Gagal mendapatkan Arum dan dua kakaknya, ternyata pak Kumis mendatangi kediaman keluarga Danura. Dia melaporkan tentang porak-porandanya sawah miliknya akibat dari kenakalan ketiga cucu Arya, pemimpin keluarga Danura.
Pusing sudah Arya mendengar kenakalan tiga cucunya, apalagi Arum yang merupakan satu-satunya anak perempuan yang lahir setelah tujuh generasi keluarga Danura, Arya sudah pusing dan menyerah.
"Malam ini kita pergi ke aki Jara, sepertinya kalian bertiga harus dinetralkan." Arya mematikan lampu sempor, bersiap membawa tiga cucunya yang sudah seperti anak kembar tiga, saking kompaknya kenakalan mereka.
Arum cemberut. "Tidak mau. Apaan, aki Jara itu kalau meramal suka seenak jidat."
Sedang dua kakaknya hanya diam saja, mereka menurut untuk berdiri, mengambil obor yang disodorkan oleh Arya untuk mereka bawa. Jujur saja, mereka mengakui bahwa ramalan aki Jara sangat akurat. Contohnya tentang ramalan ayah mereka yang akan mati karena santet.
Arum masih berjongkok di ruang tamu, enggan bergerak dari tempatnya.
Subara menghela nafas, menghampiri Arum lalu meraih lengan atas Arum untuk dia jinjing berdiri. "Nurut sama eyang."
Walaupun Respati dan Subara sama nakal dan isengnya dengan Arum, namun mereka berdua kadang sangat penurut jika kakek mereka yang memerintahkan. Dalam pikiran mereka, hanya Arya satu-satunya orang tua yang mereka punya. Ya begitulah, mereka sudah cukup dewasa untuk berpikir.
Mau tidak mau Arum berdiri walaupun sembari bermalas-malasan. Bibirnya masih saja mengerucut. Arum merentangkan tangan pada Subara. "Gendong."
Subara langsung berjongkok, membiarkan Arum naik ke atas punggungnya, sedang Respati berdiri menunggu di ambang pintu. Subara berdiri, berjalan ke arah pintu, lalu keluar dari rumah, di susul oleh Arya dan Respati.
Udara malam ini terasa menyegarkan. Keempat orang itu berjalan santai menuju rumah aki Jara yang ada di dekat balai desa. Sambil berjalan, Arum memandangi setiap rumah. Belum terlalu malam, jadi masih ada beberapa warga desa yang duduk di teras rumah, bersenda gurau atau mengobrol serius dengan anggota keluarga mereka.
Desa Surya adalah desa yang damai jika sudah malam seperti ini. Setiap rumah memiliki pekarangan yang luas dan bersih, dipagari oleh pagar bambu, dan setiap pagar diberi obor sebagai penerang. Jadi walaupun sudah malam, suasana desa Surya tetap hidup. Itulah mengapa desa ini disebut sebagai desa Surya.
Akan tetapi berbeda jika sudah menginjak pagi. Ada saja teriakan tetangga untuk mengomeli Arum dan dua kakaknya. Akan tetapi walaupun membuat pusing dan menyebabkan kerugian, tidak ada satupun warga yang mengusir Arum dan kakak-kakaknya. Mereka semua menyayangi Arum, tidak tega jika harus mengusir Arum pergi.
"Paman, Paman hendak ke mana?" Pria berkulit sangat putih, berperawakan sedikit berisi, dan cukup tampan diusianya yang tidak muda lagi, melihat mereka saat melewati rumah pria itu.
Arya berhenti sejenak untuk menyapa Shen Hong, sahabat Gunta putranya. Shen Hong sudah seperti paman kandung bagi cucunya. "Aku ingin membawa Arum, Respati dan Subara ke aki Jara. Aku ingin mengobati kenakalan mereka."
Shen Hong tertawa kecil dan menatap Arum yang sedang santai digendongan Subara. "Tuan Putri akan melakukan pengusiran roh jahat?"
Beginilah Arum diperlakukan oleh keluarga Danura dan Shen Hong. Dia sangat diistimewakan dan diagungkan karena satu-satunya anak perempuan yang lahir setelah tujuh generasi tidak diberi keturunan anak perempuan.
Shen Hong melangkah mendekati pagar rumahnya agar bisa lebih enak mengobrol. Shen Hong mengulurkan tangan kemudian mengusap kepala Arum. "Sepulang dari aki Jara nanti, mampirlah dan menginaplah kalian. Aku ingin bersama kalian sebelum aku pulang ke negeri asalku."
Arum cemberut. "Ish, aku mau ikut paman. Aku ingin mencari guru ayah."
Arya berbalik, menyentil kepala Arum. "Matamu itu. Tidak aku izinkan. Yang ada negeri orang akan kamu porak-porandakan seperti sawah-sawah warga di sini."
Shen Hong tertawa. "Oh, pasti gara-gara itu Paman membawa mereka ke aki Jara." Shen Hong menatap Arum lagi. "Padahal tadinya aku memang ingin mengajakmu, Arum. Lagi pula aku tidak akan lama-lama di sana. Aku kan sudah mengajarkanmu bahasaku, jadi kau pasti senang bermain di sana."
Perjalanan keempat orang itu pun dilanjutkan. Hingga sampailah mereka di depan rumah yang sering dikunjungi oleh orang-orang, baik orang asli desa Surya, maupun desa tetangga. Rumah aki Jara adalah rumah panggung, mereka harus melepas sendal lalu menaiki tangga kayu.
Tidak jauh dari mereka, pria yang tadi siang muncul lagi. Matanya menatap Arum lagi.
"Ya ampun. Apakah ini mungkin? Nahas sekali." Lagi-lagi pria itu berbicara seakan tidak percaya dan sekarang ditambah dengan ucapan seakan dia mengasihani.
* * * *
Selesai diperiksa, Arum duduk di sebelah Arya, di sebelah Arya ada Respati, di sebelah Respati ada Subara. Mereka menunggu aki Jara yang tadi menyimpan baskom air ke dapur.
Tidak lama kemudian, aki Jara kembali ke ruang tengah dan duduk dihadapan Arum, Arya, Respati dan Subara. Aki Jara menatap Arum sebentar kemudian menatap Arya.
"Aku sudah selesai memeriksa semua. Tidak ada roh jahat apapun dalam diri mereka, hanya saja aku tidak bisa melihat Arum. Dia tertutup, sama sekali tidak bisa dilihat apakah ada sesuatu dalam tubuhnya. Mungkin karena dia adalah keturunan istimewa."
Arya, Respati dan Subara menoleh pada Arum bersamaan. Sedang Arum malah memperhatikan janggut aki Jara yang bergerak setiap kali aki Jara berbicara. Memang janggut aki Jara sangat lebat. Sepertinya wajah Arum bisa bersembunyi di sana.
"Tapi dengar-dengar Arum ingin ikut bersama Shen Hong ke negeri China." Tiba-tiba aki Jara membahas hal yang hanya keinginan Arum seorang.
Mendengar topik kali ini, Arum mengalihkan fokus dan langsung mengangguk semangat. "Betul sekali!"
Arya menatap serius pada aki Jara. "Memangnya kenapa, Ki?"
"Aku lihat, sesuatu sedang mengintai dan mengikuti Arum kemanapun dia pergi. Aku tidak yakin apakah dia manusia, makhluk halus biasa, atau khodam santet. Namun aku merasa dia memiliki kekuatan yang luar biasa seperti khodam santet."
Arum melotot, tangannya langsung berpegangan pada Arya. "Apa?!" Dia remat sekuat tenaga hingga Arya melotot dan berteriak.
"Woh! Sakit Arum!" Arya menggeplak tangan Arum agar terlepas dari lengannya.
Arum langsung melepas, dan dia cemberut lagi. "Biar ada dramanya loh, Eyang. Kan ceritanya ini suasana menegangkan."
Respati melirik Arum. "Yang serius Arum."
Arum segera diam. Diantara semua anggota keluarga, Arum paling menurut pada Respati.
Aki Jara tersenyum, ia sudah tahu bagaimana tengik, nakal, bandel, dan resenya Arum. Bahkan buah semangka yang ia tanam dibelakang pekarangan rumah juga pernah menjadi sasaran Arum.
"Aku khawatir ini adalah khodam santet. Jadi kalau memang Arum ingin ikut bersama Shen Hong, itu akan lebih baik. Santet tidak bisa menyeberangi lautan, apalagi samudra." Aki Jara meneruskan penjelasannya tentang ramalan dirinya atas Arum.
"Dan aku melihat, di sanalah Arum akan meraih kesuksesan dan kejayaan."
Semoga revisi yang Sely lakukan membawa perubahan yang lebih baik pada cerita ini. Karena yang sebelumnya terasa berjalan begitu cepat sampe kurang dapat feel nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of King Zhang's Heart
RomanceAda seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Dan di negeri China, ada seorang Raja bernama Chen Zhang Zou. Raja muda yang setiap tahunnya membawa p...