21. 🕵‍♂️

865 66 0
                                        

Naomi turun dari angkutan umum berlari kecil menuju rumah yang berada tepat di belakang warung, langkah gadis itu berhenti mengurungkan niat kembali ke rumah berbelok ke arah warung terlebih dahulu, alis gadis itu terangkat tinggi melihat ibunya m...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naomi turun dari angkutan umum berlari kecil menuju rumah yang berada tepat di belakang warung, langkah gadis itu berhenti mengurungkan niat kembali ke rumah berbelok ke arah warung terlebih dahulu, alis gadis itu terangkat tinggi melihat ibunya menangis di depan warung, "ibuu", teriak gadis itu berlari mendekat.

Gadis itu membelalak melihat kondisi warung sudah hancur berantakan, "bu ada apa ? Kenapa bisa hancur begini ?", tanya Naomi merengkuh ibunya menahan tangisan.

"Hiks ibu tidak tahu nak, tiba-tiba ada yang datang masuk kedalam warung membuat keributan, salah satu dari mereka menyerahkan ini, katanya untuk kamu nak", ujar ibu menyodorkan amplop berisi surat, tanpa pikir panjang gadis itu membuka membelalak kaget melihat tulisan di sana.

"Berhenti jadi pahlawan kesiangan, ini hanya permulaan Naomi, jika lo masih berani ikut campur lo yang akan hancur seperti warung lo sekarang".

Naomi meremas kertas di sana memapah ibunya, tidak lupa menutup pintu warung sebelum berjalan menuju rumah, "ibu istirahat ya, untuk sementara kita tutup saja, ibu juga sedang sakit, setelah ibu sehat kita mulai lagi, tabungan Naomi cukup untuk kebutuhan kita", ujar gadis itu merebahkan tubuh ibu di atas tempat tidur.

"Ibu, Naomi izin keluar ya, setelah ganti baju", lanjut gadis itu.

Ibu Naomi menganggukan kepala menutup mata untuk istirahat, Naomi masuk kedalam kamar tidak lupa mandi sebelum mengganti seragam, setelah selesai gadis itu keluar tanpa makan terlebih dahulu.

Dimas yang baru saja sampai di rumah menyeritkan dahi melihat kaca jendela kembali pecah, cowok itu menghembuskan mafas mendekat membuka pintu menyeritkan dahi melihat kertas yang membungkus batu yang di gunakan melempar kaca, penasaran cowok itu mengambil.

"Berhenti jadi pahlawan kesiangan, ini hanya permulaan Dimas, jika lo masih berani ikut campur lo yang akan hancur seperti kaca rumah lo".

Dimas mengepalkan tangan tanpa mengganti seragam cowok itu keluar dari rumah menutup pintu membiarkan kaca berserakan toh sebentar lagi pembantu di rumah akan datang, cowok itu membawa motor menuju rumah sakit tempat Biru di rawat.

Sampai di rumah sakit cowok itu masuk kedalam tidak sengaja bertemu Naomi di depan, "Na, lo ngapain ke rumah sakit ? Siapa yang sakit?', tanya Dimas berjalan beriringan masuk kedalam.

"Gue mau ke ruangan Biru, Dim, ada yang ingin gue sampaikan pada Samudra", ujar Naomi.

Dimas menganggukan kepala mengerti, "tujuan kita sama, yuk", ajak cowok itu berbelok, Samudra yang berada di luar ruangan menyeritkan dahi melihat Naomi dan Dimas datang bersamaan, cowok itu berdiri mendekat.

"Kalian datang bersama ?", tanya Samudra mencoba menahan diri namun Dimas maupun Naomi bisa mendengar nada tidak suka cowok itu.

Dimas mencibir, "cemburuan lo, gue ketemu Naomi di depan, takut lo Naomi di ambil orang lain ?", ejek cowok itu betanya, Samudra menganggukan kepala sebagai jawaban, Dimas melongo sedangkan Naomi sudah memerah.

"Ck bucin, gue ke sini mau bicara sama lo, nih", ucap Dimas mengalihkan menyodorkan kertas di tangan, Naomi juga menyodorkan membuat mereka saling pandang bingung.

Samudra membuka kedua kertas itu, membelalak, "gue minta kalian berhenti membela gue di sekolah apapun yang terjadi gue tidak mau kalian ikut celaka", ujarnya menatap sendu mereka berdua bergantian.

Keduanya sama sekali tidak menjawab ikut masuk kedalam ruangan Biru, "Ru, gimana kabar lo ?", tanya Dimas melihat cowok itu tengah duduk bersandar tersenyum tipis dengan wajah yang semakin memucat, "hm gue baik-baik saja", ucapnya tidak sengaja bersitatap dengan Naomi.

"Hm maaf gue harus balik ibu sedang sakit, jadi gue tidak boleh terlalu lama di luar", pamit Naomi, Dimas melirik ke arah Samudra memberi kode, cowok itu menganggukan kepala, "biar gue antar Na, ada Dimas di sini yang menjaga Biru", ajak cowok itu.

Naomi menganggukan kepala merutuki diri hanya di perlakukan seperti itu wajah gadis itu sudah memerah, keduanya berjalan beriringan keluar rumah sakit, Samudra yang berada di samping gadis itu mengeluarkan tangan dari saku jaket meraih tangan Naomi menggandeng membuat gadis itu membelalak dengan perasaan tidak menentu.

"Biar begini dulu Na", ucap Samudra.

Naomi menganggukan kepala tersenyum senang membalas genggaman cowok itu.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang