Tubuh Arum kaku di tempat. Ia tidak bisa melarikan diri. Bukan karena apa-apa, tapi tidak ada jalan keluar lain selain pintu yang terhalang tubuh jangkung Raja Zhang.
Raja Zhang menatap Arum lama. Beberapa detik kemudian barulah Raja Zhang melangkah mendekati Arum yang cukup jauh di sana. "Ternyata gadisku kelaparan ya? Aku pikir kau melarikan diri."
Raja Zhang berhenti tepat di depan Arum. Arum mendongak agar bisa melihat wajah Raja Zhang. Arum yang kaget tidak berpikir untuk mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Pipinya masih mengembung dan tangannya tidak melepaskan makanan yang digenggam.
Raja Zhang beralih menatap bibir Arum yang mengerucut, sedang bumbu belepotan hingga ke pipi. "Bagus. Kau harus mengisi tenaga sebelum kita kembali melakukan percobaan lagi."
Dua penjaga yang telah kembali ke posisi menunduk dengan pipi yang memerah. Mereka berpikir yang tidak-tidak mendengar ucapan Raja Zhang.
Tangan Raja Zhang terangkat. Menggunakan ibu jarinya, Raja Zhang mengusap bibir Arum hingga bersih dari bumbu makanan.
"Kunyah makananmu!" tegas Raja Zhang kembali dingin dan tajam.
Buru-buru Arum mengunyah makanannya. Setelah habis semua, Arum ingin berbicara, akan tetapi lebih dulu tangan Raja Zhang meraih kerah belakangnya dan menjinjingnya.
"Lepas semua makanan itu!" Setelah Arum meletakkan makanan di tempatnya kembali, Raja Zhang menyeret Arum ke tempat pencucian piring. "Cuci tanganmu!"
Seperti anak kecil yang disuruh orang tua, Arum patuh saja dengan wajah takut-takut. Selesai mencuci tangan, Arum menatap Raja Zhang yang masih menjinjing kerah belakangnya.
"Cuci pipimu yang belepotan itu!" perintah Raja Zhang yang merasa risih melihat pipi Arum sungguh berantakan.
Arum meraup air kemudian mengusap bagian di sekitar bibirnya. Akan tetapi ternyata masih ada bagian yang tidak tercuci.
"Masih ada," ucap Raja Zhang.
Arum meraup air lagi dan membasuh wajah lagi.
Raja Zhang berdecak. Tangan Arum berulang kali hampir mengenai bagian yang ia maksud.
Karena risih, menggunakan tangannya yang bebas, Raja Zhang mengusap pipi Arum. "Kau seperti anak balita," omel Raja Zhang.
Setelah bersih, Raja Zhang melepas Arum. Sekarang Raja Zhang menatap Arum lagi. Mata Raja Zhang menatap Arum secara dalam. "Aku peringatkan dirimu, jangan mencoba untuk melarikan diri. Selangkah kau keluar dari istana ini, maka aku tidak segan-segan melenyapkan nyawamu. Mengerti?"
Arum berkedip-kedip. Ia tidak sedang berpikir bagaimana jika nyawa hilang, melainkan bagaimana jika tali yang menjadi kesempatan terakhir kaburnya sudah tidak ada? Refleks Arum menepuk keningnya sambil terpejam frustrasi. "Bodohnya aku ...."
Melihat tingkah Arum, Raja Zhang berkerut samar. "Kau paham yang aku katakan?"
Arum kembali tersadar bahwa Raja Zhang sedang mengajaknya bicara. "Oh? Ah, ya. Aku mengerti, Yang Mulia. Hahaha, aku tidak bermaksud kabur, Yang Mulia. Hanya saja tadi aku merasa sangat lapar karena sejak pagi tidak makan. Oleh sebab itu aku menyelinap masuk ke dapur."
Raja Zhang menatap Arum. Mungkin dia sedang menilai apakah Arum sedang berbohong atau tidak. "Mulai sekarang tidak ada alasan keluar kamar karena lapar. Aku akan memerintahkan pelayan selalu menyediakan makanan di kamar."
Mata Arum seketika berbinar. "Benarkah?"
Di benteng istana, pria putih menepuk keningnya. "Ya ampun, hanya diiming-imingi makanan sudah luluh. Hei, nyawamu tidak semurah itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of King Zhang's Heart
RomanceAda seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Dan di negeri China, ada seorang Raja bernama Chen Zhang Zou. Raja muda yang setiap tahunnya membawa p...