Chapter 7, Hurt.

80 57 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Biruu biru biruu, tau nggak?!" suara Nadine menggelegar di gendang telinga Sabiru. Lelaki itu menutup tubuhnya dengan selimut, menghiraukan Nadine yang sudah berada di kamar nya.

Sahabat perempuan nya itu kerap kali membuat Sabiru terganggu tiap hari nya, itu sudah tabiat Nadine sejak mereka kecil sampai sekarang, Nadine sama sekali tidak berubah dan masih saja menganggu Sabiru.

"Sabiruuuu, ladenin gue dong sumpah" pekik Nadine, perempuan dengan kuncir ekor kuda itu menggoyang-goyangkan tubuh Sabiru.

Sabiru menghela nafas nya berat dan membuka selimut nya, memberi tatapan jengkel pada Nadine.

"Apa sih Nad?" ucap Sabiru ketus, Lelaki itu tidak suka diganggu di hari libur nya.

Nadine menyengir, perempuan itu seolah menang dan membuat Sabiru tertuju pada atensi nya.

"Gue mau cerita, dengerin dong Bir" ujar Nadine, hanya dibalas dehaman Sabiru.

Seolah mendengar persertujuan Nadine bergegas ikut duduk di kasur empuk milik Sabiru, sahabat perempuan nya ini memang sama-sama tidak tahu malu. Persis seperti Satria, kalau menurut Sabiru Nadine dan Satria cocok. Cocok karena sama-sama menganggu ketenangan nya!

"Jadi gini Bir, gue lagi suka sama cowok, tapi tuh dia cuek banget kayak lo. Gue deketin dia kayak anti banget sama cewek." Nadine mulai bercerita sejenak, perempuan itu menjeda kalimat akhir nya beberapa detik.

"Apa jangan-jangan dia homo ya? Kayak lo" lanjut Nadine seraya mengerucutkan bibir nya.

Mendengar itu Sabiru melempar bantal nya ke arah wajah Nadine, seolah tidak terima dikatakan seperti itu. Seksualitas nya normal, dan tidak menyimpang tapi mengapa orang sekitar nya berasumsi bahwa diri nya suka dengan sesama jenis.

Nadine memekik sakit. "Aw, lo gitu banget ke gue Bir!" Nadine membalas melempar guling itu ke tubuh Sabiru.

Sabiru terkekeh geli melihat balasan Nadine yang melempar guling nya balik.

"Gebetan lo se-angkatan sama lo?" kini Sabiru bertanya, walau Lelaki itu seperti kurang tertarik dengan pembahasan Nadine, dia menjadi pendengar yang baik.

Nadine menghela nafasnya berat. "Kagak dia kating, angkatan 21" ucap Nadine memberi tahu.

"Jebakan kating itu keji tau Nad, mending kata gue jangan sama kating" ungkap Sabiru memberi saran.

Nadine memutar bola mata nya dengan malas, Sabiru itu kebiasaan bagi Nadine. Sahabat Laki-laki nya ini suka memperingati diri nya agar tidak terlalu dekat dengan kakak kelas atau pun kakak tingkat, Sabiru memang sudah begitu sejak dulu.

"Gak semua kating gituu kali, Bir" protes Nadine.

"Yang bilang kating semua sama itu siapa Nad?" jawab Sabiru disertai senyuman jahil nya.

"Dih, lo itu mah!"

***

Cuaca kali ini sangat menggambarkan perasaan Renjana kali ini, mendung gelap dan menandakan akan hujan dalam waktu dekat.

Renjana berjalan masuk kedalam rumah nya, rumah tempat ternyaman membagi kehangatan dulu 3 tahun lalu. Dimana ketika dia pulang dia pasti selalu disambut oleh Ibu dan Ayah.

Tetapi rumah ini sudah berubah semenjak dia tidak berada di dunia ini lagi, semua nya berubah, Kalara sang Ibu memilih pindah dari rumah dan memutuskan untuk bercerai dari Baskara sang Ayah.

Karena menurut Kalara kepergian Renjana adalah kesalahan Baskara, andai saja di hari dimana kejadian itu terjadi Baskara datang lebih cepat dan tidak memilih lembur dalam kerjaan nya saat itu.

Andai saja Kalara bisa mencegah kepergian putri tunggal nya di malam itu. Malam itu menjadi patah hati terbesar bagi Kalara dan Baskara. Kabar menyakitkan yang menggetarkan jiwa mereka, bagi mereka, mereka bertahan hidup lebih lama hanya untuk putri tunggal nya Renjana.

Renjana, kasih hidup, cinta, dan belahan jiwa Kalara dan Baskara. Putri tunggal yang begitu dicintai oleh Ibu dan Ayah.

Sesuai dengan yang Renjana pernah ceritakan pada insan tuhan yang bisa melihat nya. Baskara sang Ayah sudah pergi dari dunia ini, dua bulan yang lalu.

Renjana pikir Baskara sudah melupakan nya, saat itu Renjana menunggu sang Ayah untuk mengunjungi makam nya lagi, seperti kebiasaan Baskara tiap bulan nya yang selalu mengunjungi makam nya.

Semua nya sudah selesai, Renjana tidak memiliki siapapun lagi, Baskara tenang di alam nya, namun Renjana masih berkeliaran tanpa arah selama tahun terus berganti.

Langkah nya menyelusuri rumah nya, figura foto keluarga masih terpajang di dinding rumah, bahkan perabotan rumah masih ada tidak ada yang dibawa pergi oleh Kalara, entah apa alasan nya.

Tertiba Renjana terhenti di salah satu figura foto yang terpajang di dinding, mata nya menatap foto itu begitu dalam. Tangan yang sudah tidak bisa menyentuh dan kasat mata itu masih saja berusaha untuk menyentuh satu sosok di foto tersebut.

Di foto itu ada diri nya dan sosok Lelaki di samping Renjana, senyuman Lelaki itu masih membekas di ingatan Renjana sampai saat ini. Renjana ingat sekali bahwa foto ini dipotret ketika study tour diadakan ketika saat itu Renjana kelas 2.

"Diaskara, Kara" panggil Renjana lirih, Renjana memanggil nama Lelaki itu.

Tentu saja Renjana tidak pernah lupa akan kehadiran Lelaki itu di kehidupan nya, Lelaki itu menyimpan banyak kenangan di hidup nya selama ini. Diaskara Rahar.

Kekasih nya di masa lalu, Renjana tidak tahu apakah hubungan ini masih terjalin atau tidak? Tapi yang pasti hubungan ini berakhir ketika dia dinyatakan mati.

"Apa kabar nya? Kara, aku kangen" lontar Renjana, perempuan surai coklat itu benar-benar merindukan kekasih nya.

Ada banyak hal yang menyakitkan ketika harus dihadapi fakta bahwa Renjana benar-benar kehilangan segala hal yang dia miliki di dunia ini hanya karena satu orang itu.

Tangis nya lagi-lagi pecah, kenapa harus seperti ini? Pikir Renjana berulang kali, selalu saja menyakitkan dari tahun ke tahun, mengapa mati se menyakitkan ini?

"Kara .. " Renjana terjatuh, kaki itu tidak kuat untuk menopang tubuh nya lagi. Ini terasa berat, dia butuh bantuan.

— To be continued.

Note : Please kalau ada hal yang gak nyata di dunia ini, tolong jangan serius, bawa cerita ini dengan fiksi ya! Kalau ada kesalahan author minta maaf tidak mencantumkan sumber-sumber secara detail.

Sampai ketemu lagi, bye-bye :p

Renjana Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang