11. 🕵‍♂️

1K 92 0
                                        

Suasana pagi di depan penjual bubur ayam terasa begitu sejuk, antrian tidak terlalu panjang, Samudra dan Naomi sudah memesan, duduk di kursi yang di siapkan di sana meletakan bubur ayam di atas meja saling berhadapan, "hm lo tidak jijik sama gue ?...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi di depan penjual bubur ayam terasa begitu sejuk, antrian tidak terlalu panjang, Samudra dan Naomi sudah memesan, duduk di kursi yang di siapkan di sana meletakan bubur ayam di atas meja saling berhadapan, "hm lo tidak jijik sama gue ?", tanya Naomi menyuapkan bubur ke dalam mulut, Samudra menyeritkan dahi bingung mendengar pertanyaan gadis itu.

Naomi terkekeh, "lo sudah tahu kehidupan gue, begini lah gue, Sam, gue bukan orang dari kalangan berada, hal yang membuat mereka menjauh merasa tidak selevel dengan gue", ujarnya menyendu mengaduk bubur di dalam mangkok.

Samudra menipiskan bibir menggelengkan kepala tetap menampilkan senyuman, "gue malah bangga sama lo, tidak usah merasa insecure, kita semua sama di mata Tuhan, yang membedakan itu hanya hubungan kita dengan Tuhan, lo itu cantik, sempurna di mata gue".

"Uhukkk uhukkk"

Naomi tersedak bergegas meraih minuman meneguk sampai tinggal setengah, wajah gadis itu terasa panas menatap Samudra yang terlihat panik, "lo tidak apa-apa kan ?", tanya cowok itu, Naomi menganggukan kepala menunduk malu mencoba menguasai diri.

"Na, makasi sudah mau menemani gue sarapan", ucap Samudra membayar pesanan mereka.

"Gue yang harusnya ucapkan makasi sudah di traktir", balas Naomi menampilkan senyum mengembang di wajah cantiknya, merasa terenyuh dengan Samudra yang sama sekali tidak menatap dirinya dengan sebelah mata.

"Kalau gitu gue balik ya, Biru pasti sudah menunggu, tetap jadi diri sendiri Na, ingat perkataan gue tadi ya, berhenti merasa insecure dengan kehidupan, lo istimewa", ujar Samudra mengacak rambut Naomi membuat gadis itu mengerjapkan mata dengan pipi memerah menatap punggung Samudra yang sudah menyebarang.

"Na, sadar", gumam Naomi menahan diri agar tidak menjerit mendekati warung miliknya, senyuman gadis itu sama sekali tidak luntur, sesekali memegang pipi gemas sendiri.

Sampai dirumah Samudra membuka pintu melihat Biru masih bermalas - malasan di depan TV, "Ru, makan dulu", ujar Samudra membuat cowok itu menoleh mendengus kesal, "lo beli nasi kuningnya di planet mana hah lama betul", ujar cowok itu mencuat berdiri meraih kantongan berisi nasi kuning mengambil piring juga minuman sebelum kembali kedepan TV.

Samudra terkekeh masuk kedalam kamar mengambil handuk menuju kamar mandi membersihkan tubuh yang terasa lengket, setelah selesai cowok itu kembali ke kamar mengambil ponsel menyeritkan dahi melihat beberapa pesan dari Dirga, juga panggilan tidak terjawab dari pria itu, Samudra membuka pesan terlebih dahulu membelalak.

Pak Dirga : Sam, situasi semakin gawat keluarga Disya, korban kedua mengamuk di kantor polisi meminta untuk mengeluarkan perintah penangkapan, mereka menuduh kamu sebagai pelaku.

Pak Dirga : kamu di mana ? Saya harap kamu tidak keluar hari ini tetap di rumah untuk menghindari kemungkinan terburuk.

Pak Dirga : Samudra, pak Arhan mempercepat waktu untuk menemukan pelaku sebenarnya, kita tinggal punya waktu 10 hari untuk membersihkan kamu dari tuduhan.

Tok

Tok

Tok

Samudra terlonjak kaget mendengar pintu rumah di ketuk, cowok itu keluar melengos melihat Dirga sudah duduk di karpet bulu bersama Biru, cowok itu ikut melangkah menuju dapur mengambil minuman kaleng membawa ke depan, "ada apa pak pagi-pagi datang berkunjung ?", tanya Biru menyeritkan dahi.

Dirga menghembuskan nafas menoleh menatap Samudra, "kamu sudah baca pesan saya kan, kepala kepolisian mempercepat waktu kita untuk menemukan pelaku, hanya saja kami benar-benar merasa buntu tidak ada sama sekali petunjuk mengarah pada pelaku", ujarnya mengusap wajah kasar.

Samudra menghembuskan nafas pasrah, "jika para polisi merasa buntu menemukan pelaku apa lagi saya pak, saya hanya anak remaja yang masih sekolah harus di hadapkan dengan situasi di luar kekuasaan saya", ujarnya menahan rasa sakit di dalam hati, kenapa takdir selalu mempermainkan Samudra ?.

Dari kecil cowok itu hidup dalam kesepian tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua yang lebih mementingkan pekerjaan di atas segalanya, di anggap gila karena kemampuan yang dia miliki, semenjak kedua orang tuanya meninggal Samudra sendiri yang harus berusaha dalam menyambung kehidupan dan sekarang cowok itu harus di tuntut mempertanggung jawabkan sesuatu yang sama sekali tidak dia lakukan.

Biru yang sejak tadi diam mendengarkan mengepalkan tangan kuat, tatapan menajam ke arah Dirga, rahang mengeras menahan gejolak di dalam hati yang tiba-tiba muncul menyeruak.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang