16. 🕵‍♂️

791 70 1
                                    

"Aaarrrhhhhh sialan, gue gagal menghentikan penderitaan Biru, ck para bedebah itu menghalangi gue", gumamnya mengusap wajah kasar di dalam kamar, sejenak terdiam sebelum seringai muncul di wajah mendapat rencana yang lebih keren, jika Samudra tida...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaarrrhhhhh sialan, gue gagal menghentikan penderitaan Biru, ck para bedebah itu menghalangi gue", gumamnya mengusap wajah kasar di dalam kamar, sejenak terdiam sebelum seringai muncul di wajah mendapat rencana yang lebih keren, jika Samudra tidak mudah di kelabui sekarang giliran Biru yang harus dia pancing untuk keluar sendiri.

Braaakkk

Gebrakan pintu kamar membuat dia terlonjak kaget menoleh memutar bola mata malas melihat pria paruh baya yang ada di ambang pintu menatap penuh amarah, "berhenti melakukan ulah, dasar sinting, anak tidak di untung", teriak pria itu mendekat menarik kasar lengan orang itu membanting ke lantai.

"Ssttthh lumayan ayah", gumamnya menatap penuh kebencian berdiri mengepalkan tangan, "bukannya ini yang ayah inginkan, berhenti sok suci setelah apa yang ayah lakukan pada mendiang ibu dan keluarga besarnya, jangan pernah menatap saya seperti itu nyatanya darah kotor ayah mengalir di dalam tubuh saya, itu yang membuat hidup saya hancur sialan, saya tidak pernah minta di lahirkan jadi anak dari ayah seperti anda, keluar dari kamar saya, KELUAR BRENGSEK".

Pria itu tertegun mendengar teriakan keskaitan dari anaknya sesuatu yang baru pertama kali dia lihat, pria itu keluar dari kamar menutup pintu dengan keras melangkah menuju kamar tidak lupa menutup pintu duduk di tepi tempat tidur mengusap wajah kasar tatapan pria itu menyendu menatap foto keluarga di meja kerjanya.

"Sayang, maaf aku gagal melindungi kamu dari keluarga kamu sendiri, sekarang aku gagal jadi ayah, kenapa harus gen keluarga kamu yang mengalir dalam tubuh anak kita sampai dia tumbuh menjadi orang yang seperti ini", gumamnya menahan air mata menatap foto mendiang istrinya yang terlihat begitu bahagia menatap kamera.


"Sayang tahan aku mohon, KALIAN BENAR-BENAR GILA HANYA KARENA HARTA KALIAN MENYAKITI ISTRI SAYA, MATI KALIAN SEMUA", teriak pria itu mengeluarkan pistol dari saku jaket miliknya.

Dor

Dor

Dor

Anak berumur lima tahun yang baru saja keluar dari kamar membelalak kaget menutup mata tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang, tubuh anak itu luruh kebawah melihat lantai sudah penuh dengan darah, mata Pria itu membola sempurna kaget menunduk melihat istrinya merampas pistol di tangan menembak keluarganya sendiri tepat di jantung.

"Mas, jaga anak kita, rawat dia, bimbing dia, aku harap anak kita tumbuh seperti kamu bukan seperti aku ataupun keluargaku, aku uhhukk ssaayang kaalliaannn", lirihnya sebelum menghembuskan nafas terakhir kalinya.

Raungan pria itu terdengar, anak kecil berumur lima tahun itu tediam menatap dengan pandangan kosong.

"Hiks", pria itu terisak pelan menepuk dada yang terasa sesak masih jelas di ingatannya apa yang anaknya katakan dulu.

"Kenapa ayah sering memukul ibu ? Aku sering melihat lebam di wajah ibu".


"Andai kamu tahu nak, bukan ayah yang melakukan itu semua tapi keluarga ibu kamu sendiri, maaf ayah gagal jadi suami untuk ibu kamu dan sekarang gagal jadi ayah", gumamnya perih, jujur memukul anaknya adalah hal yang paling tidak dia inginkan hanya saja tidak ada jalan lain untuk menyadarkan anaknya yang sudah jatuh dalam kegelapan, namun menjebloskan kedalam penjaran juga bukan pilihan bagi pria itu.

Pria itu kembali mengusap wajah kasar, nyatanya dia juga sudah jatuh dalam lembah hitam setelah menutupi kesalahan anaknya sendiri, melakukan segala macam cara untuk melindungi kesalahan sang anak.

Biru perlahan membuka mata membuat Samudra menghembuskan nafas lega, "Sam, gue mau pulang, gue tidak suka di sini", lirih cowok itu. "Tidak usah keras kepala, ini semua demi kebaikan lo, Ru, tahan, lo pasti sembuh", celetuk Dimas yakin.

Samudra menganggukan kepala menyetujui ucapan Dimas, "benar kata Dimas, ada gue dan pak Dirga yang akan berjaga di sini jadi lo tidak perlu khawatir, fokus dengan kesembuhan lo", ujarnya mencengram lengan cowok itu seakan memberi kekuatan.

"Lo tidak hitung gue, Sam, gue lebih memilih tinggal di sini dari pada di rumah, rumah sedang kosong orang tua gue di luar negeri", ujar Dimas mendengus kesal mendekati Dirga duduk di sofa bersamanya.

Samudra menggelengkan kepala, "gue keluar dulu ya mau makan, kalian mau nitip ?", tanyanya menatap Dimas dan Dirga, "martabak saja, air minum juga jangan lupa", jawab Dirga.

Samudra menganggukan kepala keluar dari rumah sakit, bukannya mencari makanan cowok itu memacu motor milik Dimas menuju ke suatu tempat, sampai di tempat tujuan cowok itu berhenti tepat di depan rumah sederhana merogoh ponsel mengirim pesan pada orang di dalam rumah.

"Sam, ada apa ?", tanya Naomi membuka pagar menyeritkan dahi melihat kedatangan Samudra.

Naomi menahan nafas tertegun mengerjapkan mata tidak percaya Samudra tiba - tiba memeluknya, namun perlahan gadis itu membalas merasa cowok itu butuh di tenangkan.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang