«34»

2.2K 129 10
                                    

Suasana ruangan yang Saemi huni bersama sang pimpinan dan rekan-rekan lain tidak kalah heboh dari ruangan sebelah. Sang sekretaris langsung diserbu oleh para penggosip bak narasumber berita terpanas.

"Kasih tau chapter apa yang kita lewatin, Saemi?" serbu tanya Herlina sebagai ketua penggosip. Saemi yang hendak ke kubikelnya dihadang massa hingga tak segera sampai tujuan.

"Chapter apa, Aku juga ga tau." Aku Saemi benar adanya.

"Jangan bohong mentang-mentang tangan kanannya Pak Asta! Pasti Kamu tau sesuatu, kan?"

"Ayo, spill dong, Saem! Penasaran akut kita," desak Trisna.

Saemi menatap mereka satu persatu dengan tatapan meyakinkan. "Serius, Aku gak tau samsek kalo Pak Asta ngadain syukuran." jelas Saemi.

"Masak?" para penggosip belum percaya.

Saemi kasih anggukan matap, "Mungkin karna acaranya bersifat privat, jadi bukan ranahku buat dilibatin." imbuh sang sekertaris memberi keyakinan lebih. Sengaja tidak ia bocorkan perkara sang pimpinan yang meminta rekomendasi tempat makan keluarga demi menjaga privasi.

"Mending kalian tanya aja langsung sama pihak yang bersangkutan," usulan sang puan gendut seketika direspon gelengan.

"Ga deh, Saem."

"Kita nunggu spillan Kamu aja,"

Massa pun akhirnya membubarkan diri, membebaskan Saemi menuju perdudukan. Saemi mengulas senyum simpul dibarengi dengusan pelan kemudian.

Kotak nasi yang sama bertengger di meja menyambut Saemi. Ketika dibuka oleh sang puan gendut lantaran penasaran (meski telah mengintip milik orang lain), isi dalam kotaknya sungguh mengangkat dan melengkungkan alis. Bagaimana tidak. Paket yang seharusnya berisi nasi putih, ayam bakar, sate, pepes ayam, oseng wortel dan buncis, tahu merah, telur balado, serta udang goreng tepung. Miliknya justru berisi bubur paket komplet.

Kok beda? Saemi melirik sana sini memastikan lagi bahwa dia tidak sedang diperlakukan spesial, mentang-mentang sedang gangguan pencernaan. Nihil sejauh hasil pengamatan.

"Kenapa, Mbak?" Gilang menyadari kebingungan sang panutan.

"Engga. Punyamu ayam bakar juga, kan?" iseng Saemi menanya untuk memastikan.

"Iya, Mbak. Ada apa memang?" timpal Gilang dengan ekapresi orang lugu.

"Gapapa, siapa tau aja punyamu ayam hidup. Entar belum Kamu makan, nasinya udah dihabisin sama si ayam." Kelakar Saemi di luar prediksi BMKG.

"Mbak Saemi ini ada-ada aja," balas Gilang dibumbui tawa. Saemi sebagai pelaku kelakar pun ikut tertawa bersama.

Saemi tutup kotak nasi miliknya. Mengabaikan alasan dibalik perlakukan berbeda dan mengutamakan rasa syukur atas kemurahan hati sang pimpinan. Demi menghindari kehebohan berjilid-jilid, begitu tiba waktu santap siang, Saemi berkilah sedang mengebut menyiapkan kebutuhan rapat sang pimpinan yang akan berdinas di luar kota esok hari. Sehingga ia meminta para rekan pergi saja ke kantin tanpa dirinya. Beruntung mereka percaya dan mau mengerti.

"Pak Te..."

Sapaan hangat menyambut kehadiran Tejo usai mengambil cuti selama empat hari. Saemi menjadi paling terdepan menghampiri serta menyambut rekan seperlucuannya itu. Topik mengenai kondisi putri kecil Tejo jadi pembahasan utama pertemuan pagi ini.

"Pak Te, makasih, ya..."

Selesai membincangkan kondisi kesehatan putri Tejo, mereka bubar barisan berkutat pada tanggung jawab masing-masing. Saemi lantas gunakan kesempatan itu untuk mengucapkan terima kasih secara langsung atas perhatian sang senior tempo hari. Puan gendut tersebut memegang erat tangan kanan Tejo dengan kedua tangannya.

Pak Asta I Love You! «LENGKAP»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang