"Baiklah, aku tidak akan membunuh Arum, asalkan dengan satu syarat."
Shen Hong mendongak. "Apapun syaratnya, akan hamba lakukan, Yang Mulia."
Raja Zhang menatap Arum yang masih duduk di tanah, menatap dirinya dan juga Shen Hong secara bergantian. "Arum tidak boleh melarikan diri dariku."
Pria putih yang berdiri mengamati interaksi ketiga orang itu mengerutkan kening. "Jika tidak untuk dibunuh, mengapa Zhang Zou menempatkan Arum disisinya? Gawat, ini tidak bisa dibiarkan. Jika Arum terus berada di dekat Zhang Zou, bisa-bisa Arum bertemu dengan gurunya Zhang Zou. Jangan sampai guru Zhang Zou melihat Arum."
Shen Hong menoleh ke belakang. Ia menatap Arum lama, lalu kembali menunduk di bawah kaki Raja Zhang. "Hamba menyetujuinya, Yang Mulia. Hamba akan membujuk Arum untuk tetap tinggal di sini."
Arum mendelik. "Hei, Paman, apakah Paman tidak salah? Arum menunjuk Raja Zhang menggunakan jari telunjuknya. "Tetap bersamanya di sini? Apakah Paman tidak tahu setiap melihat dia rasanya melihat lubang hitam kematian?"
Raja Zhang berpangku tangan, entah mengapa walaupun kesal karena Arum berbicara seenak jidat padanya, namun dia tidak benar-benar murka. Mungkin karena sudah mulai terbiasa. "Besok kita menikah."
Arum membelalak mata, sedang Shen Hong juga terkejut, namun karena tubuhnya lemas, ia tidak bisa berekspresi banyak. Dan pria putih yang sejak tadi berdiri langsung melotot.
Arum bangkit lalu berdiri tegak menantang. "Menikah? Yang Mulia, aku belum mau menikah. Apalagi menikahnya dengan Yang Mulia." Arum menggeleng cepat. "Tidak mau. Aku tidak mau."
"Aku tidak sedang meminta persetujuanmu." Raja Zhang berucap dengan santai.
Shen Hong mendongak lagi. "Yang Mulia, untuk apa Yang Mulia menikahi Arum? Dia bukan seorang bangsawan, dia hanya gadis biasa."
Raja Zhang masih menatap Arum, tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari Arum. "Tidak ada alasan, hanya sekedar ingin."
Huang Shong datang. Sebelum memberi hormat, Huang Shong melihat Arum dan Shen Hong terlebih dahulu. Tampaknya dia terkejut dengan adanya Shen Hong di istana.
"Hormat hamba, Yang Mulia." Huang Shong membungkuk.
Raja Zhang masih menatap Arum lurus. "Bawa pria ini ketabib. Aku mau dia sudah membaik besok, karena dia akan menjadi saksi pernikahanku dengan Arum."
Seperti terjun bebas dari tebing, jantung Huang Shong serasa akan copot. Dia sempat mengangkat kepala sebelum menunduk kembali. "Ampun Yang Mulia, apakah Yang Mulia tidak salah? Menikahi gadis yang Anda pilih? Apakah guru ...."
Raja Zhang menoleh cepat, memberikan tatapan menghunus pada Huang Shong. "Aku tidak menyuruhmu bertanya. Cepat laksanakan!"
Huang Shong buru-buru melaksanakan perintah Raja Zhang. Walaupun ia adalah tangan kanan Raja Zhang selama bertahun-tahun, akan tetapi bukan berarti tidak mungkin lehernya ditebas oleh Raja Zhang. Ingat, Raja Zhang tidak pernah pandang bulu, bahkan ibu kandungnya sendiri pun di bunuhnya. Sungguh sadis bukan.
* * * *
Arum mondar-mandir tidak jelas di kamar Raja Zhang yang ada di istana belakang. Ia sudah dirias, memakai pakaian serba merah, dan juga disanggul tinggi. Pernikahan sebentar lagi akan dimulai, ia merasa resah dan gelisah. Kata orang-orang, pernikahan harus didasarkan oleh rasa cinta, jika tidak, maka tidak akan bahagia.
Lalu bagaimana dengan dirinya? Ia takut kesenangannya hilang. Apalagi menikah dengan raja kejam seperti Raja Zhang, ah, sepertinya tidak ada senang-senangnya.
"Nona Arum."
Arum menoleh pada pintu yang terkunci. Itu suara Huang Shong. Sepertinya Huang Shong menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of King Zhang's Heart
RomanceAda seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Dan di negeri China, ada seorang Raja bernama Chen Zhang Zou. Raja muda yang setiap tahunnya membawa p...