6. 🕵‍♂️

924 80 2
                                    

Para murid di SMA Wisteria yang masih lalu lalang dikoridor menyeritkan dahi melihat kedatangan Samudra dengan Biru, baru kali ini kedua cowok itu terlihat bersama, bukannya Biru sangat membenci Samudra selama ini ? Tapi kenapa sekarang kedua cowo...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para murid di SMA Wisteria yang masih lalu lalang dikoridor menyeritkan dahi melihat kedatangan Samudra dengan Biru, baru kali ini kedua cowok itu terlihat bersama, bukannya Biru sangat membenci Samudra selama ini ? Tapi kenapa sekarang kedua cowok itu terlihat akrab, "makasi tumpangannya Ru", ujar Samudra melangkah menuju kelas, Biru menganggukan kepala ikut melangkah menuju kelas 3 IPS 2.

Samudra yang sudah dekat menyeritkan dahi melihat pintu kelas sudah tertutup rapat, cowok itu merogoh ponsel melihat jam belum menunjukan waktu untuk masuk, Samudra mengangkat bahu acuh menyimpan ponsel mendekati pintu perlahan membuka.


Bbyyyuuurrrrr

"HAHAHAHAHAHAAA"


Tawa di dalam kelas pecah melihat Samudra sudah basah kuyup dengan air comberan yang sengaja di siapkan untuknya, cowok itu meringis mengepalkan tangan, Naomi yang baru saja datang membelalak kaget melihat kondisi Samudra, di belakang gadis itu juga ada Dimas menyeritkan dahi mendekat.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN BANGSAT", bentakan dari Dimas menghentikan tawa di dalam kelas, semua mengidik ngeri melihat baru kali ini cowok itu terlihat marah, "BERSIHKAN SEKARANG JUGA ATAU GUE PANGGIL PAK IHZAM KE SINI", teriakan Dimas menggelegar bahkan cowok itu sempat menendang meja di depan menatap tajam ke arah teman kelasnya.

Nabila yang menjadi tersngka utama bergegas membersihkan kotoran di kelas di bantu yang lainnya, Naomi mengeluarkan sapu tangan di dalam kantong rok menyodorkan pada Samudra, cowok itu meraih tersenyum tipis meninggalkan kelas menuju toilet.

"Eeiitttssss bau iuhhhh", celetuk Sinar menghadang Samudra, cowok itu menutup mata sejenak menekan emosi yang sebentar lagi meluap takut-takut melampiaskan pada gadis di hadapannya.

"Minggir", tekan cowok itu penuh penekanan.

"Kenapa kalau dia tidak mau minggir, lo mau membunuhnya hah?", tantang Fajar tiba-tiba muncul merangkul Sinar yang terlihat risih mendengus melepas rangkulan cowok itu asal.

Rahang Samudra mengeras kepalan tangan cowok itu semakin menguat melangkah menubruk tubuh keduanya asal menuju toilet, "bangsat", umpat Fajar melihat serangamnya sedikit terkena kotoran dari tubuh Samudra.

"Makanya tidak usah sok gangguin orang lain", celetuk Guntur menatap sinis melangkah menuju kelas di ikuti sinar dari belakang, Fajar mengepalkan tangan kuat, seringai muncul di wajah tampannya menatap tajam punggung Sinar juga Guntur.

"Sstt auh"

Samudra yang sudah membersihkan juga mengganti seragam menyeritkan dahi mendengar ringisan di salah satu bilik toilet, penasaran cowok itu mencoba mencari sumber suara membuka satu persatu pintu, mata cowok itu membelalak kaget setelah membuka pintu bagian tengah melihat Biru sudah meringkuk di dalam dengan keringat dingin membasahi tubuh.

"BIRU"


Teriakan melengking dari Samudra terdengar, cowok itu segera menarik lengan Biru memapah keluar dari toilet, begitu cemas, langkah Samudra terhenti sejenak tidak sengaja melihat kematian Biru, cowok itu menggelengkan kepala menahan tangis membawa keluar sekolah mencari taxi.

"Sam"

Panggil Biru sebelum hilang kesadaran tepat di depan gerbang sekolah, air mata Samudra turun tanpa bisa di cegah menghentikan taxi, "pak ke rumah sakit terdekat", perintah cowok itu meringis menatap wajah pucat Biru, darah sudah mulai keluar dari hidung cowok itu menambah kepanikan Samudra.

Sampai di rumah sakit Biru langsung di tangani oleh dokter di sana, Samudra mengusap wajah kasar bergetar menunggu di depan, kilasan itu terlihat begitu jelas, Samudra merogoh kantong celana meraih ponsel menghubungi Dirga di seberang sana untuk mengajak bertemu membahas tentang kilasan yang dia lihat.

Hanya dua puluh lima menit menunggu Dirga datang terlihat panik, "Sam, kamu tidak apa-apa ?", tanyanya melihat Samudra yang terlihat begitu kacau, "saya tidak apa-apa hanya saja saya melihat kilasan kematian Biru, kali ini saya mohon tolong lindungi Biru", ujarnya memohon air mata kembali keluar membasahi pipi.

Persetan dengan kata laki-laki tidak boleh menangis.

Dirga menghembuskan nafas duduk di samping cowok itu menepuk pundak Samudra sekilas, "apa yang kamu lihat ?", tanyanya lembut, "saya melihat Biru mati di tangan pelaku, kilasan itu hanya terlihat singkat, Biru sudah meninggal dengan pelaku yang meninggalkan mayat Biru begitu saja", cerita Samudra begitu sesak.

Dirga mengatupkan bibir memijit pelipis ikut merasakan penderitaan cowok itu, "kita akan berusaha melindungi Biru, kali ini jangan biarkan Biru tinggal sendirian, tetap di sampingnya agar pelaku tidak bisa mendekati Biru sedikit pun, satu lagi Samudra ada hal penting yang ingin saya sampaikan_", ujarnya meringis menatap wajah sembab cowok itu. "Pak Haikal bersikeras mengubah status kamu menjadi pelaku kematian Vania".

Duuuaaaarrrrrrrrrr


Samudra menelan ludah kasar, benar-benar lelah dengan cobaan hidup yang terasa begitu berat, tidak ada henti-henti mendatanginya, bagaimana dia mempertanggung jawabkan sesuatu yang tidak dia lakukan ?

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang