Hari ini Mila mengikuti Ferdy ke perusahaan.
Selain karena sang suami memang mengajak nya agar tidak bosan berada di rumah terus, juga dengan alasan terselubung dirinya masih curiga suaminya akan mengobrol dengan wanita lain jika lolos dari pengawasan nya. Se-posesif itu seorang Mila sekarang.
Dengan erat Ferdy menggenggam telapak tangan istrinya, berjalan di sepanjang lobi gedung perusahaan lima belas lantai ini. Keduanya lantas menjadi buah bibir para karyawan yang tengah berbisik-bisik, berspekulasi mengenai istri pemilik perusahaan yang terlihat sederhana hanya mengenakan celana denim panjang berwarna biru tua dipadankan dengan kaos berlengan pendek pas badan berwarna merah maroon. Mila terlihat sangat casual, tidak tampak seperti seorang nyonya dari pemilik perusahaan.
Terlihat santai berjalan, Mila mengikuti langkah kaki Ferdy kemanapun membawa nya pergi. Setelah itu mereka memasuki lift yang pintunya baru saja terbuka.
Ferdy mendapatkan sapaan sopan dari para karyawan perusahaan yang sudah berada di dalam, mereka menundukkan kepala, membiarkan atasan berdiri di depan bersama istrinya.
Ada tiga karyawan yang tengah berdiri di belakang keduanya, serta satu wanita yang berdiri di sudut kiri dimana dekat Ferdy berada. Mila memerhatikan pakaian karyawan wanita itu. Keningnya mengerut saat melihat rok wanita itu berada di atas lutut, ketat lagi.
Mila tidak suka jika wanita yang berada didekat suaminya berpakaian seperti itu, kurang bahan dan tidak sopan.
Ting!
Pintu lift terbuka tepat di lantai dua belas, pun para karyawan keluar.
"Kami permisi pak, bu?" sapa empat wanita itu diiringi senyuman manis.
Sedangkan Mila di samping Ferdy sedang mencebik kesal. Namun dirinya cepat menyadari sikapnya yang cenderung begitu posesif beberapa hari ini kepada suaminya.
Mila menghela nafas panjang kemudian menghembuskan nya. Dirinya kesal dengan sikapnya sendiri, apalagi sang suami pikirnya.
Ferdy menoleh, mengeratkan rangkulan nya.
"Ada apa?"
Mila menggeleng lemah, ia sedang bingung dengan dirinya sendiri yang selalu berpikiran buruk juga terlalu sensitif.
Ketika Mila tengah berpikir, pintu lift kembali terbuka. Kali ini mereka berada di lantai dimana ruangan CEO berada. Keduanya disambut oleh seorang pria yang mengenakan setelan jas hitam.
"Pak ini MOU yang akan diserahkan kepada perusahaan mereka "
Ferdy menganggukkan kepala, sembari melangkahkan kaki pria ini mendengarkan penjelasan pria yang tidak Mila kenali, juga tidak pernah terlihat sebelumnya.
Kemana si Vallerie itu? pikirnya.
"Baiklah, tiga puluh menit lagi saya akan menghadiri rapat."
"Baik pak," jawab pria itu, lalu berjalan memasuki ruangan yang juga ada di lantai ini.
Sedangkan Mila mengikuti langkah kaki Ferdy menuju ke ruangan nya.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Ferdy mendudukkan Mila di sofa putih, lalu berjongkok di depan nya. Kedua telapak tangan Ferdy menggenggam kedua telapak tangan Mila, sorot matanya menatap lekat pada wajah ayu sang istri.
"Kamu mau makan apa?" tanyanya lembut.
Mila mengangkat pandangan nya, memikirkan makanan apa yang sedang diinginkan nya sekarang.
"Mau seblak, mas."
"Itu pedas, yang lain saja ya?"
Mila mengangguk setuju, "Bakso saja mas," ucap Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Sialan
ChickLitKamila Anandita Utami yang biasa di panggil Mila harus bertemu kembali dengan tetangga kost-an nya lima tahun lalu. Bukan tetangga kost-an biasa, tapi yang sudah di cap nya sebagai pria mesum. Pria yang disinyalir mesum itu ternyata jodoh yang sudah...