Semesta memandangi Galaxy yang sudah tertidur lagi, setelah makan malam. Pikirannya berkecamuk, rasa takut mulai menghantuinya. Semesta takut tidak bisa menjaga kekasihnya.
Terlebih, Galaxy tidak ingin diam di rumah. Anak manis itu tetap ingin pergi ke sekolah, karena dia yakin bahwa Semesta bisa melindunginya.
"Kakak akan segera selesaikan semua ini. Maaf, karena Kakak, Aci juga ikut terseret dalam masalah." Semesta mengecup kening Galaxy lama.
"Sayangnya Kakak ini kemarin takut sama pesan itu, pas di sekolah juga takut. Terus sekarang apa yang meyakinkan Aci, bahwa Kakak bisa lindungin Aci, hmm?" Semesta tau Galaxy tidak akan menjawab pertanyaannya, karena anak manis itu tertidur lelap sekali. Tapi dia tetap mengajak kekasihnya berbicara, karena sekarang Semesta tidak bisa tertidur.
"Apa Aci mencurigai seseorang? Misalnya... Lingga? Kakak mencurigai dia, bukan tanpa alasan. Coba Aci pikirkan, Lingga tadi pagi tidak sekolah, terus di rongrongan juga tidak ada, tapi kata Aksara dia ada lihat Lingga lari."
"Dan yang membuat Kakak yakin. Lingga Kakaknya Lavanya dan Lun--" Semesta menoleh kearah samping, ketika dia mendengar suara pot bunga yang jatuh.
Semesta melihat ada sekelebat bayangan hitam, yang menempat dari pagar rumah Galaxy. Semesta beranjak dari kasur Galaxy, tapi pergelangan tangannya di tahan oleh anak manis itu.
"Jangan..." Galaxy berucap pelan, membuat Semesta mengurungkan niatnya dan kembali merebahkan diri di sebelah Galaxy.
"Sayang bangun? Dari kapan?" tanya Semesta, sambil mengelus surai hitam Galaxy. "Pas ada suara pot jatuh, Aci terbangun," jawab Galaxy, anak manis itu mengeratkan pelukannya pada Sang kekasih.
"Kak Aka, yang tadi bisa saja pancingan. Kita tidak tau di luar sana dia sendiri, atau membawa teman. Sebelum mengetahui orangnya siapa, kita harus lebih berhati-hati. Aci tidak tahu, orang itu hanya berani mengancam saja, atau dia berani melakukan hal lain. Semoga Ayah juga bisa membantu mencari siapa orangnya. Aci takut, Kak Aka."
"Maaf, gara-gara Kakak, Aci ikut terjebak dalam masa--" Galaxy menempelkan jari telunjuknya pada bibir Semesta. "Kita bobo, biar besok bisa bangun pagi-pagi." Galaxy menarik selimut, sampai menutupi seluruh bagian tubuh mereka.
***
Semesta benar-benar menjaga Galaxy, pria tampan itu tidak membiarkan kekasihnya pergi sendirian, sampai ke toilet pun Semesta tetap mengikuti Galaxy. Tapi sejauh ini tidak ada hal seperti kemarin terulang lagi. Dari pagi tadi dan sampai jam istirahat, Galaxy tidak menerima teror apapun.
"Ribet banget Kak Aka, kemarin dia yang bilang orang iseng aja. Sekarang malah dia juga yang parno." Galaxy berucap pelan tapi masih bisa di dengar Semesta.
"Bukan gitu, Ci. Kemarin it--"
"Stttt! Diam Kak Aka, mending tungguin Aci dulu." Galaxy langsung menyela ucapan Semesta, kemudian anak manis itu masuk ke dalam toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe (END)
FanfictionARSHAKA SEMESTA JAVIER Pacarnya memanggil Kak Aka. Semesta suka balap liar, walaupun di larang pacarnya tetap saja dia nekat sembunyi-sembuyi. Walaupun Semesta suka melanggar larangan pacarnya, jangan ragukan rasa cinta dan sayang Semesta ke pacar...