“Hujan tidak begitu buruk, karena dengan adanya ia kita bisa bertemu"
-Raina Renata-
☔️Happy Reading☔️
Pukul empat sore, hujan hari ini sangat deras. Siswa SMA Garden Bandung berhamburan keluar kelas, ingin cepat pulang ke rumah dan menyantap makanan di dapurnya.
Mawar sudah pulang sejak lima menit yang lalu dijemput ayahnya menggunakan mobil. Sedangkan Raina, ia harus menunggu bus yang melewati halte di samping sekolahnya. Ayah gadis itu sangat sibuk bekerja hari ini.
Detik demi detik siswa berangsur hilang satu per satu dari pandangan. Hari pun sudah mulai gelap karena mendekati malam dan hujan deras. Entah berapa lama lagi kendaraan umum itu akan menjemput Raina dan teman sebayanya di halte.
Gadis kuncir satu dengan pakaian selalu rapi itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ia tidak ada pilihan lain untuk mengatasi rasa bosan. Jari-jemari Raina menari di atas benda pipih yang ia pegang, membuka berbagai aplikasi di dalamnya.
Dari samping gedung sekolah, gerombolan siswa laki-laki dan kuda besi mereka mengaum seperti keluar dari sarangnya. Sangat berandal, salah satu dari gerombolan itu juga tidak segan-segan mengangkat satu roda depan sepeda motornya.
Siswa laki-laki dengan baju putih yang sengaja dikeluarkan dari celana abu-abunya. Pakaian itu sudah basah kuyup, bisa diperas sepertinya. Ia keluar bersamaan dengan geng motor sekolah, tetapi tanpa jaket geng motor?
Sorot mata elang mendelik dari balik kaca helm milik laki-laki di sana. "Oi!" teriaknya.
Raina tidak terlalu peduli. Ia berjaga-jaga kalau orang itu bukanlah memanggil dirinya. Lagi pun, siswa di halte bukan Raina sendiri.
"Mau bareng ga?” ucapnya mengalahkan riuh rintik hujan.
Raina acuh, ia tidak mengerti kenapa laki-laki itu berteriak kencang ke arah dirinya. Raina melongo dan melihat samping kiri kananya, memastikan siapa yang sedang diajak berbicara laki-laki itu.
"Cepetan, malah melongo lagi. Dikira gue manggil hantu kali, ya?" Nada bicaranya benar-benar tegas.
Bulu tangan Raina merinding, bagaimana jika laki-laki itu berlaku kasar terhadapnya. "Kamu manggil siapa? pake teriak-teriak segala." Raina mencoba tenang.
"Menurut lo siapa? Gue dari tadi manggil lo. Budek lo, ya?" ujarnya tanpa basa-basi.
"Ya, kan, bisa ngomong baik-baik." Raina tidak mengerti. "Mau apa kamu?"
"Mau bareng ga? Udah mau malem, nih. Gue ga sengaja nabrak lo tadi pagi. Gue mau tanggung jawab ini." Suara itu samar-samar keluar dari mulut Awan, ditutupi helm full face dan gemuruh hujan deras.
Raina berpikir sejenak mengenai tawaran dari laki-laki yang ia sebut berandal. Ia menimang-nimang tawaran menarik itu. Hari sudah mulai gelap, hujan pun belum berhenti.
"I-iyaa," jawabnya ragu.
"Pegangan, gue ga bisa bawa motor pelan," tuturnya langsung menutup kaca helm dan siap menarik gas motor di tangan kanannya.
Belum sedetik perintah laki-laki itu dilontarkan, ia sudah membawa motornya menyusuri hujan yang kian membanjiri jalanan. Mungkin karena hujan, makanya dia membawa motor cepat seperti kilat, begitulah batin Raina mencoba tetap tenang.
Dua puluh menit perjalanan yang ditempuh Raina untuk sampai ke rumahnya. Hari sudah menunjukkan pukul 17.45, ini kali pertama Raina pulang sekolah hampir gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (ON-GOING)
RomanceBagaimana rasanya menyukai seseorang yang tidak menyukai balik dirimu? Bagaimana rasanya ketika kamu dicintai dengan hebat oleh orang lain, tetapi kamu sudah tidak memiliki energi lagi untuk mencintai dirinya? Ini cerita seorang gadis bernama Raina...
