Prolog ( Mila POV)

179 11 2
                                    

Aku pernah mengucapkan sumpah serapah yang tertuju pada seorang laki-laki, saat itu hatiku tengah panas dengan suara gemuruh di dalam kepala yang mendesak ku untuk melontarkan makian dengan berbagai nama hewan di kebun binatang.

Kesalahan laki-laki itu hanya satu, mendesah di kamar sebelah.

"Apa yang salah dengan suara desahan? toh tidak merugikan ku?"

Saat itu kata hati, logika, serta otak ku berpikir keras.

"Jelas saja, karena suara itu mengganggu waktu ku belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi!"

Dua bola mata itu menangkap netra ku yang tengah terbakar amarah, dengan kepalan kedua telapak tangan ingin mencabik wajah laki-laki yang menurutku cukup tampan itu.

"Sial, kenapa wajahnya mirip aktor korea?" gerutu ku dalam hati.

Tangan kanan ku terangkat, jari telunjuk menunjuk wajahnya.

"Kalau mau mesum di hotel, bukan di kos-kosan dengan sewa lima ratus ribu perbulan!" bentak ku.

Laki-laki itu tidak melontarkan sepatah katapun, hanya tatapan misterius yang berhasil membuat bulu-bulu di tubuh ku bergidik ngeri.

"Jangan sampai pria mesum ini jadi jodohku," gumam ku dalam hati, diiringi dua kelopak mata menyipit

Itu doaku lima tahun lalu, saat itu aku tinggal jauh dari kedua orang tua ku yang berada di Surabaya. Tapi, sekarang aku harus kembali ke rumah untuk mengikuti permintaan ayah yang merindukan ku.

"Dia, Jodoh ku!"

Saat baru saja melihat laki-laki berjiwa mesum itu duduk sendiri di sofa hitam yang ada di ruang tamu rumah orang tua ku.

"Iya nak, dia Ferdy. Anak Professor Armojo" ucap ayah.

Aku hanya bisa menyunggingkan senyum tipis, tidak mungkin mengatakan kalau 'Jodoh ku ternyata seorang laki-laki sialan'.

Setelah pertemuan kedua dengan jodoh ku, aku pun memberanikan diri untuk mengatakan penolakan kepada Ferdy.

"Aku tidak ingin menikah dengan laki-laki mesum."

Aku begitu percaya diri, tegas, dan lugas.

Ferdy tersenyum di ambang pintu rumah ku.


💌

Hai, ini adalah karya ku yang ringan dan tidak perlu memutar otak. Nikmati saja sembari menyesap cappucino, mengunyah biskuit kelapa, lalu rebahan di atas ranjang. Beuhhh... nikmat nya ditengah getir pahit kehidupan dunia Real.

Tidak perlu di vote  dan komentar kalau jari tangan kalian mager cukup gunakan indera penglihatan serta indera perasa biar kisah ini dapat menghibur.

Jodoh SialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang