***
Tepat pukul 9 pagi, Jocellyn menunggu kehadiran Diaskara datang ke rumah nya. Mereka membuat janji untuk membahas kepanitiaan untuk acar Ldk di Sma mereka.
Seraya menunggu Diaskara datang, perempuan surai bahu itu membuat teh chamomile untuk disajikan kepada Diaskara ketika datang.
Baru saja menuang teh itu ke gelas, suara ketukan pintu terdengar di pendengaran Jocellyn. Dengan sigap perempuan itu bergegas membuka pintu rumah nya.
"Hai, sini masuk" sapa Jocellyn duluan melihat Diaskara yang sudah di hadapan nya.
Diaskara mengangguk, lelaki itu mengukas senyuman tipis. Jocellyn melebarkan pintu masuk nya. Mereka berdua telah berada di ruang makan Jocellyn.
Jocellyn menyodorkan teh yang baru saja dia seduh untuk Diaskara, lelaki itu menerima nya dengan senang hati. Sebelum memulai obrolan Diaskara meminum teh chamomile itu.
"It's delicious, is there any tea left?" puji Diaskara menikmati rasa teh tersebut. Rasa nya begitu mengingat kan nya lagi kepada Anindyaswari.
Dulu ketika Anin masih hidup, perempuan cantik itu sering kali menyeduhkan teh chamomile untuk nya. Maka dari itu teringat kembali, Anin pernah menyimpan koleksi chamomile untuk dijadikan teh dan diproses melalui buatan nya sendiri.
Jocellyn tersenyum lebar. "I make it, with dried chamomile and honey mixture." Jocellyn memberi tahu resep tersebut.
"Kalau lo masih mau, gue bisa kasih chamomile kering buat lo. Gue suka koleksi akhir-akhir ini" Jocellyn menyambung kalimat nya, Perempuan itu kini mulai duduk di hadapan Diaskara.
"I didn't know you had that hobby." ucap Diaskara kembali menyesap teh itu.
"Dan gue teringat dengan Anin." Kalimat itu di ucapkan lirih, usai menghabiskan 1 tegukan teh chamomile. Nyaris tidak terdengar di telinga Jocellyn.
"Kalau mau request, teh Mawar, Rosalia, Camellia, and Krisan. Gue bisa membuat kan itu buat lo Dias" tawar Jocellyn disertai senyuman manis nya.
Diaskara terkekeh kecil mendengar tawaran Jocellyn. "Gue bakal ngerepotin lo Jo" ujar Diaskara di sela-sela kekehan nya.
Jocellyn mendecak sebal. "Ayo lah, gak akan ini"
Diaskara memberhentikan kekehan nya lelaki itu menatap Jocellyn, sudah cukup lama tidak berkomunikasi dengan Jocellyn. Dulu ketika Sma, mereka sering berbincang-bincang cukup lama, bukan berdua saja, saat itu Anin juga ada disana.
Diaskara pernah menjadi orang yang bahagia di dunia hanya karena hadir nya Anin dan Jocellyn. Namun Anin tetaplah paling pertama memengaruhi kehidupan nya.
"Oke kalau lo maksa, I want Rosalia tea" jawab Diaskara.
Perempuan surai bahu itu tersenyum puas, terasa senang akan penawaran nya telah di terima oleh Diaskara.
"Kalau begitu ayo bahas soal panitia Ldk" Diaskara mengganti topik pembicaraan dan mulai ke topik utama pembahasan pertemuan mereka kali ini.
Jocellyn mengangguk, perempuan itu berdeham sejenak.
"Lo minat kan Dias?" tanya Jocellyn.
"Iya gue rasa, gak akan ada salah nya kalau gue mengisi waktu luang buat menjadi panitia" Diaskara memainkan jari jemari nya di atas meja.
"Kalau begitu gue bakal daftarin lo. Tapi sebelum nya ada kendala" Jocellyn memberi tahu, ada hal yang perlu di urusi lebih lanjut.
"Apa?"
"Gue kurang 1 orang buat jadi panitia, angkatan kita sulit dihubungi dan ada beberapa yang bisa dihubungi tapi menolak secara mentah-mentah. They said they were busy and not interested enough to attend the event." keluh Jocellyn, perempuan itu menghela nafas nya berat.
"Apa lagi menjadi panitia, mereka paling gak suka" sambung Jocellyn, perempuan itu seolah memberi tahu kekesalan nya pada Diaskara.
Diaskara mendengar keluh kesah Jocellyn dengan baik, lelaki itu memikirkan beberapa hal untuk membuat beban Jocellyn ringan sedikit.
"Gimana kalau angkatan lain? Angkatan 23? Mereka kan baru fresh graduate, siapa tahu minat? Ya kan Jo." saran Diaskara.
Yang dikatakan oleh Diaskara ada benarnya, Jocellyn bisa saja menerima saran Diaskara dengan mudah, namun Jocellyn harus memberi laporan kepada pihak sekolah lagi.
"Okay saran lo bagus, tapi ini H-7 gue gak yakin kalau ada yang berminat Dias" Jocellyn seolah memutuskan harapan nya.
"Gue bantu, gue bakal cari lo tenang aja. Jo mending lo kasih tahu pihak sekolah, kalau mereka setuju, gue bakal mulai cari" tutur Diaskara menenangkan Jocellyn.
Jocellyn tersenyum tipis, perempuan itu mengangguk semangat. "Thank u, Dias ini bakal terasa berat kalau gak ada lo" Jocellyn berterima kasih.
"As friend, we have to help each other, right?" ucap Diaskara menepuk kepala Jocellyn pelan.
Jocellyn menepis tangan Diaskara dengan tawa kecil nya. "Gue bukan anak kecil yang harus di puk-puk lagi, tau!" decit Jocellyn.
Lelaki itu ikut tertawa seolah tawa Jocellyn menular pada nya. "Lo masih sama kayak dulu ya Jo, Equally adorable."
Jocellyn membuang muka nya dari pandangan Diaskara, kalimat akhir Diaskara seperti menggoda nya.
Tidak bisa menahan senyuman nya, Jocellyn benar-benar tidak tahan untuk menahan senyuman nya. Maka dari itu dia menutup mulut nya dari pandangan Diaskara.
"It's just a joke" bisik Jocellyn.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, Diaskara memutuskan untuk pulang. Lelaki itu sudah memakai sepatu nya, Jocellyn mengantarkan nya sampai di depan pintu rumah nya.
"Oh ya Jo, lo mau ikut gue ke sesuatu tempat nggak?" Diaskara membuka pembicaraan dengan bertanya.
Jocellyn mengernyit, bertanya ada apa? Kemana Diaskara ingin mengajak nya pergi.
"Kemana?"
"Gue mau ke tempat istirahat Anin, lo mau ikut? Gue udah lama gak ke sana. Sekitar 5 bulan lalu gue gak kesana." tutur Diaskara, nada nya mulai sendu.
Mendengar itu rasa aneh itu hilang, Jocellyn pikir Diaskara akan mengajak nya ke suatu tempat seperti caffe, atau tempat berkencan di siang hari. Ekspetasi bodoh.
Jocellyn tersenyum kecut. "Gue mau ikut, gue kangen Anin." bohong nya.
Diaskara tersenyum, lelaki itu serasa lega mendengar nya. Jocellyn pasti terluka sangat berat lebih dari nya, begitu lah pikiran Diaskara untuk Jocellyn.
"Kalau begitu, ayo."
— To be continued.
Note : Please kalau ada hal yang gak nyata di dunia ini, tolong jangan serius, bawa cerita ini dengan fiksi ya! Kalau ada kesalahan author minta maaf tidak mencantumkan sumber-sumber secara detail.
Sampai ketemu lagi, bye-bye :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Abadi
Teen Fiction"Nama doang Abadi, tapi orang nya nggak Abadi" Kalimat itu keluar dari mulut lelaki jangkung di samping si surai coklat Renjana. Lelaki itu Tanggara Sabiru nama nya. Sabiru adalah saksi bahwa sosok amerta itu benar-benar lenyap di hadapan nya setel...