Chapter 22 : Momen

44 3 0
                                    

Usia kehamilan Mila telah memasuki sepuluh minggu, jika dihitung maka sudah dua bulan lebih. Perut rampingnya pun terlihat sedikit mengembung, lebih bulat.

"Mas kok perut Mila sudah bulat?" tanyanya pada Ferdy yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Saat ini Mila sedang mencoba kebaya berwarna peach yang baru diberikan oleh ibu mertuanya untuk acara wisuda yang akan dilaksanakan esok hari.

Ferdy yang masih terlihat segar dengan rambut basah setelah keramas, juga perut kotak-kotak nya yang dibiarkan saja terlihat dengan pinggang hingga lutut terlilit handuk putih menatap penuh tanya.

Mila menunjukkan perutnya yang sedikit bulat, Ferdy pun mendekati istrinya.

Biasanya kehamilan dua bulan belum terlalu terlihat, ditambah tubuh Mila mungil serta ramping.

"Dedek bayinya gemuk dan sehat, sayang," jawab Ferdy penuh kehati-hatian, ia harus menjaga perasaan wanita hamil didepannya ini.

Ferdy lalu memberikan kecupan lembut di pipi kanan Mila, kemudian berjalan menuju ke ranjang besar mereka untuk mengenakan piyama yang sudah disiapkan oleh sang istri.

Mila masih menatap bentuk perut nya yang sengaja diperlihatkan di depan cermin tegak kamar pribadi mereka di dalam apartemen. Wanita muda ini tengah bertanya-tanya, di usia kedua bulan saja perutnya sudah menonjol seperti ini apalagi jika mencapai usia sembilan bulan nanti, Mila menggelengkan kepalanya kuat.

Melepaskan kebaya yang tadi dikenakan, Mila kembali memakai gaun tidur berwarna sage sebatas paha dengan tali spaghetti membalut tubuhnya, lalu naik ke atas ranjang untuk memeluk tubuh kokoh suaminya.

"Mas?" Kepala Mila terangkat, menatap Ferdy dengan mata berkaca-kaca.

Ferdy yang baru akan mengambil tablet putih miliknya di atas meja nakas untuk memeriksa pesan surel yang masuk, menundukkan kepala.

"Ehm?" jawabnya.

Mila mencondongkan wajahnya, lalu berkata.

"Mila ingin makan buah nanas."

Sepasang bola mata Ferdy terbelalak mendengar nya, "tidak boleh, kamu tahu kan buah nanas itu bahaya untuk janin?"

Kepala Mila mengangguk lemah, hanya bisa menelan ludah menahan rasa ngidam demi kesehatannya juga sang buah hati.

"Ganti buah yang lain saja ya?" Mila mengangguk, sembari merasai usapan lembut telapak tangan kanan Ferdy pada surai panjang nya.

"Buah naga saja mas."

Ferdy mengangguk menyetujui permintaan Mila kali ini, lalu mengecup puncak kepala nya sebelum bangkit dari atas ranjang.

"Mas beli dulu ya?"

Mila mengembuskan napas, demi buah yang ingin dimakan nya harus berpisah beberapa menit dengan suami tercinta. Dilepaskan belitan kedua tangan nya pada pinggang sang suami.

Ferdy pun bersiap untuk membeli buah yang istrinya inginkan. Walaupun hari ini adalah akhir pekan, namun ia sudah tiga kali bolak-balik swalayan hanya untuk memenuhi rasa ngidam istri tercinta.

Baru saja akan membuka pintu setelah berganti pakaian, perkataan Mila membuat nya tertegun.

"Mas sekretaris mas jangan lupa!"

Kening Ferdy mengerut, "Kavin?"

Mila mengangguk mantap, "iya, Mila minta disuapi sama dia!" jawabnya penuh semangat.

Tubuh Ferdy membeku mendengar permintaan istrinya, memutuskan untuk tidak jadi membuka pintu kamar tidur. Ferdy kembali mendekati Mila yang tengah berbaring santai di atas ranjang.

Jodoh SialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang