Cara Romantis Raja Zhang Berbeda

471 45 1
                                    

Melihat Raja Zhang datang ke kamar, Arum bersemangat. Entah mengapa melihat Raja Zhang kini ia merasa senang dan berbunga-bunga. Mungkin karena sudah terbiasa melihat Raja Zhang setiap pagi, siang, dan malam.

Lu Lu segera undur diri setelah Raja Zhang masuk. Ia pergi dan menutup pintu. Sedang Raja Zhang sendiri, sepertinya pria itu tengah bergumul dengan pikirannya yang entah sedang memikirkan apa.

"Yang Mulia, Yang Mulia sudah makan?" Tidak ada hujan tidak ada angin, tumben sekali Arum menanyakan hal tersebut.

Raja Zhang hanya melirik, tidak menjawab pertanyaan Arum. Dia membuka jubah lapisan luar kemudian meletakkannya di kursi yang ada di dekat jendela.

"Sudah malam. Tidur." Raja Zhang menghampiri tempat tidur lalu naik ke atasnya. Entah apa yang Raja Zhang pikiran sehingga membuat ia lelah dan merasa mengantuk. Ia berniat segera pergi tidur.

Senyum yang hendak mengembang diam-diam Arum tahan. Segera ia naik ke atas tempat tidur lalu tidur di samping Raja Zhang. Ia menarik selimut sembari menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Raja Zhang.

Tahu modus Arum, Raja Zhang melirik tajam. "Jaga jarakmu," ucapnya dingin.

Seketika Arum cemberut. "Dekat dengan suami saja tidak boleh. Cih."

Karena tiba-tiba merasa kesal, Arum memilih untuk tidur membelakangi Raja Zhang. Raja Zhang sendiri sudah memejamkan mata, tidak peduli dengan Arum yang ceritanya sedang marah padanya.

Sampai dua jam kemudian. Hujan turun malam ini. Karena sudah memasuki musim gugur, udara malam yang diguyur hujan menjadi dua kali lipat lebih dingin. Raja Zhang yang sedang tidur pulas merasa ada pergerakan di sisinya. Terpaksalah ia membuka mata walaupun rasanya masih berat.

Ia melirik ke samping, dilihatnya Arum tidur membelakangi dirinya sembari memeluk diri sendiri. Dua kaki Arum ditekuk hingga ke perut. Sungguh, gadis itu sepertinya sangat kedinginan.

Raja Zhang menghela nafas. Dengan berat hati ia memiringkan tubuhnya sehingga menghadap Arum, lalu mengikis jarak diantara dirinya dengan Arum. Ia memperbaiki posisi selimut terlebih dahulu sebelum kemudian ia memeluk Arum dari belakang.

Sebelum memeluk Arum hingga pagi, terlebih dulu ia raih tangan Arum yang sedang memeluk lengannya sendiri, ia genggam hangat, lalu ia turunkan di perut Arum. Setelah itu barulah ia memejamkan mata, memeluk Arum sembari telapak tangannya yang besar menggenggam kepalan tangan Arum dengan hangat dan lembut.

Pagi menjemput, Arum tersenyum karena merasa sangat nyaman. Baru kali ini ia tidur dengan sangat nyaman. Apalagi guling yang ia peluk hangat dan pas untuk dipeluk. Ia pun menelusupkan kepalanya ke bagian yang paling hangat dan nyaman. Namun saat menarik nafas, ia mencium bau yang tidak asing. Ia mengendus. Perlahan ia membuka mata.

Saat matanya terbuka, ia dikejutkan dengan wajah Raja Zhang yang begitu dekat. Refleks ia mengeluarkan jurus mautnya.

Bugh!

Owh! Ada yang hampir pecah Guys.

"Akh!" Raja Zhang membungkuk.

Karena kesadarannya belum terkumpul sempurna, Arum menendang tubuh Raja Zhang hingga terjatuh dari ranjang. Arum belum sadar bahwa ia baru menghajar siapa.

"Ka-kau!" Raja Zhang masih mengerang kesakitan. Sakit di punggung dan di pinggangnya tidak seberapa dengan sakit yang ada di antara dua pahanya. "Awash kau ...!" geram Raja Zhang.

Beberapa detik kemudian, Arum mengedipkan matanya berkali-kali. Dia baru sadar siapa yang baru ia tendang 'masa depannya' dan juga ia jatuhkan dari tempat tidur. Arum pun merangkak di atas tempat tidur dan mengintip ke bawah.

"O? Yang Mulia?! Benarkah itu Yang Mulia?"

Sring!

Seperti pedang, tatapan Raja Zhang menghunus tajam. "Kau pikir siapa lagi?"

Arum buru-buru bangkit. Dia panik. Bagaimana jika nanti Raja Zhang balas dendam? Ia masih ingat bahwa Raja Zhang adalah iblis naga hitam, yang mana kapanpun bisa membunuhnya jika mau. Waktu itu ia selamat karena dilindungi oleh Tzu Yang.

"Yang Mulia, maaf. Aduh, aku benar-benar tidak sengaja. Aku pikir Anda adalah dedemit yang menyerupai Anda. Aku berpikir bagaimana mungkin Yang Mulia tidur memeluk ku. Aku lupa kalau tadi malam kita tidur satu ranjang." Arum jongkok, wajahnya ia dekatkan pada paha Raja Zhang. "Ya ampun, apakah sudah menetas, Yang Mulia?"

Raja Zhang melotot, ia segera bergeser. "Hei menjauh!"

Arum menatap Raja Zhang, wajahnya benar-benar terlihat khawatir. "Yang Mulia, aku harus memastikan mereka tidak pecah. Memangnya Yang Mulia mau dijahit seperti kakak keduaku?"

Raja Zhang bangun untuk duduk. "Menyingkir!"

Namun Arum bersikeras. Arum berjalan dalam posisi berjongkok mendekati Raja Zhang yang hendak bangkit berdiri. "Coba aku periksa, Yang Mulia."

Raja Zhang melotot dan beringsut mundur. "Kau gila, Arum!"

Arum melakukan hal yang sama. Dia mendekati Raja Zhang lagi seperti anak kecil jalan berjongkok hendak menangkap anak ayam. "Ayo kemarilah, Yang Mulia. Biarkan aku melihat, siapa tahu pecah. Jika pecah sepertinya aku harus memanggil bengkong yang waktu itu menjahit 'itunya' kakakku."

Tangan Arum hendak memegang celana Raja Zhang, beruntung Raja Zhang secepat kilat menangkap tangan tak tahu malu itu. "Aku tahu kau gadis gila, tapi jangan segila ini, Arum! Kau tidak tahu apa yang ingin kau lihat?! Kau ingin melihat milikku seperti ingin melihat anak ayam saja."

Sebelum Arum berulah dan bersikeras untuk memeriksa miliknya, ia cepat-cepat berdiri walaupun masih menahan nyeri.
Arum mendongak karena ia masih berjongkok. "Yang Mulia mau kemana?"

"Kemana saja yang penting milikku aman."

* * * *

Setelah sarapan dan mandi, Arum ditemani Lu Lu keluar kamar penginapan. Arum keluar tanpa izin dari Raja Zhang. Ia merasa sudah sangat bosan sehingga nekad untuk keluar.

Sekarang Arum sedang berjalan di taman istana. Indahnya taman membuat Arum terpukau. Ia berlari kecil mengejar kupu-kupu warna warni yang menari di atas bunga yang indah. Rambutnya yang digerai tertiup angin. Senyumnya mengembang membuat wajahnya terlihat berkali-kali lipat lebih cantik dan manis. Arum dan Lu Lu tidak tahu bahwa di kejauhan, di bawah pohon rindang ada seorang pria yang tersenyum memperhatikan Arum.

Dia adalah Pangeran Gu Thong. Saat dalam perjalanan menuju ruang kerjanya, tidak sengaja ia melihat Arum sedang berada di taman istana. Entah mengapa ia sangat tertarik untuk memperhatikan Arum sehingga ia menunda pekerjaanya terlebih dahulu.

Pangeran Gu Thong tersenyum miring. “Aku pastikan kau akan menjadi milikku sebentar lagi. Zhang Zou sama sekali tidak layak mendapatkan wanita seperti dirimu.”

Sedang Pangeran Gu Thong memperhatikan Arum, ada pula pria lain yang sedang memperhatikan Pangeran Gu Thong. Orang itu adalah Chao Han. Pria yang merupakan kasim termuda itu memperhatikan ekspresi Pangeran Gu Thong yang tampak tertarik pada Arum.

“Sepertinya aku harus segera melaporkan ini pada Guru.”

Chao Han segera pergi dari sana. Dia menuju sebuah bangunan yang dulunya disebut sebagai gudang istana. Akan tetapi sudah lama gudang tersebut tidak dipakai akibat kebakaran.

Chao Han masuk ke dalam sana dan berjalan ke sebuah lemari. Ternyata di dalam lemari itu ada pintu lagi. Chao Han membuka pintu tersebut yang merupakan pintu menuju ruang bawah tanah.

Wahhh, ternyata Chao Han ada sesuatunya nih Guys. Mohon maaf ya kakak semua nunggu lama update-an cerita ini. Sely sedang berusaha untuk terus melanjutkan cerita ini.

Queen Of King Zhang's Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang