolisian bernama pak Derbi memanggil masuk ke ruang rapat, pria itu tentu merasa bingung namun tetap mengikuti masuk kedalam ruangan rapat, baru saja duduk di kursi pak Arhan menatap cowok itu dengan tatapan tajam, benar kan kata Dirga pak Arhan seperti mempunyai kepribadian ganda.

"Dirga, waktu yang saya berikan sudah lewat sudah saatnya untuk menangkap Samudra sebagai pelaku pembunuhan Vania, bisa juga Samdra yang telah membunuh korban ke dua", ujar pak Arhan begitu tegas.

Dirga mendengus kesal membuka ponsel mengirip vidio ke grup, "lihat vidio yang saya kirim bukannya itu adalah bukti Samudra sama sekali bukan pelaku", ujarnya, para anggota bahkan pak Arhan membuka ponsel melihat vidio membelalak kaget, salah satu dari mereka mengepalkan tangan melihat vidio di sana, nampak jelas pelaku masih berusaha untuk kabur saat Samudra dan Naomi menemukan mayat Vania.

"Ck ini belum bisa di jadikan bukti pak Dirga, bisa saja Samudra kaki tangan pelaku, bagaimana Samudra bisa tahu tentang mayat Vania kalau dia bukan pelaku atau kaki tangan pelaku", celetuk pak Derbi.

"Saya setuju dengan apa yang di katakan pak Derbi, Dirga, di sini hanya memperlihatkan seorang berjubah hitam kabur tepat saat Samudra dan gadis di belakang sampai, ini sama sekali tidak bisa jadi bukti, tidak ada yang menunjukan siapa yang membunuh di antara mereka", ujar pak Arhan mengeluarkan pendapat.

Dirga mengepalkan tangan tidak ada yang menyahut, "beri saya waktu pak Arhan, dengan adanya bukti ini saya bisa menemukan pelaku", ujar pria itu merendahkan diri di hadapan para anggota.

Pak Arhan menghembuskan nafas memijit pelipis, "ini yang terakhir kalinya Dirga, saya beri kamu waktu satu minggu lagi untuk menemukan pelaku", ujar pria itu, Dirga menganggukan kepala walaupun sekarang pria itu benar-benar pesimis.

Salah satu di antara mereka menyeringai mengirim vidio itu ke orang di seberang sana meminta untuk mengedit sebelum di sebar luaskan, hanya butuh waktu beberapa menit orang di seberang membalas, seringai puas muncul di wajah pria itu.

Samudra keluar dari kamar mandi menyeritkan dahi melihat Biru yang telihat sibuk dengan labtop di depannya, "lo ngapain ?", tanyanya merapikan seragam sekolah, Biru menoleh tersenyum tipis kembali menatap layar labtop.

"Wali kelas gue mengizinkan untuk mengikuti pelajaran melalui zoom, gue bisa belajar juga melakukan perawatan di sini", ujarnya penuh semangat, Samudra tersenyum tipis menganggukan kepala.

"Yaudah gue berangkat ke sekolah, jangan terlalu capek, satu lagi jika ada yang masuk kedalam ruangan lo selain gue, dokter Tarra juga pak Dirga langsung teriak minta tolong atau tekan tombol merah di belakang brankas", peringatnya sebelum keluar.

Biru meringis menatap punggung Samudra tersenyum tipis mengangguk walaupun tidak terlihat, Samudra meminta para anggota kepolisian yang menjaga tetap di tempat sampai dia kembali ke rumah sakit, cowok itu keluar mendekat ke arah motor yang sengaja di parkirkan di rumah sakit melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah.

Sampai di sekolah Samudra bingung melihat para murid di sekolah sudah kumpul di koridor menatap kearahnya dengan tatapan sinis, lebih tajam di bandingkan sebelumnya.

Takk

Samudra berhenti melangkah merasakan tubuhnya di lempari sesuatu, cowok itu memejamkan mata mulai merasakan lemparan telur mengenai tubuhnya.

Takkk

"Huuu dasar pembunuh, biadap, pergi lo dari sekolah huuuu"

"Dasar pengecut beraninya sama perempuan lemah"

"Sampah"

"Mati lo"

Samudra mengepalkan tangan mendengar umpatan - umpatan dari satu sekolah padanya, di sertai lemparan telur maupun kertas tepat pada tubuhnya, ponsel cowok itu bergetar di dalam saku celana namun cowok itu sama sekali tidak menghiraukan, Samudra menyeritkan dahi membuka mata setelah tidak ada lagi suara yang terdengar, mata cowok itu membola sempurna menyadari di depannya sudah berdiri Naomi dan juga Dimas.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH BERSIHKAN KORIDOR SEKARANG JUGA SAMPAI BERSIH DAN TIDAK BERBAU, PAHAM!!!", bentakan dari pak Ihzam yang baru saja masuk kedalam sekolah mengagetkan para murid di sana.

Banyak di antara mereka langsung kabur, pak Ihzam menggelengkan kepala memijit pelipis merasa lelah, Naomi meringis menatap Samudra, "Sam, ganti seragamnya dulu", ujarnya, Dimas juga menganggukan kepala menyetujui.

"Gue duluan ke kelas", pamit Dimas menajuh.

Naomi juga hendak menjauh namun berhenti merasakan pergelangan tangannya di tahan Samudra, "Na, jangan lakukan ke dua kalinya ya, gue mohon jangan melibatkan diri lo dalam masalah yang sedang gue hadapi, gue tidak mau lo terkena masalah", mohon cowok itu.

Gadis itu menganggukan kepala tersenyum tipis, keduanya sama sekali tidak menyadari seorang menatap dari jauh tersenyum puas melihat kedekatan mereka berdua.

"Naomi dan Biru kelinci yang bisa membuat lo lemah, tunggu Samudra, lo akan mendekam di dalam penjara, itu balasan karena lo menganggu kesenangan gue saat membunuh Vania, harusnya bukan hanya satu jari yang terpotong namun karena lo datang kesenangan gue berhenti", gumamnya melangkah menuju kelas.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang