"Entah dari mana asalnya. Perasaan tanpa ikatan ini seperti tulip kuncup, meskipun tidak mekar ia tetap terlihat indah."
-Raina Renata-
☔️Happy Reading☔️
Raina terhenti saat dirasa seseorang menahan pergelangan tangan kirinya. Tangan itu dingin di tengah panas hari seperti ini.
Raina berbalik badan. "Kenapa?" tanyanya.
Tangan itu belum juga terlepas. Di dalam pikiran sosok itu terbesit wanita dengan pakaian merah maroon dan hiasan tebal, serta bibir merah seperti jantung pisang.
"E-enggak, ga ada apa-apa." Awan kaku.
Awan melepas pergelangan tangan yang sedari tadi ia tahan untuk menjauh. "Ngapain, sih, Wan!" rutuknya sembari memukul pergelangan tangan Awan, Raina tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Bayangan Sarah selalu berhasil membuat Awan membenci seorang wanita. Semua wanita adalah penggoda. Seorang tua bangka saja masih mau digoda hanya karena harta, Raina pasti sama saja.
"Ya udah, aku mau pulang."
Mawar dan Raina meninggalkan Awan tanpa menunggu jawaban laki-laki itu. Sebaliknya, Awan masih terdiam di tempat tanpa bisa mengatakan satu kata pun kepada gadis yang hanya menampakkan punggungnya kian menjauh.
"Ah, tau ah." Kibas tangan Awan pada angin seolah ingin melupakan pegangan tangan yang terhitung hanya beberapa detik itu.
"Oi, Wan," seru laki-laki yang keluar dari samping ruang guru.
"Monyong lo berisik banget." Tangan Gery menutupi mulut Alvin.
Alvin meronta. "Ih, apa sih. Asem banget tai," ujarnya sembari membersihkan bekas telapak tangan Gery yang sempat menempel di mulutnya.
"Yee, anying. Harusnya gue yang ngumpat, mulut lo, mah, bau jigong gini, najis." Gery ikut mengelap telapak tangannya di baju milik Coki yang tidak terlibat masalah.
"Apa sih, Ger, jorok banget."
"Temen lo, tuh, goblok!" Gery menatap tangannya, geli.
"Aishh, berisik banget, sih."
Awan mengambil tas ranselnya yang dibawa oleh Alvin. Persahabatan itu meskipun banyak ributnya, tetapi tetap saling membantu. Semua candaan menjadu bumbu penyedap di dalam lingkup pertemanan mereka berempat.
***
Raina di dalam bus. Kaca di sampingnya dibiarkan terbuka untuk mencari angin segar dan dapat leluasa menikmati perjalanan pulang sekolah.
Sekian detik saat Raina hanya fokus dengan pikirannya. Ia diganggu dengan suara deruman kuda besi yang keluar dari area sekolah. Jaket hitam legam itu menjadi salah satu ciri khas geng motor di sekolahnya.
Raina memerhatikan sebuah gambar di balik jaket salah satu kumpulan manusia itu. "Lion?" sebut Raina.
Lion adalah satu-satunya geng motor di SMA Garden Bandung. Lion bukan sebuah komunitas yang sering tawuran seperti geng motor Bandung biasanya. Ia sebuah komunitas yang didirikan oleh seseorang berhati dingin, dengan tujuan merangkul sesama. Tidak sedikit siswa-siswi SMA Garden Bandung yang mengidolakan orang-orang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (ON-GOING)
Любовные романыBagaimana rasanya menyukai seseorang yang tidak menyukai balik dirimu? Bagaimana rasanya ketika kamu dicintai dengan hebat oleh orang lain, tetapi kamu sudah tidak memiliki energi lagi untuk mencintai dirinya? Ini cerita seorang gadis bernama Raina...