"Yaudah, ayo pergi!" balas Ian. Keduanya pun pergi menuju rumah sakit, Muara Indah. Dalam perjalanan, keduanya hanya diam dengan pemikiran masing-masing."Sha, Ayah gimana?" tanya Ian setelah lama terdiam. Karena Ian dan Aiba sangat dekat, orang tua Aiba juga ia panggil Ayah dan Ibu.
"Gue udah hampir kehabisan kesabaran. Sekali lagi, gue dapet dengan mata kepala gue sendiri, di situ gue udah benar-benar lepas tangan," jawab Aiba.
"Gue paham. Tapi, jangan sampai lo salah ambil langkah," balas Ian. Aiba hanya menganggukkan kepalanya membalas ucapan Ian. Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Muara Indah.
"Ayo pulang," ajak Aiba langsung, saat baru saja memasuki ruangan Ibunya. Yolanda hanya tertawa pelan mendengar ucapan putri kesayangannya. Yolanda Quinn adalah Ibu dari Usha Aiba Muller.
"Hai, Bu," sapa Ian pula.
"Ahk, Ian. Apa kabar, Nak?" tanya Yolanda. Ia sangat senang, karena ada Ian juga yang datang.
"Baik, Bu. Ibu, ayo pulang," ajak Ian pula.
"Iya, ayo pulang," balas Yolanda dengan senyum manis di bibirnya. Wajah yang tirus dan pucat itu, masih bisa tersenyum dengan indah.
Setelah membereskan semua barang-barang Ibunya, mereka pun berlalu pulang. Dalam perjalan, Yolanda terus tersenyum, saat Ian terus mengajaknya berbicara. Sedangkan Aiba, ia berusaha menenangkan hati dan pikirannya.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di kediaman Muller. Ian langsung memarkirkan mobil Aiba di depan rumah dan mereka bertiga pun, turun dari mobil. Para penjaga yang menjaga di depan rumah besar itu, langsung mendekat dan membawa barang-barang tuan mereka ke dalam rumah.
Saat masuk ke dalam rumah, Aiba langsung disugukan dengan pemandangan yang amat menghancurkan hatinya, untuk kesekian kalinya.
"Ha! Whaha!" tawa Aiba pecah untuk sesaat. Ayahnya yang tengah duduk di sofa dengan seorang wanita yang entah siapa, langsung terkejut dan bangkit dari duduknya. Yolanda dan Ian pun 'tak kalah terkejutnya.
"A-Aiba," ucap Donald terbatah. Donald Muller, ia adalah pemilik perusahaan Muller. Perusahan milik Donald saat ini, tengah berada pada puncaknya. Tetapi, entah sampai kapan akan bertahan.
"A-Ayah," ucap Ian terbatah pula. Ian jadi teringat kata-kata Aiba saat dalam perjalan menuju rumah sakit tadi.
"Sudah puas?" tanya Aiba mendekat ke arah wanita yang kira-kira seumuran dengan Ibunya.
"Ayah, sudah puas?" tanya Aiba lagi.
"Aiba, sayang, dengerin Ayah dulu," pinta Donald.
"Tentu saja belum!" jawab wanita itu pula. Yolanda terkejut mendengar ucapan wanita itu.
"Kurang ajar lo!" teriak Aiba emosi dan langsung berlari ke arah wanita itu.
"Ahk! Sakit, Mas!" ringis wanita itu, saat Aiba menarik keras rambutnya.
"Bangga lo kayak gini? Baju apaan lo kayak gini! Jatuhin harga diri perempuan, tau gak lo!" teriak Aiba emosi.
"Aiba! Aiba! Udah!" pinta Ibunya.
"Aiba, dengerin Ian, ya. Kita selesaiin baik-baik," ucap Ian pula, berharap Aiba sedikit tenang. Namun, bukannya tenang, ia malah semakin emosi mendengar ucapan wanita itu.
"Kau dan Ibumu, tidak seberharga aku!" tekan wanita itu. Aiba membenturkan kepala wanita itu ke arah sofa, karena emosi yang benar-benar tersulut. Donald, Yolanda dan Ian terkejut bukan main, saat melihat itu.
Plak!
Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi Aiba. Aiba terkejut bukan main, begitu pun Donald, ia menatap tangannya tanpa kedip. Yolanda yang melihat itu, melangkah dengan cepat ke arah suami dan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZION (HIATUS)
Teen Fiction"Aku, Usha Aiba bersumpah dengan menetesnya darah ini, jika Ayah menikah lagi! Aku bukan anak Ayah dan semua aset perusahaan dan harta warisan akan berbalik nama menjadi Usha Aiba! Bukan lagi atas nama Donald Muller ataupun Yolanda Quinn!" ucap Aiba...