Chapter 40, Five-year letter.

25 8 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ah lagi-lagi kehilangan rotasi arah, dari banyaknya hal yang Renjana benci dari alam semesta ini adalah diri nya yang berputar-putar tanpa arah.

Kini sudah satu bulan berlalu semenjak Laily menyuruh nya untuk pergi dari sisi Sabiru, untuk sesekali Renjana pernah mengecek keadaan Sabiru saat keadaan lelaki itu sedang tertidur pulas, ah tiba-tiba perasaan itu muncul.

Perasaan dimana Renjana merindukan untuk berbicara dengan Sabiru, seperti kebiasaan nya dia duduk di bangku taman. Taman ini adalah tempat dia selalu bersinggah, ketika Renjana merasa tidak punya tempat pulang maka dia akan kembali ke tempat ini untuk duduk dan meratapi nasib nya.

"Kenapa ya mau kembali aja rasa nya sesulit ini?" keluh Renjana seraya menatap beberapa anak kecil bermain ayunan dan jungka-jungkit, dan fasilitas taman lain nya.

Renjana seolah merasa di titik paling akhir untuk tidak bisa kembali, harapan nya seolah pupus begitu saja, sebenarnya dia mempertanyakan hal apa yang membuat diri nya tidak bisa kembali? Apakah rasa kecewa itu terlalu besar? Atau ada hal yang dia lupakan?

Perasaan nya campur aduk, Renjana menunduk menatap tanah dengan harapan dia bisa menemukan jawaban nya padahal dia tahu tidak ada guna nya.

Sedikitpun saja Renjana berharap bahwa Sabiru bisa menerima nya kembali dan membantu nya, hanya dia satu-satunya yang bisa Renjana andalkan dalam tahun ini, hanya lelaki itu yang bisa membantu nya.

Mengapa tuhan selalu mempersulit segala hal yang Renjana lakukan di dunia ini? Mengapa dari banyaknya orang harus dia yang merasakan? Dan kenapa tuhan menghukum nya hanya karena perasaan kecewa itu? Apa tuhan membenci orang-orang seperti itu?

"Sabiru, aku mau kembali" lirih Renjana masih dengan menunduk, mata nya berkaca-kaca.

***

"Kembali kemana Jana?" Suara itu menginterupsi Renjana, si surai coklat itu mengangkat kepala nya apakah mendengar suara Sabiru itu hanya halusinasi dari isi kepala nya?

Tepat sekali ketika dia mendongak Sabiru sudah berada di hadapan nya, Renjana menatap ke sekitar, langit yang tadi cerah dengan matahari terik kini matahari itu ingin tenggelam.

"Sabiru?" Renjana spontan memanggil nama lelaki jangkung itu.

Sabiru mengukir senyuman tipis di bibir nya dia beranjak duduk di samping Renjana. Sebenarnya Sabiru tahu ini tempat favorit Renjana ketika sedang menganggur, pasti Renjana akan kembali disini, sejak awal Sabiru sadar bahwa renjana hanya berputar-putar dia area yang sangat dekat dengan Sabiru.

"Jangan pergi Renjana" Sabiru menoleh dan menatap iris hazel milik Renjana.

Mata berkaca-kaca itu benar-benar tidak kuasa untuk menahan nya, Renjana meneteskan air mata nya. Mendengar kalimat Sabiru rasanya membuat hati Renjana menghangat, ternyata masih ada yang menginginkan nya.

Renjana Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang