Lagi - lagi Samudra berada di rumah sakit menunggu di luar mengusap wajah kasar, tidak lama seorang dokter keluar mendekati cowok itu, "dek, kamu keluarga pasien ?", tanya dokter membuat Samudra terlonjak kaget menganggukan kepala, dokter itu menghembuskan nafas, "maaf tapi pasien harus di rawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang tidak di tentukan sampai kita mendapat pendonor, obat yang sering pasien minum tidak berefek, kita harus memantau kondisi pasien setiap waktu".
Dddduuuuaaaarrrr
Samudra mundur menggelengkan kepala memegang kepala tidak percaya dengan apa yang dokter katakan, dada cowok itu sesak, sama sekali tidak mengeluarkan suara perlahan mendekati pintu ruangan Biru membuka meringis melihat cowok itu tengah memejamkan mata.
"Ru, bangun, sekarang gue harus bagaimana ?", lirih Samudra sekuat tenaga menahan tangis, tidak ada pergerakan sama sekali dari Biru hanya suara dari alat yang di pasang di tubuh cowok itu.
Samudra mengatupkan bibir mendongak berusaha agar air mata tidak keluar namun cairan bening tetap keluar membasahi pipi, benar lelah dengan apa yang tengah dia hadapi sekarang.
Dddrrreeettt
Cowok itu tersentak mengambil ponsel dari saku celana menyeritkan dahi melihat nomor asing mengirim pesan padanya.
Deg
Jantung Samudra berdetak tidak karuan melihat foto di layar, foto Biru yang tengah meringkuk di UKS, cowok itu membelalak kaget melihat nomor itu kembali mengirim pesan.
085233974812 : serahkan diri lo ke kantor polisi sebagai pelaku atau sahabat lo akan mati di tangan gue.
"Brengsek", umpat Samudra mencoba menghubungi nomor yang mengirim pesan padanya.
"Mohon maaf nomor yang anda tuju tidak terdaftar".
Samudra mengepalkan tangan mengirim pesan itu pada Dirga meminta untuk mencari tahu siapa pemilik nomor itu juga membari kabar tentang kondisi Biru, setelah selesai cowok itu menatap kedepan dengan pandangan kosong, Samudra berharap penglihatannya salah tentang kematian Biru yang meninggal karena pelaku pembunuhan di sekolah.
Dirga yang berada di kantor menyeritkan dahi melihat pesan dari Samudra dengan cepat pria itu membuka tertegun membaca sederetan pesan dari cowok itu, selesai membaca pria itu bergegas keluar dari ruangan berniat menuju rumah sakit.
"Dirga mau kemana kamu ?", tanya pak Arhan tiba-tiba menghentikan langkah Dirga.
Dirga mengatur nafas, "keluar sebentar pak, ada hal penting yang harus saya kerjakan terlebih dahulu, silahkan rapat saja tanpa saya", ujarnya kembali berlari keluar, pak Arhan mengatupkan bibir menatap dengan pandangan tidak terbaca.
Sampai di rumah sakit Dirga berlari menuju ruangan Biru, "eh pak Dirga", sapa Samudra kaget melihat pintu tiba-tiba di buka, pria itu masuk mendekat duduk di sofa mengatur nafas.
"Kita benar - benar terjepit Samudra, pak Arhan bersikukuh menjadikan kamu pelaku, saya benar - benar bingung pak Arhan maupun pak Haikal begitu ngotot menjadikan kamu pelaku", ujarnya, Samudra menipiskan bibir melengos pasrah tidak menjawab.
"Beri saya waktu pak Dirga, saya harus menepati janji pada Biru untuk menemukan pendonor", ucap Samudra menatap wajah Biru tanpa mereka tahu Biru yang sudah tersadar mendengar obrolan keduanya walaupun mata cowok itu begitu berat untuk di buka.
Suasana kantin sekolah riuh terlihat Nabila dan Sinar tengah saling menjambak satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah di antara kedua gadis itu, Fajar maupun Guntur sampai menyerah memisahkan.
Sreeekk
Bubbhhh
Tubuh Sinar terdorong menubruk meja kantin, Nabila merapikan rambut menatap sinis ke arah gadis itu, "kenapa lo marah ? bukannya apa yang gue bilang itu benar, lo pelacur sekolah", umpatnya kasar terkekeh melirik ke arah Fajar dan Guntur, "jangan bilang mereka berdua sudah makai lo ya".
Plakkk
Semua murid yang menonton meringis melihat Fajar tiba-tiba melayangkan tamparan pada gadis itu, "jaga omongan lo itu, karena lo semua jadi hancur, lo yang membuat pertemanan di antara kita renggang seperti ini karena hasutan lo itu, Naomi jadi tersisihkan namun setelah itu lo menjauh seakan-akan yang salah itu kami, bicth".
Naomi yang berada di antara penonton tertegun dada gadis itu bergemuruh menggelengkan kepala tidak percaya, hatinya terasa di remas sekarang, tidak mungkin Nabila tega melakukan itu semua.
Ssrreekkk
Bughh
Brakkkk
"AAAAAAAAAAA"
Suasana semakin heboh melihat Dimas tiba-tiba datang memberi pukulan keras di wajah Fajar sampai menubruk kursi di kantin, "lo yang harusnya jaga omongan Fajar, tidak usah kasar sama perempuan, bukannya itu yang lo suka membuat pertemanan orang lain hancur berantakan, setelah itu lo datang seperti malaikat, mengulurkan tangan untuk membantu tapi lo malah menusuknya lebih dalam lagi", marah Dimas.
Fajar mengepalkan tangan, berdiri menatap sinis ke arah cowok itu, Guntur yang sedari tadi diam tertegun sejenak setelah itu seringai muncul di wajah tampannya menikmati pertunjukan yang semakin terlihat menarik.
¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Search 🕵♂️
Bí ẩn / Giật gânSamudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian. Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...