Chapter 4 : Calon mertua

65 4 2
                                    

"Kak Mila sakit?" tanya si bontot Biyan yang sudah siap dengan  seragam putih biru nya.

Mila yang baru saja duduk di kursi menghela nafas panjang, lalu meraih sendok untuk menyuapkan nasi goreng buatannya.

"Kakak cuma ngantuk," ucapnya lemah.

Biyan tidak banyak bertanya, ia harus segera berangkat ke sekolah karena hari ini ada ulangan harian.

Namun suara cempreng Mochi memecah kekaleman dua saudara ini.

"Good morning, semoga hari kita selalu bersinar cerah seperti matahari di atas langit!"

Tidak ada yang menyahut, mood mereka harus stabil di pagi hari, jangan sampai Mochi menghancurkan nya.

Namun sosok wanita yang satu spesies dengan Mochi kembali meramaikan suara di ruang makan.

"Good morning, putri ibu yang paling bombastis!" seloroh Liliana penuh semangat.

Sedangkan bapak baru saja melipat koran yang dibaca nya ke atas meja, dilanjutkan dengan menyesap sedikit kopi hitam yang sudah disediakan ibu sejak lima belas menit lalu.

"Biyan nanti temani bapak ke dinas pendidikan." Biyan mengangguk patuh, lalu kembali menyuapkan sarapan pagi nya.

Biyan sendiri bersekolah di SMP dimana bapak sebagai kepala sekolah nya, karena itu ia sering menemani bapak bertugas jika ke luar menemui beberapa orang.

Sedangkan Mila hanya diam saja, sesuap nasi goreng saja belum bisa dicernanya masuk ke tenggorokan.

"Kak Mila!"

Sontak dentingan sendok berhamburan di atas piring kaca. Bapak menatap tajam memberikan peringatan pada Mochi yang tidak pernah bisa tenang.

"Ada apa si nak? heboh bener pagi-pagi," gumam ibu yang sok kalem padahal lebih pro dari anak keduanya.

Mochi menyengir kuda, meminta maaf dengan suara mencicit pelan.

Sedangkan Mila sudah kehilangan nafsu makannya, tegukan air mineral sedang membasahi kerongkongan nya

"Kak?!" ucap Mochi, menatap menyelidik pada satu bagian wajah sang kakak.

"Ehm," jawab Mila baru saja meletakkan gelas berisi tersisa sedikit air putih itu.

"Bibir kakak disengat lebah ya?"

"Uhuk... Uhuk!"

Segera Liliana memberikan air putih kepada Mila agar putri nya bisa meredakan batuknya.

"Iya kak, bibir kamu kenapa? digigit semut?" Liliana ikut bertanya.

Mila seakan memutar kenangan sepuluh jam lalu dimana si mesum Ferdy mencium bibir nya hingga membengkak.

"Ya Allah yang! sakit mas nya kalau kamu gigit begitu," gumam Ferdy sembari mengusap bibirnya yang sudah berdarah akibat keganasan Mila.

Mila tidak selesai sampai disitu, kedua tangannya memukul-mukul dada Ferdy seperti kesurupan, lalu kembali gigi-gigi tajamnya menggigit bagian lainnya di tubuh Ferdy tepat di pergelangan tangan kanan nya hingga jelas terdapat jejak bekas gigitan.

Ferdy hanya bisa meringis menahan semua serangan Mila. Baru sekitar lima belas menit Mila tenang, diakhiri dengan menendang tulang kering Ferdy hingga pria itu membungkuk menahan perih.

Mengingat kejadian kemarin malam membuat darah Mila mendidih, rasanya kurang menganiaya Ferdy, ia ingin memasukkan pria itu ke kandang buaya. Ferdy kan satu spesies dengan para aligator pemangsa.

Jodoh SialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang