Selepas dilepas oleh Raja Zhang, Arum mengusap lehernya yang memerah. Entah tangan Raja Zhang yang besar, atau lehernya yang terlalu kecil, jelas tadi hanya menggunakan satu telapak tangan namun hampir seluruh lehernya berada dalam genggaman tangan Raja Zhang."Diampuni apanya, nanti juga dibunuh," gerutu Arum sambil melirik sebal.
Raja Zhang emosi lagi melihat mata Arum yang berani memandangiya seperti itu. Akan tetapi ia harus menahannya, jangan sampai Arum mati sia-sia dan malam ini ia gagal mendapatkan darah gadis perawan.
"Berhentilah membuat aku emosi, lain kali aku tidak menahan diri lagi."
Arum langsung diam. Raja Zhang tampak tidak main-main dengan ucapannya.
Raja Zhang membungkuk, mengambil pedang yang beberapa waktu lalu ia jatuhkan. Ketika matanya melirik kolong tempat tidur, ia mengingat sesuatu. Kembali ia berdiri sembari mengangkat pedangnya, lalu dihunuskan pada leher Arum.
"Jangan berani ledakkan kentutmu, kalau tidak, aku tidak segan-segan menusuk bokongmu menggunakan pedang ini."
Arum melotot, refleks ia memegangi bokongnya, tepatnya menutup pipa buka tutup otomatis itu. Arum menggeleng kuat. "Tidak lagi, Yang Mulia. Aku pun juga mabuk dibuatnya."
Raja Zhang menarik pedangnya kembali. Ia melihat cahaya rembulan masih menyinari tempat tidur. "Aku tidak ingin membuang waktu. Cepat berbaring."
Arum melotot, kembali ia teringat bahwa Raja Zhang ingin membunuhnya. Arum menggeleng. "Tidak Yang Mulia. Tolong jangan-akh!"
Entah bagaimana bisa, hanya dengan kibasan tangan Raja Zhang, tubuh Arum terbaring telentang seperti dipaksa di tempat tidur berseprai hitam itu, lalu sesuatu mengikat seluruh tubuhnya.
Arum menoleh ke kiri dan ke kanan, menatap bagian tubuhnya yang tidak bisa bergerak secara bergantian. Dia panik sekarang. "Apa yang Yang Mulia lakukan?! Lepaskan aku!"
Mengabaikan teriakan Arum yang tidak mungkin terdengar sampai luar istana belakang, Raja Zhang berdiri pinggir ranjang, menghadap dan menatap Arum. Pedang di tangannya ia kepal kuat.
Arum menatap Raja Zhang. “Yang Mulia, sebenarnya apa yang ingin Anda lakukan padaku? Apakah kepalaku akan dipenggal? Perut akan dibelah? Atau mungkin aku akan dimutilasi?”
“Yang jelas kau akan mati.” Raja Zhang mengangkat pedangnya hingga mengkilap memantulkan cahaya rembulan.
Susah payah Arum menelan ludahnya. “Yang Mulia, tidak bisa kah Anda menundanya dulu? Apakah Anda tahu, aku datang jauh-jauh ke negeri ini untuk mencari guru ayahku, dia adalah guru santet yang sangat hebat.”
Raja Zhang melirik Arum, dia menghela nafas. “Santet lagi yang kau bahas.”
“Tentu saja, karena aku ingin menjadi dukun santet terhebat di dunia. Apakah Anda tahu, di kerajaanku, dukun santet akan dipanggil ke istana untuk dijadikan algojo. Barang siapa yang korupsi, maka akan disantet. Hebat bukan?”
“Ayahku dulunya adalah dukun santet yang paling diandalkan oleh kerajaan. Akan tetapi suatu hari ayahku tiba-tiba jatuh sakit dan tidak lama setalah itu meninggal dunia. Menurut orang-orang ayahku terkena santet juga. Sungguh disayangkan, belum sempat aku meminta satu mantrapun, ayahku sudah lebih dulu pergi. Oleh sebab itu, aku ingin mencari guru ayahku dan menjadi dukun santet terhebat. Jika sudah menjadi hebat, aku akan mencari siapa yang telah menyantet ayahku dan aku akan balas dendam.” Arum bersemangat saat mengatakan cita-citanya.
Raja Zhang melipat tangan di depan dada. “Lalu? Kau pikir aku peduli?"
Arum mendengus kesal. Ternyata kisah hidupnya yang kata tetangganya dulu sangat menyedihkan dan nahas tidak bisa menarik simpati Raja kejam yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of King Zhang's Heart
RomanceAda seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Dan di negeri China, ada seorang Raja bernama Chen Zhang Zou. Raja muda yang setiap tahunnya membawa p...