Mila mengusap keringat yang sejak tadi membasahi kening nya, juga membasahi kedua sisi ketiaknya.
"Huft!"
Tidak hentinya ia mengeluh lelah, suara desahan serta dengusan menguasai ruangan yang tertutup rapat ini. Baru saja ia berlari dari kejauhan 700 meter menuju gedung fakultas Ekonomi untuk menemui seorang pria berusia di atas 40 tahun. Pria yang membuat nya selalu naik pitam hingga banyak doa di dalam shalat nya yang menyebutkan nama sosok itu agar segera dibuka mata hati nya.
"Maaf loh dek Mila, pak Murdoko nya sudah berangkat kemarin ke London."
Kedua telapak tangan Mila mengetat erat, meremas tali tas ransel hitam pekat nya yang sudah tampak terbuka setelah mengeluarkan satu bundel kertas sebanyak ratusan tumpukan hasil karya tangannya semalam demi mendapatkan goresan tinta pada lembar persetujuan seminar komprehensif.
Jika bisa mencekik sosok itu maka sudah Mila lakukan sejak enam bulan lalu dimana setelah seminar proposal dirinya berharap akan segera seminar sidang untuk mendapatkan gelar Strata 1 Ekonomi.
Mila menarik nafas dalam-dalam kemudian dikeluarkan nya perlahan. Sabar, sabar, Mila harus lebih sabar agar harinya Minggu terus.
Ini sudah pembimbing ketiga setelah pembimbing pertama yang menjadi dosen pembimbing utamanya itu harus melanjutkan pendidikan doktor di Malaysia. Total sudah satu setengah tahun hanya untuk mengurusi mata kuliah 6 SKS yang disebut skripsi. Tahun ini Mila memasuki tahun ke-5 di kampus tercintanya. Mila tidak bisa bersabar lagi, begitu pun bapak yang sebentar lagi menagihnya untuk pulang ke Surabaya karena waktu perjanjian mereka hampir habis.
Mila tertunduk lesu setelah mendapatkan pemberitahuan mbak Wati, bagian administrasi di ruang dosen.
Kedua kakinya melangkah lunglai untuk segera kembali ke kost-an nya saja, walaupun tidak besar namun nyaman tanpa realitas pahit yang harus diterima nya.
Dalam renungan kegundahan nya, Mila mendapat sapaan dari Marko, mantan Intan yang masih menjadi sosok playboy kelas teri.
Marko sendiri satu fakultas dengan Mila namun berbeda jurusan. Dimana Mila jurusan Ekonomi pembangunan, sedangkan Marko jurusan Manajemen bisnis.
"Ehm," jawab Mila tak acuh.
Marko memberikan satu paper bag berisi alat make up lengkap.
"Kasih sendiri bisakan!" ketus Mila. Ia sudah naik darah, bahkan ubun-ubun nya akan mengeluarkan asap.
Marko selalu menitipkan hadiah untuk Intan karena laki-laki buaya ini ingin kembali lagi dengan mantan terindah nya.
"Dia nolak lagi," tutur Marko lemah dengan raut wajah seakan akan dicabut nyawanya.
Mila menghela nafas panjang, lalu mengambil alih paper bag itu.
"Ini terkahir. Kalau kamu memang ingin kembali dengan Intan, Tobat!" ucapnya menekan kata akhir pada kalimat.
Mila meninggalkan Marko yang masih berdiri, sedangkan mulut nya sibuk menggerutu.
Ternyata target nya untuk menjadi mahasiswa kece pupus sudah. Kini Intan adalah mahasiswa tahun ke-5 yang nasib nya terpontang panting karena dosen nya yang tiba-tiba mendapatkan panggilan penelitian di negara ratu Elizabeth itu.
"Otak hampir meledak. Ya Allah! datangkan lah CEO tampan, aku ingin nikah saja!" erangnya frustasi.
⏳
"Ehm, pasrah aku Tan," rengeknya pada sambungan suara yang berlangsung.
Intan yang berada di kota lain tepatnya di Surabaya baru saja mengabari nya setelah resmi menjadi karyawan kontrak di salah satu rumah sakit swasta. Intan memiliki gelar sarjana radiologi, hidupnya lancar walaupun semasa SMA hanya mengkoleksi mantan setiap tiga bulan sekali. Sedangkan Mila yang penuh ambisi berakhir menjadi mahasiswa abadi yang tidak kelar-kelar mengejar para pria beristri yang sialnya dosen pembimbing nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sialan
Chick-LitKamila Anandita Utami yang biasa di panggil Mila harus bertemu kembali dengan tetangga kost-an nya lima tahun lalu. Bukan tetangga kost-an biasa, tapi yang sudah di cap nya sebagai pria mesum. Pria yang disinyalir mesum itu ternyata jodoh yang sudah...