20. 🕵‍♂️

870 78 1
                                        

Samudra sama sekali tidak keluar dari kelas setelah mengetahui dirinya menjadi pembicaraan, bukan hanya satu sekolah yang kini mengumpatinya tapi satu dunia telah menyorotnya sebagai pembunuh, Samudra menenggelamkan kepala di atas meja meringis di...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra sama sekali tidak keluar dari kelas setelah mengetahui dirinya menjadi pembicaraan, bukan hanya satu sekolah yang kini mengumpatinya tapi satu dunia telah menyorotnya sebagai pembunuh, Samudra menenggelamkan kepala di atas meja meringis diam-diam menitikan air mata benar lelah dengan kehidupan yang dia jalani sekarang.

"Sam, di panggil ke ruangan bk", ujar Dimas menatap nanar cowok itu.

Samudra mendongak menganggukan kepala keluar dari kelas meringis mendengar cacian dari satu sekolah padanya, langkah cowok itu terhenti melihat Fajar, Sinar dan Gutur lagi-lagi menghadang dengan tatapan remeh, "gue berharap kali ini lo bisa kekuar", celetuk Sinar.

Samudra sama sekali tidak membalas kembali melangkah, "sombong, dasar pembunuh", umpat Fajar geram, Guntur hanya diam menatap punggung Samudra dengan tatapan tidak terbaca diam-diam cowok itu mengepalkan tangan kuat.

Tok

Tok

Tok

"Masuk"

Samudra masuk kedalam ruangan setelah mendengar pak Ihzam mempersilahkan dia masuk, guru yang duduk di kursi melepaskan kaca mata menghembuskan nafas, "duduk kamu", perintahnya menatap cowok itu

"Langsung saja Samudra, setelah vidio kamu itu trending, banyak orang tua murid yang mengirim pesan meminta kamu di keluarkan dari sekolah, hanya saja sebagai guru, saya ingin mendengar penjelasan dari kamu terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan", ucap pak Ihzam.

Tanpa kata Samudra mengeluarkan ponsel memperlihatkan vidio asli, "silahkan pak itu vidio aslinya, setelah melihat saya terima apapun keputusan dari sekolah walaupun__", ucapan cowok itu berhenti meneguk ludah kasar, hancur sudah impian cowok itu, "harus keluar dari sekolah", lanjutnya lirih.

Pak Ihzam meraih ponsel cowok itu menonton vidio di sana membelalak kaget benar-benar terkejut merasa ngeri dengan apa yang dia lihat di sana, pria itu mengusap wajah setelah menonton menghembuskan nafas, "jawab jujur Samudra, kenapa kamu datang ke sekolah sore itu seakan kamu sudah tahu apa yang akan menimpa Vania?", tanyanya.

Samudra meringis mengatupkan bibir semakin banyak yang mengetahui kemampuan aneh yang dia miliki, "karena saya lahir tidak seperti manusia normal lainnya pak, saya punya keistimewaan yang menurut saya itu adalah kekurangan, saya bisa melihat kematian orang lain hanya dengan menyentuh atau tidak sengaja bersentuhan pak".

Mata pak Ihzam membola sempurna, tubuh pria itu menegak terkejut, tidak sanggup mengeluarkan suara, Samudra menunduk menutup mata merasa miris.

"Permisi"

Samudra dan pak Ihzam menoleh melihat di sana ada Dirga dan juga Dimas masuk kedalam ruangan, pak Ihzam menyerit berdiri, "ada apa ya pak?", tanyanya langsung menyambut uluran tangan Dirga bersalaman.

"Maaf pak saya datang ke sini untuk meluruskan vidio yang tersebar di media sosial, tapi sebelumnya saya minta maaf atas ketidak nyamanan sekolah sekarang ini, vidio yang di upload sudah di hapus, penyebar sudah meminta maaf di sosial media telah mengedit vidio itu", jelas Dirga

Pak Ihzam menganggukan kepala tersenyum tipis, "Samudra sekarang kamu bisa kembali ke kelas dengan Dimas, makasi pak atas informasinya", ucapnya, mereka bertiga keluar dari ruangan bk setelah berpamitan.

"Pak Dirga makasi", ucap Samudra.

Dirga tersenyum menganggukan kepala, "kamu ucapkan itu pada Biru, dia yang mengirim alamat penyebar vidio pada saya", ujarnya beranjak pergi meninggalkan kedua cowok itu yang masih berdiri di depan ruangan bk.

Dirga masuk kedalam mobil menghubungi orang di seberang sana, "bagaimana ? Kamu sudah menemukan pemilik nomor yang saya kirim ?", tanyanya langsung menjalankan mobil meninggalkan SMA Wisteria.

"Sudah pak Dirga, nomor itu sudah tidak aktif mungkin sudah di patahkan oleh pemilik nomor, namum saya sudah menyelidiki terakhir kali nomor itu aktif di kantor polisi tadi pagi"

Duuuaaaarrrrr

Dirga hampir saja menabrak mobil di depan kalau tidak cepat menginjak rem mobil "makasi informasinya", ujarnya mematikan sambungan kembali menjalankam mobil setelah lampu berubah hijau menuju kantor polisi.

Biru yang masih sibuk dengan labtop meringis merasakan sakit yang kembali menyerang pada perutnya, cowok itu menutup labtop tanpa mematikan menyimpan di nakas merebahkan tubuh yang terasa lemas, "lo harus bertahan Biru, lo kuat, jangan menyerah", gumam cowok itu menitikan air mata.

Wajah Samudra muncul di salam pikiran cowok itu, "lo juga bisa seperti Samudra, dia masih bertahan walaupun dunia tidak pernah berpihak padanya", ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

Tarra yang hendak masuk kedalam ruangan berhenti sejenak mendengar ucapan cowok di dalam meringis, hatinya terasa teriris, menghembuskan nafas membuka pintu, "kamu pasti sembuh Biru, kita sudah mencari pendonor hanya saja belum ada yang cowok, semoga kita secepatnya mendapat yang cocok", ujarnya mendekati Biru yang kini hanya mampu tersenyum tipis.

Tarra kembali menyuntik cairan pada selang infus cowok itu, menyendu, hal yang paling Tarra tidak suka melihat pasiennya menderita seperti yang Biru rasakan, selama ini pria itu selalu berhasil menyelamatkan pasien, semoga sekarang juga dia berhasil menyelamatkan Biru.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang