Biru menghembuskan nafas membuat Dimas melirik meringis paham, "sabar Ru, lo akan sembuh", ucapnya menenangkan, Biru menggelengkan kepala, "bukan itu yang gue takuti Dim, setelah gue pergi Samudra bagaimana ?, dia hanya punya gue yang sudah dia anggap keluarga, lo tahu sendiri kehidupan Samudra yang sama sekali susah untuk berinteraksi", ujarnya menunduk.
"Lo tidak perlu khawatir, lo fokus kesembuhan lo dulu, soal Samudra, gue bisa melihat ada perubahan dari dia, semua yang menimpa cowok itu menjadikan pribadi Samudra menjadi lebih baik, lo bisa lihat sekarang dia tidak sekaku dulu, dia sudah bisa berinteraksi", ujar Dimas memainkan ponsel.
Biru menganggukan kepala, "dulu gue benci Samudra karena salah paham sama dia, menyalahkan dia atas kebakaran yang terjadi sampai menewaskan keluarga besar gue, hanya saja semakin gue benci sama dia, hati gue juga ikut sakit, jujur gue bingung dengan perasaan gue sendiri sampai gue sadar harusnya gue tidak menyalahkan Samudra, dia sudah melakukan yang terbaik untuk gue, dia sudah menderita selama ini", ceritanya membuat Dimas berhenti bermain, menyimpan ponsel.
"Berhenti menyalahkan diri sendiri Biru, lo harus sembuh demi Samudra, gue dengar dokter Tarra sudah mencari pendonor untuk lo sampai ke luar negeri, jadi sekarang tugas lo fokus dengan kesembuhan lo dulu", ujar Dimas berdiri mendekat menepuk pundak cowok itu menyakinkan.
Biru tersenyum menganggukan kepala mengepalkan tangan penuh tekad untuk sembuh.
Samudra berhenti tepat di depan rumah sederhana milik Naomi, menatap dalam gadis itu yang kini sudah berdiri di depan pagar tersenyum tulus, membuat hati Samudra menghangat seketika, "Na", panggil cowok itu menghentikan Naomi yang hendak masuk, Samudra turun dari motor menarik gadis itu kedalam pelukan.
"Sam"
Naomi tertegun saat cowok itu mengeratkan pelukan, pipi terasa memerah saat gadis itu merasa kecupan singkat Samudra tepat di puncak kepalanya, "jangan ikut campur lagi Na, gue tidak mau lo celaka, lo harus bahagia__", ucapan cowok itu berhenti sejenak, hatinya terasa di remas, "gue sayang sama lo", lanjut cowok itu melepas pelukan mengusap pipi Naomi sejenak.
Gadis itu sama sekali tidak membalas, terlalu kaget mendengar pengakuan cowok itu, hati Naomi terasa sakit menatap Samudra yang sudah beranjak pergi setelah pamit, kenapa gadis itu merasa Samudra akan pergi meninggalkan dia ?.
Samudra yang baru saja sampai di rumah sakit menyeritkan dahi merasakan ponselnya bergetar, cowok itu merogoh menyeritkan dahi melihat nomor baru mengirim pesan padanya, penasaran Samudra membuka pesan di sana membelalak, cowok itu sampai mundur ketakutan.
085321257xxx : serahkan diri lo pada polisi sebagai pelaku kalau tidak, lo akan terima hadiah dari gue besok pagi.
Samudra mengusap wajah kasar, kenapa harus dia yang mengalami kerumitan yang harusnya di alami orang dewasa ?, Samudra menyalin nomor mencoba mencari siapa yang berani mengancam dia, namun sialnya nomor itu tidak terdaftar.
Baru saja ingin memgirim pesan pada Dirga, pria itu sudah menghubunginya, tanpa pikir panjang Samudra mengangkat panggilan, "halo pak ada apa ?", tanya Samudra.
"Gawat Samudra orang tua Sinar, murid SMA Wisteria datang melapor tentang anaknya yang belum pulang sekolah, saya takut kejadian korban kedua akan menimpa anak itu".
Bolehkah Samudra berhenti ? Dia benar-benar lelah sekarang, cowok itu mematikan panggilan setelah Dirga meminta cowok itu ikut ke sekolah mencari keberadaan Sinar, namun sebelum pergi, Samudra mengirim pesan pada Dimas untuk tetap di rumah sakit sampai dia kembali.
Motor Samudra berhenti tepat saat Dirga juga sampai di SMA Wisteria bersama beberapa anggota salah satunya adalah pak Derbi, "ayo semuanya masuk, sesuai pembagian tim, geledah sekolah untuk mencari keberadaan Sinar, kamu Samudra ikut saya", perintah Dirga
Para anggota menganggukan kepala begitupun dengan Samudra, mereka menggeledah sekolah, setelah setengah jam mencari mereka kembali berkumpul di depan mading sekolah, "lapor pak Dirga kami sudah mencari namun tidak ada sama sekali tanda-tanda keberadaan Sinar", lapor para anggota.
Samudra terdiam sejenak, "maaf pak Dirga apa pihak keluarga sudah menghubungi teman dekat Sinar ?", tanyanya, Dirga menganggukan kepala, "semua teman Sinar bertemu terakhir di sekolah setelah bel pulang berbunyi", ujarnya.
"Cari informasi di mana Sinar biasanya pergi, kita akan geledah semua tempat yang sering dia kunjungi", perintah Dirga tegas memijit pelipis.
Samudra tertegun, jantung cowok itu berdetak tidak karuan menyangkutkan pesan ancaman yang baru saja dia terima, "pak Dirga", panggil cowok itu merogoh ponsel memperlihatkan pesan ancaman yang baru saja dia terima.
Dirga membelalak kaget menatap Samudra dengan tatapan sulit di artikan, sekarang apa yang akan mereka lakukan ? Apa Samudra harus mengakui kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan ?
¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Search 🕵♂️
Misterio / SuspensoSamudra Aldebaran, cowok tampan, penyendiri, kaku, tidak suka bersosialisasi, bukan tanpa alasan cowok itu membatasi diri tapi kemampuan aneh yang dia miliki membuat cowok itu menikmati kesendirian. Namun kehidupan cowok itu berubah, kemampuan aneh...