Putri Xue Xing Yang Malang

390 44 0
                                    

Arum diizinkan keluar ke gerbang istana untuk mengantar pamannya yang akan pulang ke kampung halaman, tapi tetap dengan dikawal oleh Huang Shong. Di depan gerbang, Arum memeluk pamannya.

"Paman, jika aku keluar dari istana tinggal nama, tolong katakan pada kakek dan semua rakaku, aku mencintai mereka. Maaf, gelas emas yang kucuri tidak jadi aku berikan pada mereka karena aku gunakan untuk mementung Raja Zhang."

Shen Hong tersenyum walau berat hati. "Hm. Tapi aku yakin kau tidak akan kenapa-kenapa. Aku tahu kau kuat."

"Hm. Sangat kuat seperti banteng, tapi otak seperti udang batu." Pria Putih yang bersembunyi di benteng istana menimpali, diam-diam memperhatikan perpisahan Shen Hong dan Arum. Ia masih kesal mengingat kesempatan emas waktu itu Arum sia-siakan hanya karena perut yang lapar.

Shen Hong melepas pelukan mereka. Shen Hong melihat ke arah Huang Shong. "Bolehkah aku berbicara berdua dengan Arum, Tuan? Ini sangat privasi."

Huang Shong menggeleng. "Tidak bisa. Ratu Arum harus selalu dalam pengawasanku."

Arum melirik tajam pada Huang Shong. "Aku Ratumu. Aku perintahkan kau menjauh karena pamanku ingin berbicara. Atau kau ingin aku pecahkan kepalamu?"

Huang Shong menghela nafas. Sebenarnya ia tidak takut pada ancaman Arum. Akan tetapi karena sekarang Arum adalah Ratu Luzong, ia harus mempertimbangkan perintahnya. Ditambah lagi jika sampai ia berkelahi dengan Arum, yang jadi sasaran pisau Raja Zhang adalah dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk mundur menjauh.

"Mohon jangan terlalu lama, Yang Mulia." Huang Shong membungkuk.

Setelah Huang Shong menjauh, Arum mendekatkan diri pada Shen Hong. "Ada apa, Paman? Kau membuat aku penasaran." Arum antusias ingin tahu.

Shen Hong merangkul Arum, membelakangi Huang Shong. Ia mulai memberitahu Arum apa yang ingin dia sampaikan. Sesekali Shen Hong menoleh ke belakang, begitu juga dengan Arum.

Di belakang, Huang Shong memantau keduanya dengan pandangan datar. "Cih, aku yakin dia sedang berkata 'jangan berteman dengan Huang Shong, dia jahat'."

Sedang di atas benteng, Pria Putih menguping menggunakan kekuatannya. Mendengar apa yang Shen Hong rencanakan, Pria Putih itu tampak tidak tenang. Ia mengepalkan tangan kebelakang seperti anak kecil ingin memukul. "Uh jika bukan karena kau adalah pamannya, sudah ku musnahkan kau. Bisa-bisa kau mengajari Arum seperti itu."

"Benarkah dengan begitu aku bisa selamat?" Arum tampak antusias dan penasaran.

Shen Hong mengangguk sambil tersenyum lebar. "Hm, kau bisa selamat. Aku jamin seratus persen."

Arum berjingkrak sambil bertepuk tangan. "Ah syukurlah jika ada cara agar aku bisa hidup. Tidak ada salahnya juga mencoba."

Shen Hong mengusap kepala Arum. "Aku yakin kau pasti bisa Arum."

Di belakang Huang Shong berdeham. "Yang Mulia Ratu, Anda tidak bisa berlama-lama."

Arum berdecak sambil melirik sinis kebelakang. "Yang satu ini penurut sekali pada Raja Zhang. Membuat kesal saja."

Setelah berpamitan dengan benar, akhirnya Shen Hong menunggang kudanya dan dikawal oleh beberapa prajurit istana. Sesuai permintaan Arum sebagai Ratu, Shen Hong harus dikawal sampai rumah, agar selamat sampai tujuan.

* * * *

Di istana Banfai, Pangeran Gu Thong sedang menghadap Kaisar Wei di singgasana. Pangeran Gu Thong sedang duduk sopan di lantai, tepat di bawah tangga singgasana.

"Kalau begitu, aku akan menyebarkan undangannya, Yang Mulia."

Kaisar Wei mengangguk. "Hm. Jangan lupa undang pula Raja Zhang dan istrinya. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya."

Pangeran Gu Thong membungkuk dalam posisi duduk. Saat menunduk, senyum miring muncul. "Baik, Yang Mulia."

'Tentu aku tidak akan lupa. Aku akan membuat dia menunjukkan jati dirinya di pesta ulangtahunmu, Ayah.'

Keluar dari istana utama, Pangeran Gu Thong kembali ke ruang kerja. Dia akan menulis daftar tamu-tamu yang akan diundang menghadiri ulang tahun Kaisar Wei. Sesampainya di ruang kerja, ternyata istrinya sudah ada di sana.

"Xue Xing, sedang apa kau di sini?" Ia lihat istrinya sedang duduk di depan meja kerjanya.

Putri Xue Xing berdiri, segera ia membungkuk melihat Pangeran Gu Thong datang. "Pangeran, Anda sudah kembali."

Pangeran Gu Thong tidak menanggapi, dia segera duduk di kursinya. Setelah ia duduk, Putri Xue Xing juga kembali duduk.

"Pangeran-"

"Aku sedang tidak ingin diganggu, Xue Xing." Tatapan Pangeran Gu Thong sudah tidak bersahabat menatap Putri Xue Xing. Itu artinya emosi Pangeran Gu Thong sedang tidak stabil.

Tahu hal tersebut, Putri Xue Xing menunduk. "Baik, Pangeran. Maaf mengganggu. Aku akan pergi."

Saat Putri Xue Xing berdiri, mata Pangeran Gu Thong melihat pergelangan tangan Putri Xue Xing membiru. "Kenakan pakaian yang lebih panjang. Jangan sampai bekas biru itu terlihat orang lain."

Tanpa sadar Putri Xue Xing menutup pergelangan tangan kanan menggunakan tangan kirinya. Matanya bergerak-gerak gelisah, pun kepalanya kian menunduk, tanda bahwa ia sedang mengalami trauma atas apa yang ia dapatkan dari lebam itu.

"Baik, Pangeran."

Begitu keluar dari ruang kerja Pangeran, air mata Putri Xue Xing menetes tanpa bisa dibendung. Sungguh miris hidupnya. Dipisahkan dari kekasihnya lalu dinikahi secara paksa. Setelah menikah dengan Pangeran Gu Thong, ia pikir Pangeran Gu Thong akan mencintainya, namun ternyata hidupnya justru seperti berada di neraka.

Sedikitpun Pangeran Gu Thong tidak pernah bersikap lembut padanya. Bahkan tiga tahun menikah, pria itu tidak pernah menyentuhnya. Setiap datang ke kamar, Pangeran Gu Thong hanya akan menanyakan bagaimana perasaannya terhadap Zhang. Setiap ia mengatakan sudah tidak lagi mencintai mantan kekasihnya, Pangeran Gu Thong akan mengatakan bahwa ia berdusta lalu Pangeran Gu Thong akan menampar, menjambak, dan bahkan menendang dirinya.

Ketika pernikahan mereka berusia 4 tahun, barulah Pangeran Gu Thong mau menyentuhnya. Hal itu karena sudah banyak pertanyaan tentang mengapa ia tidak kunjung hamil. Tentu Pangeran Gu Thong tidak mau disebut mandul. Namun ternyata ia tidak juga mengandung, siksaan terhadap dirinya pun semakin menjadi-jadi. Setiap kali bertemu, Pangeran Gu Thong hanya akan mencacinya, memukulnya, dan bersikap semaunya. Dengan sikap seperti itu, bagaimana ia bisa mencintai Pangeran Gu Thong? Bagaimana ia bisa belajar mencintai pria yang sudah menjadi suaminya selama 7 tahun?

Dan kini ia ingin membawa berita baik, berharap dengan berita ini, Pangeran Gu Thong akan merubah sikapnya. Ia datang ke ruang kerja Pangeran Gu Thong karena ingin mengatakan bahwa ia sedang mengandung. Tapi sayang, sepertinya Pangeran Gu Thong sedang tidak ingin diganggu. Jika suasana hatinya sedang buruk, sebaik apapun berita yang ia sampaikan, tidak akan diterima dengan baik oleh suaminya itu.

"Tuhan, tolong berikan aku kekuatan sedikit lagi." Putri Xue Xing mengusap perutnya yang masih rata. "Demi anakku."

Sejujurnya kemarin, setelah mendapatkan siksaan dari Pangeran Gu Thong, ia ingin mengakhiri hidupnya. Namun sebelum itu, ia malah sakit. Saat diperiksa oleh tabib istana, ternyata ia sedang mengandung. Oleh sebab itu, ia ingin hidup, setidaknya untuk anaknya yang ingin melihat dunia.

Nahas ya hidup Putri Xue Xing. Jadi kasihan juga. Kakak semua jangan lupa like komentar and subscribe ya😁. Eh maksudnya jangan lupa vote dan komen.

Queen Of King Zhang's Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang