Prolog.

191 76 24
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tiap detik, menit, dan bahkan jam, Lelaki itu habiskan untuk menatap kertas putih dengan tulisan-tulisan yang bahkan dia tidak mengerti apa isi nya.

Terlalu rumit jika Tanggara Sabiru untuk mengerti apa kalimat tersebut? Dengan kesal tangan nya meraih kertas putih itu dan meremas nya dengan penuh frustasi kemudian Sabiru lempar ke sembarang arah.

"Sialan, bikin gue gila aja nih surat" umpat Sabiru usai melempar kertas tersebut ke sembarang arah, perasaan lega telah datang pada nya membuat Sabiru menghembuskan nafas nya pelan.

Kertas putih yang dia remas dan lempar adalah tidak lain kabar dari Renjana 5 tahun yang lalu. Iya 5 tahun yang lalu.

Tepat 2023, di Kota Sumedang Jatinangor.

"Kamu maba? Disini?" tanya Renjana Perempuan dengan surai panjang dan berwarna coklat itu di samping Sabiru yang sedang mengerjakan sesuatu di layar laptop.

Sabiru menoleh dan memberi sorot mata malas pada Renjana, Perempuan yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu saja. Ternyata si surai coklat itu mengikuti nya setelah tahu fakta bahwa Sabiru bisa melihat sosok Renjana.

"Enggak sih, baru semester 2" jawab Sabiru singkat, Lelaki itu benar-benar mengantisipasi diri nya dengan Renjana.

"Oh gitu ya, btw makasih ya udah izinin aku buat ngikut kamu" ucap Renjana disertai kekehan kecil, Sabiru hanya berdeham sebagai balasan.

Entah apa yang membuat Sabiru menerima Renjana untuk mengikuti nya? Mungkin diri nya kasihan terhadap sosok Renjana? Ah tidak, kalau alasan nya begitu dia bisa saja kasihan pada makhluk yang sejenis dengan Renjana. Contoh nya roh lain yang berkeliaran dan sama dengan Renjana.

"Nama kamu siapa ya? Aku belum tahu tapi kamu tahu nama aku?" tanya Renjana kembali, si surai coklat itu seperti terus membuat topik pembicaraan untuk Sabiru.

"Gak ada guna nya lo tahu nama gue" cetus Sabiru, Lelaki itu sangat-sangat fokus dengan layar laptop nya. Seolah menganggap Renjana transparan, tetapi ada benarnya bahwa Renjana itu transparan.

"Ada, nanti kalau aku udah selesai urusan disini aku lapor ke Tuhan kalau ada Lelaki yang membantu aku dan dia bernama—"

"Tanggara Sabiru, nama gue." potong Sabiru

Iris hazel milik Renjana melebar mendengar kalimat Sabiru, senyuman nya terukir lebar, Renjana senang mendengar nya.

"Oke aku catat, Sabiru. Oh iya boleh aku panggil Biru?"

"Gak" tolak Sabiru mentah-mentah, membuat Renjana mengerucutkan bibirnya, Perempuan itu masih setia duduk di ujung kasur dan menatap Sabiru yang fokus pada layar laptop nya seraya berbaring di atas kasur yang empuk.

"Ya sudah, kalau begitu kamu tahu nama aku gak ya?" ujar Renjana kembali memasang raut ceria.

"Renjana kan?" jawab Sabiru tanpa sama sekali melihat sosok Renjana, dia benar-benar menghiraukan keberadaan Renjana, dan hanya merespon kalimat Renjana.

"Iya, Jana panggilan nya" tutur Renjana

Anggukan kecil dari jawaban Sabiru terlihat sangat jelas di mata Renjana.

***

"Sabiru boleh bantu aku menulis surat?" pinta Renjana, kini si surai coklat itu meminta sesuatu kepada Sabiru.

Tidak ingin membuat sulit dan merepotkan, Sabiru menatap Renjana. "Buat siapa? Keluarga lo?" tanya Sabiru sebelum mengabulkan permintaan Perempuan mungil itu.

"Bukan, buat orang di 5 tahun kedepan."

— To be continued.

Note : Please kalau ada hal yang gak nyata di dunia ini, tolong jangan serius, bawa cerita ini dengan fiksi ya! Kalau ada kesalahan author minta maaf tidak mencantumkan sumber-sumber secara detail.

Sampai ketemu lagi, bye-bye :p

Renjana Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang