Chapter 15, Keraguan besar.

74 57 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam telah tiba, ada yang membuat Sabiru tidak tenang di malam ini. Mungkin dari sejak siang tadi dia telah mengalami ketempelan oleh makhluk hidup. Ya bukan roh bukan setan, bukan iblis bukan malaikat, bukan Renjana.

Satria Mahesa, sahabat karib nya ini sejak siang sampai Sabiru sudah berada di rumah masih saja menempel di dekat Sabiru. Lelaki berhoodie hitam itu kini fokus bermain game moba di ponsel nya, Satria sedang duduk di sofa yang berada si ruangan kamar Sabiru.

Alasan nya Satria tidak ingin pergi kecuali Sabiru mau menerima ikut menjadi panitia Ldk itu, ah memang Nadine sialan, lagi-lagi perempuan ini merepotkan nya lagi, terlebih Satria ikut menjadi benalu yang jauh lebih merepotkan.

"Pulang Sat" usir Sabiru menatap Satria yang sangat fokus bermain game.

Satria tidak menggubris ucapan Sabiru, lelaki itu fokus pada dunia nya.

"Eits, anjing mage nya feeder!" umpat Satria pada game yang dia main kan.

Sabiru menghela nafas nya berat, baru saja ingin mengatakan sesuatu kalimat, suara Laily terdengar di pendengaran nya.

"Dek, ada Ayah, Ibu pulang!" suara Laily berteriak, membuat Sabiru dan Satria saling berpandang satu sama lain.

5 detik kemudian Sabiru bergegas keluar dari kamar dan menuju ruang tamu, di ruang tamu terlihat sang Ibunda duduk di atas sofa. Perempuan berkepala 4 itu mengukir senyuman manis.

"Sabiru, apa kabar nak?" sapa Catra sang Ibunda mendahului percakapan, dengan cepat Sabiru mendekat ke arah Catra.

Lelaki itu tersenyum, betapa rindu nya Sabiru dengan Catra. Ibunda nya ini selalu mengikuti Ayah nya ke tempat dinas mana pun. Maka dari itu Catra jarang di rumah.

"Baik, Ibun gimana?" Sabiru bertanya, lelaki jangkung itu berlutut di hadapan Catra.

Catra membelai pucuk kepala sang Putra, belaian nya begitu lembut khas kasih sayang sang Ibu.

Di sisi lain, Laily dan Sehan mengintip kegiatan Sabiru dan Catra. Mereka saling terkekeh geli melihat Sabiru yang begitu manis di hadapan Catra.

Sehan menghampiri mereka berdua, Lelaki berkepala 4 itu menarik tubuh Sabiru dari belakang. Sabiru tersentak kecil, lelaki itu menoleh dan melihat sang Ayah yang memeluk nya dari belakang.

"Tanggara nggak kangen Ayah?" Sehan bertanya dengan nada yang dibuat-buat sedih. Sabiru mendecak kecil ketika Sehan menyebut nya dengan nama depan nya.

"Can you stop calling me Tanggara?" protes Sabiru.

Sehan tertawa terbahak-bahak, lelaki berkepala 4 itu semakin memeluk Sabiru erat. Sudah lama mereka tidak begini.

Tidak Malik saja yang tertawa, Catra sang Ibunda ikut tertawa puas melihat Sehan menjahili Sabiru.

Laily ikut bergabung dan memeluk Catra dengan lekat, sang Kakak juga ikut bergabung tertawa oleh kejahilan sang Ayah.

Semua nya harmonis, tidak ada yang berantakan di keluarga Sabiru. Semua nya terjalin dengan tenang dan damai, Sabiru harap bahwa ketenangan ini terus berlanjut sampai kematian itu tiba.

***

"Gue pulang ya Bir, thanks udah mau nemenin gue mabar walau lo beban" sindir Satria terang-terangan, lelaki itu menepuk pundak Sabiru berkali-kali.

Kini mereka berdua sudah berada di halaman rumah Sabiru, Sabiru berniat mengantarkan Satria sampai depan rumah nya saja. Suasana hati nya kali ini sedang bahagia, maka dari itu dia maafkan kejadian hari ini mengenai Nadine dan Satria.

"Gue gak bisa main game moba" Sabiru mengakui nya.

"Gue tau kok"

Satria mendengus. "Btw Bir, lo beneran gak mau ikut?" tanya Satria perihal topik tadi.

Sabiru terdiam sejenak, dia sedang berpikir hal tepat. Apakah ini kesempatan bagus? Atau hanya menyia-nyiakan waktu nya saja.

"Emang hal penting apa yang bisa gue dapat dari acara itu?" Sabiru bertanya, lelaki itu serius mempertanyakan manfaat nya.

"Pengalaman mungkin? Ya elah Bir gak usah serius banget. Lagian juga lo penasaran kan senior perempuan yang selalu ingin lo tahu?" Satria menyinggung tentang -Jana-

Perempuan yang selalu Sabiru cari, perempuan yang terus meliputi rasa penasaran nya sampai sekarang. Kini Sabiru di buat Satria resah hanya dengan kalimat sepele.

"Memang nya dia bakal ada di acara itu?" ujar Sabiru mulai tertarik sedikit.

"Kata lo perempuan itu angkatan 20 kan? Nah siapa tau dia ada di acara itu, ini kesempatan lo Bir buat tahu siapa dia" balas Satria seolah kalimat yang dikatakan nya akan menjadi kenyataan.

Pikiran nya seolah menyatakan perang, Sabiru bingung, bagaimana jika "Jana" tidak ada di sana? Bagaimana jika perempuan itu sebenarnya sudah tidak ada di dunia ini, atau mungkin "Jana" yang ditemui nya saat itu bukan manusia?

Tidak mungkin! Kalau "Jana" itu bukan manusia, maka sang Ibunda Catra juga tidak bisa melihat sosok perempuan cantik itu. Sabiru denial, Sabiru tidak tahu.

"Bir" panggil Satria menyadarkan Sabiru dari lamunan nya.

Sabiru tersentak kecil, pupil mata nya membesar, lelaki itu menatap Satria.

"Gimana kalau nanti dia gak datang" gumam Sabiru bisa didengar oleh Satria.

"Kita bisa tanya sama senior angkatan 20 tentang perempuan itu. Lo gak usah khawatir, ini peluang besar buat bisa bertemu lagi dengan dia!" seru Satria bersemangat, lelaki itu mengulas senyuman lebar, memberi semangat untuk Sabiru.

Dengan kejelasan yang terjadi Satria tahu bahwa Sabiru menyimpan rasa terhadap perempuan itu, -Jana-

Perempuan yang selalu Sabiru ceritakan dari kelas 1 Sma. Sampai mereka menjadi mahasiswa, sahabat karib nya selalu bersemangat ketika menceritakan perempuan itu. Perempuan yang menjadi pusat perhatian Sabiru, walau Satria tidak pernah tahu siapa perempuan yang dimaksud Sabiru.

"Oke, gue putusin untuk ikut" final Sabiru, lelaki itu memutuskan untuk mengikuti acara tersebut demi mencari tahu "Jana"

Satria tersenyum puas. "Oke bro, nanti gue kasih tahu, semangat dong, gue pastikan lo bakal ketemu dia lagi"

Sabiru tidak yakin sepenuh nya, keraguan di hati nya terletak dengan jelas, dimana ketika melihat daftar Anindyaswari Renjana Abadi. Perempuan itu sudah tidak ada di dunia, dan satu-satunya daftar yang sangat misterius di forum Sma nya.

Dia takut bahwa "Jana" yang dia maksud adalah siswi yang memiliki nama lengkap Anindyaswari Renjana Abadi.

Perempuan yang sudah lama tiada, September 2020.

- To be continued.

Note : Please kalau ada hal yang gak nyata di dunia ini, tolong jangan serius, bawa cerita ini dengan fiksi ya! Kalau ada kesalahan author minta maaf tidak mencantumkan sumber-sumber secara detail.

Sampai ketemu lagi, bye-bye :p

Renjana Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang