Chapter 22, Krisis identitas.

65 43 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Keputusan rumah sakit meminta Sabiru untuk rawat inap sementara dalam kurun waktu 3 hari, mau tidak mau sang Ibunda Catra harus setuju karena Sabiru masih butuh pengobatan lain nya.

Waktu besuk akan habis beberapa menit lagi, kini di ruangan nya Sabiru hanya menonton acara televisi yang terpampang. Hari ini tidak ada yang bisa menemani nya, Catra akan ikut pergi bersama Malik dalam kegiatan dinas nya, sedangkan Laily harus lembur di kantor bahkan tidak pulang.

Yang menemani nya hanya lah roh penunggu ruangan yang Sabiru tempati, yah tidak menganggu, maka dari itu Sabiru bisa tenang dan damai.

Tetapi beberapa menit kemudian kedamaian itu pecah ketika kenop pintu ruangan nya dibuka, memperlihatkan Nadine dan Satria yang berkunjung di detik-detik waktu besuk berakhir.

"Biruuuu, gue datangg!" sambut Nadine penuh heboh, perempuan cantik itu mulai mengambil kursi dan duduk di hadapan Sabiru yang terbaring di atas kasur.

Sedangkan Satria, lelaki itu membuka cup teh, dan menyodorkan pada Sabiru. Itu adalah minuman favorit Sabiru.

"Nih, permintaan maaf dari gue" ucap Satria masih saja menyodorkan sebuah cup berisikan teh.

Sabiru menatap malas, namun dia tetap menerima minuman tersebut, kalau soal teh dia tidak bisa menolak nya. Ngomong-ngomong ini bukan sembarang teh, ini teh hijau yang dijual oleh kedai favorit Sabiru di dekat Sekolah menegah pertama nya.

"Thanks" jawab Sabiru singkat.

Satria tersenyum puas, lelaki itu berdiri di samping Nadine.

"Sabiru, gue minta maaf juga ya. Gue gak tau kalau lo bakal kecapean gara-gara kegiatan itu" ujar Nadine meminta maaf, perempuan itu merasa bersalah akibat paksaan nya yang membuat Sabiru kini berada di rumah sakit.

Sabiru meminum teh tersebut sejenak, dia sebenarnya tidak menyalahkan Nadine akibat kelelahan nya, ini murni faktor Sabiru yang terlalu terkejut akan fakta itu.

Sabiru tidak akan menyangka bahwa Jana bisa memberikan dampak seperti ini pada nya, Sabiru tidak akan menduga bahwa Jana adalah Anindyaswari. Pasal nya perempuan itu terlalu krisis identitas.

Mungkin saja saat itu Jana memang tidak menginginkan identitas nya diketahui oleh Sabiru lebih jelas, mungkin ada benar nya yang dikatakan Diaskara.

Jana memang tidak pernah ingin Sabiru tau siapa diri nya, atau saja? Sabiru tidak meminta identitas Jana lebih jauh? Yah lupakan, itu tidak sopan.

"Bukan salah lo juga, ini kemauan gue" sanggah Sabiru.

Ada perasaan lega di hati Nadine. "Serius?"

"Bohong dia Nad, dia gak mau nyakitin perasaan lo" goda Satria dengan tawa kecil nya.

Renjana Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang