Satu persatu orang yang ingin menunjukkan bakat telah maju. Banyak ratu dan putri yang menunjukkan bakat menyanyi, melukis, dan lain-lain. Begitu juga dengan Putri Xue Xing yang telah menunjukkan bakat menyanyi yang luar biasa. Jika diadakan perlombaan, maka Putri Xue Xing lah yang akan menang.
Pangeran Gu Thong berdiri untuk mengumumkan bahwa sesi pertunjukan bakat sudah selesai dan akan dilanjutkan ke acara berikutnya. Akan tetapi tiba-tiba Arum maju saat Raja Zhang lengah akibat memperhatikan Putri Xue Xing.
Tangan Raja Zhang terulur untuk menggapai tangan Arum, namun Arum yang gesit berhasil menghindar.
“Ratu Arum? Apakah kau ingin menunjukkan bakatmu juga?” Pangeran Gu Thong tampak sumringah.
Arum tersenyum lebar dan mengangguk.
“Bakat apa yang ingin kau tunjukkan, Ratu?”
“Aku ingin menunjukkan bakat yang ingin aku tunjukkan pada Raja Zhang akan tetapi dia tidak memberikan kesempatan padaku.”
Maksud Arum adalah bakat yang ingin ia tunjukakan di malam pemilihan gadis. Kala itu Arum sudah sangat bersemangat, namun Raja Zhang meremehkan dirinya dengan tidak memberikan kesempatan padanya, sama seperti sekarang. Oleh sebab itu Arum kesal sekarang.
Pangeran Gu Thong melirik pada Raja Zhang yang diam saja. Di saat itu muncul senyum puas di bibir Pangeran Gu Thong. Pangeran Gu Thong melirik Arum lagi. “Baiklah. Silahkan.”
Arum melirik Raja Zhang. “Aku ingin tiga orang memegang apel di atas kepala.”
Semua pandang mata menatap Arum heran dan bertanya-tanya. Begitu pula dengan Pangeran Gu Thong. Sedangkan Raja Zhang, walaupun penasaran dengan apa yang akan Arum tunjukkan, namun ekspresinya tetap sama.
“Apa yang akan kau tunjukkan, Ratu?” tanya Pangeran Gu Thong.
“Memanah,” jawab Arum yakin dan tegas.
“Memanah? Bagaimana jika panah Anda meleset dan mengenai orang yang memegang apel?” ucap salah satu raja.
Arum tertawa. “Jika aku gagal, itu bukan bakat namanya.” Arum menoleh dan menatap Raja Zhang. “Itu lah alasan mengapa lemparan gelasku tidak melesat dari kepala Raja Zhang.”
Semua mata melotot, terutama Putri Xue Xing dan Kaisar Wei. Pangeran Gu Thong juga tidak kalah terkejut. Sedangakkan Raja Zhang hanya memasang tatapan dingin pada Arum walaupun dalam hati kesal setengah mati.
“Apa yang baru saja kau katakan?” Pangeran Gu Thong tidak percaya.
Arum mengibaskan tangan. “Sudahlah, aku sedang tidak ingin bercerita. Aku ingin segera menunjukkan bakatku.”
Karena bakat yang akan ditunjukkan oleh Arum adalah memanah, busur dan anak panah pun segera disiapkan, tidak tertinggal apel, orang yang akan memegang apel, lalu tameng untuk melindungi si pemegang apel.
“Penutup mata.”
Kali ini permintaan Arum benar-benar mengejuktan semua orang. Namun karena Pangeran Gu Thong tidak melarang, akhirnya tidak ada yang berbicara. Dengan bantuan Pangeran Gu Thong, mata Arum ditutup oleh kain hitam dua lapis. Sepuluh meter di depan Arum ada tiga orang yang memegang apel di atas kepala mereka. Tiga orang itu sudah berkeingat dingin. Baiklah kepala dan badan mereka terlindungin oleh tameng, tapi bagaimana dengan tangan mereka?
Arum bersiap dalam posisi yang benar. Saat itu lah alis Raja Zhang berkerut. Cara Arum berdiri memang benar, dari mana Arum belajar memanah?
“Jangan ada yang bersuara. Dan kalian bertiga sebutkan nomor secara berurutan berdasarkan urutan posisi kalian. Di mulai dari kanan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of King Zhang's Heart
RomanceAda seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Dan di negeri China, ada seorang Raja bernama Chen Zhang Zou. Raja muda yang setiap tahunnya membawa p...