«21»

2.1K 121 14
                                    

Mentari menyingsing ke barat, segala persiapan kenduri telah rampung digarap. Tinggal menunggu surya padam kemudian para tetangga hadir memenuhi undangan. Saemi khawatir begitu Asta tidak ada dalam jangkauan, meninggalkan ia sendirian di tengah-tengah keluarga besar sang pimpinan. Uti dan Bude Suci sebagai orang yang membuatnya nyaman di sana sedang melakukan ziarah kubur. Apalagi ditambah ibu dari sang pimpinan sempat meminta bicara empat mata. Pikirannya pun jadi berkecamuk memikirkan hal-hal aneh. Namun semua itu terbantahkan oleh kehadiran Renata Kamala, adik Asta yang ternyata sebaya dengan sang puan gendut.

Renata pandai meraih hati Saemi hingga mereka dapat akrab selayaknya teman lama. Saemi yang semula mengharapkan Asta cepat kembali, justru jadi mengabaikan presensi si kembaran ketujuh Chef Juno saat tiba. Asta hanya jadi sasaran gibah terang-terangan Rey dan Saemi . Mereka kompak menyerbu Asta dengan segala aibnya. Asta tak berkutik, membiarkan mereka asal mereka senang.

Gelap pun tiba, para undangan satu persatu memenuhi ruang tamu sampai ke teras. Seluruh anggota keluarga terkhusus kaum adam turun berbaur bersama para tetangga untuk melakukan doa bersama. Sementara kaum hawa, menunggu di ruang lain sambil mendengarkan doa-doa yang dipanjatkan para kaum adam. Dalam kesempatan inilah Saemi ditawan oleh Winarti ke lantai atas, atau lebih pasnya di kamar Asta.

Saemi duduk tegap seraya merapatkan kaki di kasur Asta, menghadap Winarti yang menguasai kursi belajar sang anak. Puan gendut merasa sedang diintrogasi, membuat pertelapakannya berpeluh dingin. Ia tidak bisa memprediksi bakal terjadi apa setelah ini. Apakah ia akan diusir? Itu berlebihan dan tidak masuk akal, mengingat penerimaan keluarga Asta yang lain begitu baik. Sama sekali tidak ada unsur pengusiran di sana.

Winarti berdeham mengambil alih penuh dunia Saemi. "Benar, Kamu sama Asta tidak punya hubungan apa-apa?" ucap Winarti membuka dialog. Tolong jangan memersepsikan buruk maksud pertanyaan ibu si kembaran ketujuh Chef Juno. Winarti sekadar ingin memastikan jalinan sang anak yang 'katanya' tidak tertarik dengan puan seumuran sang adik. Namun kenyataan, Asta malah membawa puan gendut tersebut dalam acara keluarga. Siapapun pasti akan menyangka Asta punya hubungan serius dengan Saemi.

Saemi menelan ludah gugup, kemudian memastikan memang tak ada jalinan khusus seperti yang disangkakan orang-orang.

Siapapun tolong angkut Saemi dari ruangan itu!

Winarti mendecih pelan pun menyunggingkan sebelah sudut bibirnya begitu jawaban Saemi terlontar. Sang puan gendut menafsirkan hal tersebut sebagai pertanda buruk. Padahal Winarti berpikir sebaliknya. Kompak banget ga mau ngaku, ya, kalian! Batin Winarti bicara.

"Lalu kenapa Kamu sampai diajak ke sini? Kamu pasti tahu, kan, di sini ada acara?" cecar Winarti terkesan mengintimidasi.

Saemi makin tegang, sekadar menelan ludah saja ia takut hal tersebut akan salah di mata ibu sang pimpinan. Ia merasa sedang mengulang sidang skripsi bersama para dosen penguji yang mencecarnya dengan berbagai pertanyaan kritis. Bagaimana puan gendut harus katakan, bila datang ke sini atas dasar paksaan. Bukan putra Winarti yang memaksa, tapi dirinya. Alasan masuk akal apa yang bisa diterima nalar puan baya di hadapannya ini, dikala ia sendiri telah menyatakan tidak menjalin hubungan dengan Asta.

"Saya-"

"Ya sudah, tidak apa-apa. Pasti Asta yang punya alasannya," tukas Winarti menggagalkan kata yang telah sampai pada ujung lidah Saemi. Mungkin sebuah keberuntungan bagi Saemi ketika Winarti berpikir demikian. Ia tak perlu repot-repot menyipkan alasan juga kalimat pembohongan. Namun juga dapat menjadi bencana jika Asta membeberkan kebenarannya. Mau ditaruh mana muka Saemi nanti? Semoga saja sang pimpinan berbaik hati memberi alternatif jawaban yang bagus untuk kelangsungan harga diri sang puan gendut.

"Berhubung kalian tidak ada hubungan apa-apa, Saya berniat mengenalkan Asta dengan anaknya teman suami Saya." Lontar Winarti bak anak panah yang melesat cepat mengenai sasaran.

Kontan ada yang berdenyut nyeri di dada sebelah kiri Saemi, tapi bukan penyakit. Melainkan ... bagaimana Saemi mesti membahasakan sensasi ditusuk benda tajam yang ia rasakan, begitu kalimat Winarti tersampaikan dengan utuh dan jelas. Tersakiti? Namun mengapa ia harus? Bukankah ia sendiri yang menyatakan untuk tidak jatuh hati pada sang atasan? Lantas, kenapa perasaan bikin tidak nyaman tersebut mesti muncul? Entahlah, Saemi juga bingung. Mari kita tanyakan pada Aldi Taher, siapa tahu dia tempe.

Kena, kan!

Tebakan Winarti tampaknya benar, dibuktikan dengan raut terkejut yang coba disamarkan serta kebisuan Saemi setelah itu. Ibu Asta ini memang iseng cek ombak guna melihat respon dari puan yang katanya, tidak menjalin hubungan apapun dengan sang anak. Meski ia tak sedekat Asta dengan sang nenek, tapi ia tahu sang sulung bukan pria yang asal membawa pulang seorang gadis. Putra sulung yang sering ia tinggal mencari nafkah di negeri orang tersebut paham untuk tidak mempermainkan hubungan. Jika sudah mantap dengan satu pilihan, sang anak akan serius berkomitmen. Meskipun kemarin....

Setelah membisu sekian waktu, Saemi akhirnya memberi respon anggukan dan senyum tipis. Sungguhpun bibirnya mengembang membentuk keluk kecil, tapi senyum di matanya tak dapat membohongi Winarti.

"Jadi, tolong Kamu bujuk Asta untuk membuka hati lagi, ya." Minta Winarti makin getol menjungkirbalikkan hati mungil nan rapuh milik Saemi. Apakah puan baya ini tidak sadar, bahwa penuturannya ini terasa amat berat diiyakan sang puan gendut. Jangankan membalas sekecap kata 'iya', membayangkan hari-harinya setelah ini saja Saemi tidak yakin bisa. Mampukah ia bertingkah ajaib sebagaimana Asta mengenalnya selama ini? Meringis lebar bak senyuman keledai padahal sebuah kepura-puraan semata.

"Saemi!" panggil Winarti mendapati sang puan gendut terus melamun.

Saemi tergugah, kembali terkoneksi dengan dunia saat ini. "Iya, Bu. Sebisanya Saya akan bantu," tutur Saemi meski lidahnya kelu dipakai bertutur.

"Makasih, ya." Lagi-lagi bibir Saemi dipaksa mengiyakan, mengabaikan keberatan hatinya.

Winarti ingin sekali menyudahi akting seriusnya, ia iba melihat wajah Saemi bak berkemul mendung. Kendati demikian, ia teguh pendirian agar sang anak bergerak cepat menjadikan puan gendut ini sebagai menantunya. Perlu sedikit pematik agar hubungan mereka memiliki kejelasan status. Orang awam pun tahu ada kilatan cinta terpancar di mata mereka, meski masih belum keduanya sadari.

"Kamu pasti tau, kan, kalo Asta dan mantan terakhirnya putus karena apa?" imbuh Winarti total mengembalikan keterkejutan di wajah Saemi. Puan gendut itu tidak tahu apa-apa kecuali selembar foto yang ia temukan semalam. Dekat dengan sang pimpinan secara pribadi saja baru-baru ini lantaran konsekuensi. Saemi cuma mendengar bahwa Asta sedang jomblo lewat para penggosip kantor.

"Belum tau, ya?" tebak Winarti. "Mereka sudah tunangan, tapi kemudian di tengah jalan si perempuan selingkuh dan ..."

Pak Asta I Love You! «LENGKAP»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang