1. Goresan Pertama🌦🌦

244 101 171
                                    

“Gores pertama yang kau berikan tanpa sengaja adalah sebuah rasa yang akan membawa kita entah sejauh mana”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gores pertama yang kau berikan tanpa sengaja adalah sebuah rasa yang akan membawa kita entah sejauh mana”

-Raina Renata-






☔️Happy Reading☔️

I lay my love on you
It's all I wanna do
Every time I breathe I feel brand new
You opened up my heart
Show me all your love and walk right through
As I lay my love on you

Sepasang kaki dengan sepatu hitam beriringan masuk area sekolah. Tali sepatunya yang berwarna putih itu juga ikut menari menikmati alunan lagu yang didengar melalui telinga Raina. Hati gadis itu seakan sangat gembira menikmati hari senin pagi ini. Entah berapa banyak kupu-kupu yang sedang terbang di dalam perutnya.

“Selamat pagi, Neng,” sapa  Pak Satpam ramah di samping pagar sekolah.

“Selamat pagi, Pak,” balasnya. Senyum Raina sangat mengembang pagi ini.

Beralih dari menatap teduh wajah Pak Awi kemudian detik berikutnya Raina tersadarkan dan menatap ke arah jam coklat di tangannya. Sepuluh menit sebelum bel berbunyi, dan hari ini upacara bendera setiap hari senin. Raina langsung mematikan lagu yang terus terngiang di telinganya dan fokus pada waktu sekolah, jangan sampai kena hukuman karena telat masuk barisan.

Siswa-siswi lain sudah tidak banyak berhamburan di luar halaman utama sekolah. Raina mulai panik karena terlalu santai, ia memilih jalan di samping parkiran sekolah, karena jalan itu bisa menghantarkannya langsung menuju gedung kelas XI. Raina melihat aman di jalan yang ia lewati, berjaga-jaga takut jika ada guru yang akan menggiringnya.

Brukk!!

“Akhh!” Suara Raina menahan sakit.

Tubuh Raina tersungkur saat ia sadari seorang laki-laki menabraknya dari belakang. Wajah mungil gadis itu tergeset lantai, hingga membuat goresan dan aliran darah merah di bawah dagunya, sangat perih. Raina meringis, matanya berlinang air yang terasa panas tetapi enggan luruh melihat sosok tinggi besar itu meninggalkannya, setelah lima detik menghadap arah belakang tanpa menolong Raina.

Rok abu-abu selutut yang dikenakan Raina kotor penuh debu di lantai. Gadis itu membersihkan pakaiannya dan berusaha tampil rapi seperti sebelum hal buruk tadi kejadian. Mata yang sedari tadi memanas sudah mulai dingin kembali, mencoba menormalkan dirinya.

Suara Bu Ratna yang menggiring siswa dari depan parkiran bisa didengar oleh Raina. Gadis dengan rambut kuncir satunya itu bergegas lari menuju kelasnya di lantai 2, kelas XI IPA 2. Dengan terburu-buru Raina meletakkan tas dan mengambil topinya di dalam tas. Kelas Raina pun sudah sepi, hanya ia sendiri di sana sekarang, siswa lain sudah bergerombol memenuhi barisan di lapangan upacara.

RAIN (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang