8. Dingin🌦🌦

65 38 34
                                    

"Menyusuri Bandung sehabis hujan dengan wejangan matahari terbenam adalah cara untuk mengisi ulang energi setelah terkuras seharian"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyusuri Bandung sehabis hujan dengan wejangan matahari terbenam adalah cara untuk mengisi ulang energi setelah terkuras seharian"

-Mia Bela-






☔️Happy Reading☔️


"Siapa?" tanya Raina menjeda cilok masuk ke dalam mulutnya.

"Kayla," ujar gadis itu mengulurkan tangan kanan.

Kayla menarik kursi yang ada di depan meja makan Raina. Tempat duduk berbahan kayu itu meringis saat seorang perempuan mendudukinya.

"Ada apa, ya?" tanya Raina sekali lagi, ia tampak bingung.

"Ga ada apa-apa," jawab Kayla. "Aku cuma mau bilang ke kamu untuk jauhin Awan."

Raina tidak mengerti mengapa gadis di depannya tiba-tiba meminta ia menjauhi Awan, apa yang salah? "Awan? Kenapa?"

"Ah iya, kamu belum tahu aku, kan?" Kayla memainkan rambutnya yang terjuntai. "Aku sama Awan udah temenan sejak SMP, kami OSIS di SMP Angkasa."

"Terus?" potong Raina.

"Yang kamu harus tahu aku udah dari lama ngejar Awan, sampe aku masuk ke SMA yang sama kayak kalian. Aku, teh, juga heran kok Awan ga peka kalo ada yang ngejar dia dari SMP," Kayla bernapas. "Sekarang aku minta sama kamu, jangan nambahin saingan aku," jelasnya setelah sekian lama.

"Kenapa harus ngelarang? Bukannya kita semua berhak buat ngerasain cinta ke orang?" Raina enggan menuruti.

"Jangan ngeyel, selagi aku ngomong baik-baik sama kamu. Aku juga kasian kalo badan kecil kamu ini nanti bakal kesentil."

Kayla berlagak sombong. Gadis ini memang sangat cantik, ia tetap terlihat anggun saat angin sedang bertiup hebat karena hujan. Rambut pendek sebahunya tergerai indah, riasan tipis nan manis.

Raina seakan berpegang teguh pada pendiriannya. Lagi pun, siapa Kayla? Ia tidak berhak melarang Raina secara tiba-tiba.

"Lihat nanti aja, Awan bakal jatuh ke siapa." Raina acuh, kembali menelan pentol demi pentol di mangkok ciloknya.

Kayla geram karena Raina berani padanya. Badan kecil Raina tidak sama dengan keberanian besarnya menantang balik Kayla.

Tangan gadis itu menggenggam erat hingga kuku panjangnya berhasil menusuk telapak tangan. Hal itu selalu dilakukan Kayla untuk melampiaskan kesal. Bahkan, sudah banyak bekas cakaran tangannya sendiri.

RAIN (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang