17. 🕵‍♂️

927 76 0
                                        

Samudra merasa canggung sekarang setelah tiba-tiba memeluk Naomi di depan rumahnya, kini mereka duduk di warung penjual nasi goreng menunggu pesanan, "Na, maaf, kalau lo mau marah silahkan, mau nampar gue juga tidak apa-apa", ujar Samudra merasa b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra merasa canggung sekarang setelah tiba-tiba memeluk Naomi di depan rumahnya, kini mereka duduk di warung penjual nasi goreng menunggu pesanan, "Na, maaf, kalau lo mau marah silahkan, mau nampar gue juga tidak apa-apa", ujar Samudra merasa bersalah, Naomi tertegun tersenyum tipis semakin kagum dengan cowok di hadapannya, hati gadis itu tidak salah memilih menyukai cowok yang paling aneh di dalam kelas tidak pernah berbaur namun hal itu yang membuat Naomi tertarik.

"Tidak apa-apa Samudra, gue paham lo butuh di tenangkan, makan dulu pesanannya sudah datang", ujar Naomi lembut menyodorkan sepiring nasi goreng kehadapan cowok itu.

Senyuman Samudra mengembang menganggukan kepala menyuapkan makanan ke dalam mulut, "Na, boleh gue tanya soal keluarga Vania ?", tanya cowok itu mengingat tujuan menemui gadis itu bukan hanya untuk menenangkan hati namun juga mencari informasi soal keluarga korban pertama.

"Vania hanya tinggal dengan neneknya, namun setelah kepergian Vania, nenek pindah ke rumah saudara yang lain", ujarnya menghembuskan nafas, "Sam, jujur gue curiga dengan mereka yang dekat dengan Vania bukan tanpa alasan gue curiga hanya saja pertemanan mereka tidak sehat Sam, mereka saling menjatuhkan satu sama lain, gue sudah jadi korban salah satu dari mereka hanya saja gue tidak tahu siapa", ceritanya membuat Samudra menaikan alis.

"Satu lagi, tidak ada yang tahu soal penyakit Vania selain kami, gue, Nabila, Sinar, Fajar dan Guntur", lanjut Naomi.

Samudra terdiam menyangkut pautkan apa yang terjadi, mata cowok itu membelalak mengingat perkataan pelaku saat membunuh Vania, perkataan yang sama pada korban kedua bahkan kilasan kematian Biru, kenapa cowok itu baru menyadarinya ?.

Pelaku selalu berkata akan menghentikan rasa sakit para korban untuk selamanya, perkataan yang selalu pelaku ucapkan walaupun suara pelaku terdengar di samarkan.

"Sam, nasi gorengnya sudah habis", ujar Naomi menyadarkan Samudra.

Samudra meringis menganggukan kepala, meraih minuman meneguk sampai habis, setelah selesai cowok itu membayar pesanan mereka sebelum melangkah mendekati motor di parkiran, "Na tidak apa-apa kan kita singgah beli martabak ?", tanya cowok itu menyerahkan helm pada gadis itu.

Naomi menganggukan kepala naik ke atas motor, menikmati kebersamaan dengan cowok itu yang begitu jarang terjadi, "makasi untuk malam ini, Na", ucap Samudra setelah sampai di depan rumah, "oh iya ini martabak satu untuk lo dan keluarga di dalam", lanjutnya menyodorkan satu kotak martabak.

"Eh tidak usah Sam, lo bawa semua ke rumah sakit saja", ujar Naomi menolak merasa tidak enak dengan cowok itu, "ambil Na, gue tidak menerima penolakan", tekan cowok itu membuat Naomi akhirnya menganggukan kepala menerima.

Samudra tersenyum mengacak rambut gadis itu pelan yang mampu membuat wajah Naomi memerah, tatapan cowok itu berubah serius terlihat membasahi bibir bawah salah tingkah, "Na setelah pelaku sebenarnya di temukan, setelah gue bebas dari tuduhan apa boleh kita jalan-jalan seharian penuh ke pantai ?".

Naomi mengerjapkan mata, mengigit bibir bawah, hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, senyuman Samudra mengembang di wajah tampannya merasa senang pamit kembali ke rumah sakit.

Dirga keluar dari rumah sakit meminta Dimas menjaga Biru, juga beberapa anggota kepolisian sudah berjaga di luar ruangan, di parkiran Dirga sempat bertemu dengan Samudra yang baru saja sampai, pria itu hanya menyapa sejenak menaiki mobil, melaju menuju kantor polisi, perkataan Tarra menggangu pikirannya.

Sampai di kantor pria itu masuk kedalam ruangan mencoba mencari informasi tentang pak Haikal juga pak Arhan namun sialnya tidak ada sama sekali informasi dari kedua pria itu, "Dirga, ngapain ada di sini ?", tanya pak Arhan.

Dirga terlonjak kaget menoleh, "ngak ada pak hanya datang mau kumpul laporan setelah ini saya harus kembali ke rumah sakit", ujarnya menutupi komputer di hadapan, tangan menggerakan mouse berniat menutup pencarian.

"Oh yaudah simpan di meja saja ya,saya duluan balik", ujarnya menjauh, Dirga mengangkat alis merasa bingung dengan sifat pak Arhan yang terlihat berubah-ubah, "apa pak Arhan punya dua kepribadian ?", gumamnya berbalik menatap layar komputer membelalak melihat vidio yang terputar di sana.

"Kenapa hasil rekaman CCTV SMA Wisteria ada di sini bukannya CCTV di sekolah rusak total, tapi ini apa ?", tanya Dirga duduk di kursi memperhatikan.

Namun anehnya rekaman hanya memperlihatkan pembunuhan Vania, tanpa bisa melihat pelaku yang menggunakan jubah hitam, di sana juga terlihat Samudra satang bersama Naomi hanya berselang beberapa detik saja.

"Ini bisa jadi bukti untuk membersihkan nama Samudra dari tuduhan", gumam Dirga menyalin vidio ke dalam ponsel miliknya takut-takut sewaktu ada yang menghapus.

Drreeettt

Dirga menyerit menatap layar ponsel melihat pesan di sana seringai di wajah pria itu muncul.

Biru : hadiah untuk pak Dirga.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang